Investasi, Agar Seorang Profesional Tajir Melintir Seperti Pengusaha

Satu hari, saya datang ke sebuah forum investasi. Bukan hal baru dan luar biasa dalam pekerjaan yang sudah saya geluti selama enam tahun terakhir. Namun, hari itu, yang istimewa adalah audience forum-nya.


Mengapa harus melamar kerja ketika tidak ingin resign
Saya di tengah Jakarta Sneakers Day 2019.
 Salah satu acara milenial yang ingin menjual beli sepatu impor dengan harga selangit


Young Community, adalah sebuah forum yang berisi pengusaha muda di bawah 35 tahun, kata pembawa acara saat membuka acara. "Beberapa dari kita mungkin usianya sudah lebih sekarang. Namun masih relevan," katanya.

Mereka tidak sembarang muda tetapi juga kaya. Mereka adalah nasabah prioritas atau solitaire di sebuah bank swasta terbesar Tanah Air. Kekayaannya bisa berasal dari usahanya atau turunan orang tua.

Saya ingat, salah satu pembicara menanyakan. "Adakah seorang profesional di sini?" Tak ada yang tunjuk tangan. Semua pengusaha, baik usaha baru atau generasi kedua (atau ketiga) yang meneruskan bisnis keluarga.

Di forum ini, menurut pengamatan saya, mereka tidak terlalu antusias dengan topik bahasan. Mereka lebih menganggap forum ini sebagai upaya networking. Mencari peluang untuk lebih membuat bisnis efisien atau bertambah besar. Apalagi, pembina forum ini adalah salah satu anak orang terkaya di Indonesia (yang berperan sebagai pembina forum). Mereka minta saran bisnis.


===


Tiga pembicara hadir dalam forum investasi sehari. Lengkap dan komprehensif. Bicara tantangan dan peluang investasi. Bahwa investasi harus disesuaikan dengan profil investor, tujuan keuangan dan risikonya. Ada investasi di deposito, pasar keuangan, properti atau bisnis. Semuanya ada manfaat dan risikonya.

"Mengapa harus investasi? Karena semua yang ada di dunia ini terbatas. Energi yang ada di dunia itu terbatas termasuk uang. Mengelola segala sesuatu yang terbatas di dunia ini harus dilakukan agar semua berjalan dengan lebih efisien," kata Wakil Presiden Direktur bank swasta nasional. Nama belakangnya menjelaskan siapa dia. Keluarga orang terkaya se-Indonesia dari usaha rokok di Kudus, Jawa Tengah.

Kemudian, si pembicara bicara panjang lebar mengenai berbagai instrumen investasi. Lebih banyak di pasar modal seperti obligasi, saham atau reksadana. Ah, ada juga asuransi jiwa seperti unitlink.

Menarik?
Pasti. Artikel-artikel mengenai bisnis, keuangan dan karier bisa kamu akses di laman MoneySmart.  Nama domainnya sesuai dengan tujuannya, #MoneySmartMenginspirasi.


===


Salah satu pembicara menceritakan satu hal menarik. Setelah bicara di forum, saya sempat ngobrol ngalor-ngidul khusus bareng si bapak. Bapaknya pinter banget.

Si Bapak, sekarang adalah Direktur Utama di salah satu sekuritas. Beda dengan sekuritas lain yang menyediakan platform online untuk jual beli saham, sekuritasnya tidak. Mereka menjadi pihak ketiga bagi lembaga keuangan yang ingin membeli atau menjual obligasi. Untuk itu, mereka memungut sejumlah fee (biaya) dari transaksi itu. "Kecil (fee) tapi kan transaksi minimal sekuritas kami Rp1 miliar," katanya.

Itu menarik, tapi ada yang lebih menarik.

Si Bapak mengajarkan kita bagaimana mengukur kapasitas diri di tengah persaingan. Bagaimana agar memastikan diri bahwa kita tetap update dengan perkembangan industri.

Hal ini wajib dilakukan bukan hanya untuk pengusaha saja tetapi juga seorang profesional. Pengusaha dan profesional memang tidak sama tetapi, kata si Bapak, mereka harus terus mengembangkan dirinya, 

"Kalaupun belum ingin resign dan pindah kerja dari posisi sekarang, kamu boleh tetap mengajukan diri ke berbagai posisi kerja di perusahaan lain," saran mantan investment bankers.

Bila dipanggil wawancara dan permohonan gaji, ajukan minimal tiga kali lipat dari posisi gaji sekarang. Whoah? Banyak ya? Tiga kali lipat. Serakah gak sih #eh

Enggak apa-apa, nasehatnya. Langkah itu dilakukan untuk mengukur kompetensi dan keterampilan kita. Mengukur diri. Apa yang industri minta dan butuhkan untuk gaji sebesar itu?

"Enggak dikabulkan? Enggak diterima? Itu membuat kita belajar lagi, kompetensi apa yang belum kita punya untuk memiliki gaji sebesar itu," pesan dia lagi.

Saya tidak tanya hubungan sebaik apa yang terjalin antara dia dengan atasannya. Namun, dia mengaku melaporkan tawaran tersebut pada atasannya dulu. Mendengar itu, atasannya menyuruhnya tinggal di perusahaan tersebut. Gajinya dinaikkan meski tidak tiga kali lipat. Dia terus menempa dirinya.

Beberapa waktu berlalu, dia kembali melakukan wawancara kerja. Dia meminta gaji tiga kali lipat dan diterima. "Atasan mengucapkan selamat dan berharap yang terbaik untuk karier saya. Posisi di kantor baru itu lebih menantang untuk saya," kisah dia.

Jadi,
Tidak semua orang harus menjadi pengusaha. Tidak hanya pengusaha yang menawarkan pendapatan berlipat dalam waktu singkat. Bukan pat-gulipat. Namun, bagaimana usaha kita agar terus sejalan dengan kebutuhan pasar. Usaha kita meningkatkan kemampuan diri agar sejalan dengan tantangan industri. Profesional-pun bisa kaya, katanya.


Bagaimana?
Jangan berkecil hati ya, para profesional.

"Lahir miskin itu bukan dosa dan kesalahan. Namun, mati miskin itu kesalahan," nasehat Pendiri Alibaba Jack Ma.

Menurutmu bagaimana? Investasi apa yang terbaik untuk diri dan masa depanmu, yang kini terlihat makin tidak menentu itu? (akaka...kok curhat sih)

Komentar