Otak Buatan yang Semakin Cerdas dan Menggemaskan
Sifat kepo dan alay saya sebagai warganet kurang produktif dan enggak punya kerjaan belum juga hilang. Sampai sekarang, setelah menulis bahwa Instagram adalah sumber kebahagiaan semu, saya juga masih sering membuang kuota internet untuk melihat update mereka. Kemarin, katanya, Songsong Couple udah balik ke Korsel setelah 10 hari di AS untuk foto prewedding. Huahahaha...
Seperti trauma dan luka hati, kegiatan tidak produktif juga pelan-pelan ya hilangnya? Sabar saja dan pelan-pelan. Saya sudah meminta banyak teman berdoa juga agar saya segera mendapat hidayah dan segera hijrah.
Sambil nungggu update terbaru dari akun-akun fanbase itu, saya mengisi waktu dengan bekerja. Pekerjaan, membuat saya harus mendatangi gelaran Social Media Week 2017 tanggal 13-15 September ini di The Hall, Senayan City. Gelaran tiga hari ini membahas bagaimana perkembangan teknologi dikembangkan dan digunakan di sosial media. Bagaimana proses kreatif dan konten dibuat di sosial media untuk memaksimalkan bisnis dan sebagainya.
Ada banyak hal yang menarik dibahas di ajang ini. Kalian yang kepo banget, bisa melirik laman www.smart-money.co. (harus banget di bold dan beda warna). Di hari pertama kemarin, kelas workshop tentang AI paling menarik perhatian. Mereka membahas bagaimana teknologi akan mengubah kamu (khususnya kamu yang mengaku generasi milenial) dan perusahaan dalam sistem rekrutmen dan mendapatkan pekerjaan.
Selain update tentang bagaimana rancangan baju SongsongCouple tanggal 31 Oktober mendatang, apa kamu pernah dengar tentang artificial inteligent (AI) atau kecerdasan buatan? Belum pernah? Cari sendiri lah di Google. Google menjawab semua hal kecuali empat hal yang sudah dituliskan bahkan sebelum kita lahir: hidup, mati, rejeki dan jodoh. Hihi...
Mba Dina Kosasih, Senior Costumer Success Manager Kata.ai, bersama Danny D. Kosasih bicara panjang lebar di sesi terakhir kemarin. Mba Dina, yang kece banget cara presentasinya, bicara bahwa Unilever kini telah menerapkan AI dalam proses rekruitmen karyawannya.
Jadi, di AS sana, kamu tidak perlu mengisi formulir panjang lebar bila ingin melamar di Unilever. Mereka cukup memindai mukamu ke dalam mesin atau alat yang mengadopsi AI ini. Seperti peramal masa kini, mereka dapat menilai apakah kamu cocok atau enggak menjadi istri direktur di Unilever. #ehhh #baper. Wkwkwk
Bukann...mereka akan melihat dan melakukan screening awal apakah kamu cocok dengan posisi yang mereka butuhkan. Keren gak? Enggak ada lagi prediksi kamu lebih cocok di air atau tanah. Teknologi menjawab dengan lebih smart.
Keren jelas satu hal. Namun, adek-adek gemes dan masih alay yang hadir di workshop ini juga ditakut-takuti.
"Lima tahun ke depan, di AS, 50% pekerjaan yang menggunakan teknologi manusia murni akan hilang digantikan robot," kata Mba Dina.
Serem kan? Kerja apa coba donk kita nanti? Gimana beli gincu merah dan beli kuota internet buat lihat anak SongJoongki tanpa pendapatan bulanan?
Teror mereka semakin lengkap dengan mengajak kami semua menjalankan sebuah permainan. Kita diajaknya mendeskripsikan sebuah pekerjaan yang ada di bidang perbankan. Siapa dia? Umur? penghasilan? Konsumsi dan tabungan? Kegiatan harian dan akhir pekan? Fasilitas perbankan yang dipakai? Apa yang dilakukan ketika akan mengakses informasi perbankan? termasuk juga dengan apa yang dilakukannya ketika mengadu.
Implementasi AI |
Saya harus absen selama setidaknya 10 menit ketika mengikuti permainan ini. Namun, pada intinya, saya cukup mengerti bahwa informasi-informasi ini, dapat dibaca dengan teknologi AI. Karena itu, misalnya di industri perbankan, peran customer service bisa ditidadakan.
Kalian para cowok, ke depan, enggak bisa lagi modus datang ke perbankan buat ngobrol sama mbak-mbak teller cantik. Atau...pura-pura ngobrol sama cewek di telepon yang ternyata cuma mbak-mbak call centre. Hahahaha...semuanya bisa digantikan dengan mesin yang menjawab dinamis dan otomatis.
Danny menyebut bahwa di Indonesia, implementasi AI mungkin akan lebih lama. Di Indonesia, pemerintah lebih mendukung perkembangan industri berbasis padat karya. Pajak juga masih menjadi sumber pendapatan pemerintah. Namun, secara biaya produksi, pengusaha akan dengan cepat atau lambat akan mengadopsi ini. Biaya jelas lebih murah.
Armand W Hartono, Wakil Presiden Direktur BCA, yang juga hadir di sesi lain acara ini, menyebut hal yang sama. BCA sudah memulai menerapkan AI untuk teknologi chat bankingnya, VIRA. Dengan VIRA, pertanyaan-pertanyaan standar terkait dengan layanan dan produk perbankan cukup diketik. Mudah, semudah mengetik pesan di telepon pintar.
"Mbak VIRA akan langsung menjawab pertanyaan-pertanyaanmu seperti kamu memiliki asisten pribadi," promosi Armand, sang putra mahkota grup Djarum ini. Grup usaha yang menjadikan keluarganya menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia versi Forbes.
Semuanya menjadi lebih mudah dan cepat, dan tentu saja ekonomis bagi pelaku bisnis. Di sisi lain, dalam bayangan saya, kita menjadi konsumen yang telanjang di depan teknologi. Tidak ada lagi rahasia yang bisa kita sembunyikan. Mereka semua merekam setiap aktivitas kita, dari bangun pagi sampai bangun pagi lagi. Bahkan sampai berapa detak jantung kita per menitnya?
Data yang ngeri2 sedep |
Demi dunia yang lebih baik? Apa iya? Demi kepentingan bisnis, yang pasti. Bayangkan bagaimana mereka akan menganalisis data-data tersebut dan memborbadir kita dengan produk-produk mereka. Pagi-pagi, kita bisa ditelpon atau email masuk, "Mba Gina butuh informasi baru tentang SongSong Couple yang ini kan?" Wkwkwk...Efektif,efisien.
Serem? Dalam otak saya yang biasa berpikir linear dan sederhana, itu pasti. Tapi sudahlah, lihat Instagram lagi saja yuk. Siapa tahu sudah ada update baru tentang SongSong Couple atau rencana film baru Park BoGum. Wkwkwk....
Komentar
Posting Komentar