Selamat Siang, Selamat Berkarya
Nilai tukar rupiah terhadap dollar (USD) makin melemah
mencapai Rp14.000. Salah siapa? Apa pemerintah-dan Bank Indonesia khususnya-
tidak melakukan sesuatu? Apakah kondisi global yang katanya selalu tidak jelas
itu benar-benar random? Apakah kalau pasar keuangan di negeri sebelah jatuh,
kita juga harus mengikuti arusnya?
Apakah perdagangan bebas membuat ekonomi sebuah negara menjadi begitu rapuh dan rentan? Karena kegoncangan sebuah negara pasti berdampak terhadap negara yang lain? Bahkan ketika secara geografis, mereka tidak berdekatan sekalipun?
Argh…katakan padaku. Kadang aku tidak mengerti apa yang
sering kau katakan itu. Ketika kau sering berbagi pendapat denganku, sering
menceritakan hal yang begitu menarik bagimu, semuanya hanya seperti bunyi
klakson di belantara Sudirman. Pekak...berisik dan tidak berarti. Dengan
mudahnya, orang akan dengan mudahnya bilang,
aku menangkapnya dengan telinga kanan untuk kemudian dikeluarkan lagi
lewat telinga kanan. Maafkan aku.
Bukan berarti semua hal yang kamu katakan itu tidak ada
artinya. Di dunia lain sana, dunia yang sangat jauh dari hidupku sekarang, pertanyaaan-pertanyaan kritis itu mungkin
akan mendapat sambutan hangat. Banyak orang mungkin akan rela berlama-lama
menekuni buku demi buku di perpustakaan, browsing di internet, membuka jurnal
akademik, atau bahkan berlomba mendapatkan quote dari orang terpenting
se-negara ini. Demi menjawab pertanyaan2 pelik itu. Demi Tuhan, pekerjaanmu
adalah pekerjaan mulia yang tidak semua orang bisa dan mampu menjalankannya.
Saat ini, izinkan aku absen dalam hiruk pikuk itu. Izinkan
aku hanya menjadi pengamat di ruang kecilku, di sudut terdalam rasa kekagumanku
padamu. Aku bukan berniat mundur sebenarnya dalam pertarungan itu. Belum. Tapi
entahlah, aku seperti kendaraan bermotor yang kehilangan bahan bakar dan tetiba
pula lupa dimana harus mendapatkannya. Maka aku hanya berpikir bahwa hari ini
adalah hari-hari dimana aku hanya akan terdiam di sini. Terbelenggu dalam
kemalasan dan kenyamanan ruang dingin ber AC, di hadapan layar monitor 19
inch. Seperti terhubung ke berbagai belahan dunia sekalipun, meski terbelenggu
dalam realita.
Komentar
Posting Komentar