Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru, Sebuah Perjalanan Prestisius

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Mari berjalan dan bergembira ria


Demi memberi hadiah kepada diri sendiri, akhir Mei lalu saya melakukan trip singkat. Saya pergi ke Batam-Singapura-Johor Bahru dalam waktu lima hari. 

Perjalanan yang mengesankan dan menyenangkan. Jujur saja, setelah pandemi COVID-19, kali ini adalah perjalanan paling prestisius.

Kenapa harus kesana, tidak ada alasan khusus. Di Batam, saya punya teman yang telah merantau di sana setidaknya dalam satu dekade. Dia datang beberapa kali ke Jakarta khusus untuk menemui saya -atau dalam perjalanan transitnya saat mudik. Namun, tak pernah sekalipun saya mendatanginya. Pada pertemuan terakhir, saya berjanji padanya.

"Berikutnya, kita akan bertemu di Batam dan lanjut Singapura," kata saya.
Tuhan menjawabnya kemarin

Saya pergi ke Batam dengan layanan Batik Air dari Cengkareng pada Rabu (31/5) lalu. Saya menginap semalam di kota dengan segudang insentif khusus dari pemerintah tersebut. Khusus untuk mengembangkan industri manufaktur berbasis elektronik. Tempat produksi berbagai gadget kesayangan kamu, iya kamu! Iphone, Samsung, Xiaomi diproduksi di sini. 

Suasana gersang dan panas langsung menyambut begitu keluar bandara Hang Nadim.  Sopir taksi bandara yang mengantar saya ke tujuan pertama, menyebut Batam sedang berbenah. Jalan bandara ke pusat kota Batam-Nagoya dan Muka Kuning- sedang dibangun lima jalur jalan. Jalan besar non-tol yang akan membius calon investor untuk menanamkan modal. Tujuan pertama saya adalah sebuah kafe di kawasan Batam Kota: Labers Cafe Pergudangan.

Lah, kok, ke kafe?

Ya jelas, karena teman saya ini belum selesai bekerja keras menimba devisa bagi negeri. Haha.... Bohong. Saya bisa menyebut dia adalah seorang perfeksionis dan pekerja keras. Jadi, meski saya sudah tiba sejak menjelang magrib, dia tidak bergeming. Saya dimintanya menunggu di kafe.

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Labers Cafe Pergudangan, kafe paling hype di Batam

Labers Cafe adalah kafe kekinian yang kerap didatangi muda-mudi Batam. Dia bilang, Labers Cafe Pergudangan adalah yang paling besar dan trendi dari semua cabang-cabangnya.  Letaknya di bangunan yang dulunya adalah warehouse. Di Batam sepertinya memang banyak bangunan kayak ruko pergudangan bentuk kotak begitu. Ternyata benar, Labers Cafe memang trendi dan instagramable, paling pas pamer OOTD. Wkwk...

Di sana, saya pesan kopi, nasi goreng dan tahu goreng. Enak. Soalnya dari pagi, saya cuma makan roti dan pop-mie. Hahaha...*sengsaranya

Teman saya ternyata tinggal tidak jauh dari Labers Cafe. Tempatnya tinggal adalah sebuah "KASTIL IMPIAN PEREMPUAN". Hahaha...Sebelum datang, dia sudah mewanti-wanti untuk tidak perlu membawa pakaian rumah dan segala skincare-makeup. Biar bawaan saya praktis.
"Mukamu kan gak bermasalah, nanti pakai punyaku aja. Lengkap," pesannya
Tentu saya patuh.
DAN 
DIA tidak pernah mengecewakan.

Peralatan makeup dan skincare-nya komplet kayak punya beauty blogger. Tersaji sempurna dalam meja ukuran 1x1 meter. Puas mau dibuat 10 layer ala Korea sekalipun. Haha...surga.

Paginya, kami menyebrang ke Singapura melalui Pelabuhan Batam Center. Kami menumpang layanan Majestic Fast Ferry. Karena ini pengalaman pertama saya menyebrang di Batam, tentu saja saya NORAK. Berfoto sana-sini. Sementara bagi teman saya, pengalaman ini seperti naik Transjakarta aja. Untung saya tidak kenal malu. Haha...

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Ada dua pelabuhan di Batam: Batam Center dan Harbour Bay
Kami menyebrang lewat pelabuhan Batam Center 


Beberapa teman bertanya, mengapa saya memilih rute ini. Apa tujuan utama saya? "Kalau cuma mau ke Singapura, kenapa lewat Batam?"sering ditanyakan. Tentu saja dengan songong, saya cuma menjawab duit bukan masalah. *sombong. Hahaha..

Menyebrang ke Singapura lewat Batam memang wasting time dan wasting money. Jakarta-Singapura hanya 45 menit, sementara dengan mode transportasi yang sama, Jakarta-Batam perlu 1,5 jam. Biayanya pun hampir sama. Belum ditambah biaya ferry yang setidaknya mencapai Rp500 ribu/trip. Mahal. Tapi kan, menjadi mainstream itu membosankan toh? Haha...Ya memang tidak ada alasan khusus, selain mencoba rute baru dan menemui sahabat saya itu. 

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Proses imigrasi Batam menuju Singapura

Sampai di Singapura, tentu kami juga melakukan serangkaian ritual menjadi turis. Tepatnya, turis yang datang dari negara emerging ke negera maju. Hahaha...Selain berkelana di hub transit Asia Tenggara, kami juga berbelanja barang hedon yang selisihnya lumayan dibandingkan Jakarta. Bukan wajib tapi menggugurkan kewajiban. Wkwkwk...

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Bergaya ala turis khas negara emerging ke negara maju. Hahaha...

Besoknya, sesuai rencana, agenda kami adalah menyebrang ke Johor Bahru, Malaysia melalui bus. Ini pengalaman pertama bagi kami berdua dan sepertinya akan menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan.

Berangkat pagi sekitar jam 09.00 waktu setempat, kami cuma sempat makan pisang. Pengennya makan siang di Malaysia aja. Dari hotel, kami menggunakan MRT menuju utara Singapura: Woodlands. Dari Woodlands, stasiunnya terhubung dengan bus yang terlihat sama dengan Transjakarta dengan nomor 950. Biayanya hanya sekitar 2 dollar atau Rp33 ribu. Ngantri sekitar satu jam karena bus datang sekitar 20-30 menit sekali. 

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Bus perbatasan Woodlands (Singapura) dan Johor Baru Sentral (Malaysia)

Hanya sekitar 15 menit, kami turun di imigrasi Singapura untuk keluar dari negara bekas jajahan Inggris ini. Cepat dan praktis tentu saja khas negara maju. Paspor tinggal tap-tap sambil cek retina otomatis. Setelah resmi keluar, kami resmi masuk wilayah Malaysia. Ganti bus, bayar lagi sekitar 3 Ringgit. Ada satu e-money Singapura yang bisa dipakai, kalau tidak ada bisa cash tanpa uang kembali. Pastikan ada Ringgit pecahan kecil.

Masuk wilayah Johor Bahru, kita disambut dengan perjalanan yang melewati pinggir laut. Kalau di Singapura tidak menemui jalan macet. Di Malaysia langsung ketemu lagi. Ya mungkin karena mereka yang bawa mobil juga harus antre imigrasi. Wajar! Beda sama di Jakarta #eh. 

Hanya sepuluh menit karena jalur bus khusus. Setelah itu, perjalanan panjang bagai neraka dimulai. Bus menurunkan kami di depan imigrasi Johor Bahru. Semua harus turun dan melaporkan kedatangan.

Beda dengan di Singapura yang sat-set, masuk imigrasi Malaysia itu bagai bumi-langit. Pertama, agar sampai lobby imigrasi tempat mengantre di lantai 1, kita harus naik tangga yang tinggi banget. Tangga aborsi, kata teman saya.  Tidak ada elevator yang memanjakan pelancong seperti di Singapura. 

Naik tangga setinggi itu cukup membuat ngos-ngosan karena naik tangga sambil lari lebih efisien. Kuat karena kami bukan pelancong yang membawa koper dan bawaan berat. Bayangin ada ibu yang sudah berumur atau anak-anak yang harus membawa barang bawaan seabreg. PEGEL. Tidak ada pengecualian atau lift khusus bagi lansia atau anak-anak. Petugas hanya mempersilahkan mereka untuk naik duluan. 
Kemudian, ini jackpotnya!
Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Imigrasi masuk Johor Bahru yang mengelus dada 

Kami disambut dengan lautan orang yang mengantre, entah apa di depan. Saking panjang dan padatnya antrean, kami sampai tidak tahu apa yang terjadi di depan. Penuh sesak orang dari berbagai ras dan paspor di ruangan pengab tanpa AC. Aduh, langsung lemes. Sempat bingung apakah kami juga harus mengekor antrean atau ini antrean custom yang harus membayar cukai. Ternyata tidak ada pengecualian. Semua orang harus antre di jalur tersebut. 

Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus mengikuti antrean dengan berdiri. Berdiri berjam-jam tanpa tahu kapan giliran kami dipanggil. 

Parahnya, kami juga tidak punya setetes pun air dan makanan dalam bawaan. Laper dan dehidrasi. Ditambah, kami berdua kelewat PD dengan tidak membeli paket data bebas roaming. Praktis, smartphone kami cuma bisa dipakai berfoto dan bermain game offline.Bisa dibayangin kan, gimana mati gayanya?  Mau minta tolong nebeng WIFI untuk membeli paket data roaming juga segan. Tidak seperti di Jurong, kami juga tidak mendengar bahasa orang berbahas ibu kami. 

Tidak cukup satu-dua jam.

Total jenderal, kami mengantre imigrasi itu selama lima jam. LIMA JAM, JENDERAL! Sungguhlah lama sekali untuk sekedar stempel paspor dan rekam retina. Sungguh menguras tenaga dan emosi jiwa. 

Segala rupa sumpah serapah mengenai buruknya birokrasi dan pemerintahan telah dilontarkan. Bagaimana bisa hanya ada setidaknya 18 loket imigrasi yang kadang juga tutup seenak jidat. Mana slogan pemerintah ada untuk melayani rakyat? Sedih. 
Bagusnya, kami membandingkan dengan imigrasi di negeri sendiri. Ternyata dalam hal ini, NKRI lebih mending. I LOVE INDONESIA. #wink
Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Pejuang Imigrasi, lima jam antre berdiri
Kaki kram, haus dan lapar! 

Setelah antre lima jam, imigrasi masuk sukses. Waktu menunjukkan sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Mengantre berdiri menjadikan kaki kram luar biasa. Akibatnya, kami kehilangan minat pada hampir semua hal kecuali makanan dan istirahat. LELAH HAYATI!

Setelah membeli paket data dan beli minum, kami segera memesan taksi online. Tujuannya: mencari makan enak agar bisa mengisi perut sebanyak mungkin. Kami menempuh perjalanan dari Johor Baru Sentral  ke pusat kota Johor Bahru selama setidaknya satu jam. Sepanjang waktu itu, Malaysia terlihat seperti Jakarta pinggiran. Jalannya seperti tol Cipularang: Jakarta-Bandung dengan deretan gedung berbahasa melayu. Hahaha...*suren kata orang jawa. 

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru

Sampai di Johor Bahru, yang terpikir hanya makan enak

Mungkin kami memang salah karena kurang riset. Hari itu, kami masuk Malaysia bertepatan dengan long weekend. Hari Jumat tanggal 2 Juni lalu, Singapura juga libur hari raya Waisak. Tidak heran, kami bersama dengan warga Singapura dan juga turis lain berbondong-bondong liburan ke negara tetangganya.

Apa sih, tujuan kami ke Malaysia lewat Johor Bahru?

Tidak ada. Pengen uji nyali dan uji pengalaman aja. Saking enggak adanya tujuan, kami berencana pulang hari. Malam sebelum pulang, khawatir kembali terjebak lama di pintu keluar Malaysia, kami membeli baju ganti. Kami juga browsing hotel terdekat dari JB Sentral kalau terpaksa harus menginap.  Hotelnya jauh lebih murah dibanding Singapura.

Alhamdulillah, antrean keluar Malaysia tidak separah yang dibayangkan. Pasti karena mereka yang masuk bersama kami tadi siang berencana tinggal selama akhir minggu. Kami sudah resmi keluar Malaysia dalam waktu 30 menit. Naik bus dan masuk imigrasi Singapura selancar mengajukan aplikasi pinjaman online. Hanya tap-tap KTP dan sampailah kami di Woodsland.

Capek, lelah, ngantuk.

Kami sampai hotel yang berada di dekat stasiun Bendemeers menjelang tengah malam. Bebersih dan kemudian TIDUR. Meninggalkan segala penat dan pengalaman kami seharian. 

Setelah pengalaman tidak terlupakan ini, kami tinggal menghabiskan waktu berjalan-jalan di sepanjang Singapura. Ngobrol panjang dari hati ke hati. *eaak. Menikmati kota bersih dibandingkan dengan Jakarta yang berpolusi. #padahaltempatmencarinafkah.

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Makan enak di tempat menyenangkan bersama bestie, bonus sepatu baru #eak

Kami pulang dengan ke Batam menggunakan jasa ferry yang sama seperti berangkat. Pulang ke Indonesia, tempat kami lahir, bertumbuh dan besar. Dengan banyak insight baru tentang hidup dan bagaimana harus bersikap. Hahaha...stop, jangan khutbah. 

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru

Indonesia di seberang sana, tempat kita kembali
Mau ngeluh, protes, atau nyesek juga, I LOVE Indonesia!


Pulang kembali ke Batam, saya masih punya waktu berkeliling di kawasan ekonomi khusus kesayangan Sri Mulyani ini. Mencicipi berbagai kuliner khasnya seperti Mie Lendir, Kopi dan Teh tarik, teh obeng utawa es-teh manis, luti gendang dan lainnya. Mendengarkan seliweran orang berbahasa Indonesia logat melayu dan berfoto di alun-alun yang bangunannya seperti masjid. 

Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru
Mie lendir dan kopi tarik (atas) dan Prata daging (bawah)
Martabak tipis dengan roti prata khas India dengan aroma kari dan bawang bombay 


Senin pagi, waktunya pulang dan kembali ke kenyataan.
KERJA-KERJA-KERJA
Karena ditampar kenyataan pahit
Duit udah hampir abis dan gajian masih lama!
NGIRIT! Makan nasi-tempe-tahu-kecap sampai gajian berikutnya! Hahaha...


Menjajal Batam-Singapura-Johor Bahru

Terima Kasih,
Batam-Singapura-Malaysia untuk trip menyenangkan dan tidak terlupakan ini.
Thanks bestie, untuk semua hospitality paripurna dari materi sampai ke relung hati.
Sampai kita berjumpa kembali!




















Komentar