Melangkah dengan Sejumlah Catatan

 Mau curhat sedikit. Soalnya saya mulai lelah curhat kesana-kemari. Minta saran dari banyak orang. Mereka juga bosan sih. Haha... Curhat sama Allah SWT yang kurang. #astaghfirulloh.

Resolusi Industri 4.0
Rama dan Shinta, Sendratari



1 Agustus ini bersejarah. Mungkin, saya telah melakukan satu hal yang keliru. Saya sadar sepenuhnya. Tapi, saya seperti tidak punya pilihan lain. Anak zaman now bilang, ngeri-ngeri sedap. Berisiko terlalu besar.

Tapi, bukankah hidup tanpa risiko tidak perlu diperjuangkan? Terlalu monoton? Tidak ada pertumbuhan di zona nyaman? Ah, barangkali cuma bisa-bisaan saya sahaja.

Menjalani apa yang terjadi hari ini, saya hanya berbekal keyakinan. Yakin saja, Tuhan Maha Mengatur. Maha Memberi. Maha Mencukupkan.

Maka, apa yang saya lakukan hari ini diniatkan ikhtiar. Mengusahakan yang terbaik. Setelah itu, semuanya saya serahkan pada DIA. Bukankah sebenarnya itu konsep taqwa? Duh, sudah berislam sepanjang usia, yang begini saja gak paham-paham.

Betapa lelahnya menunggu. Betapa lelah mengharap

Dan betapa kecewa, ketika selalu menjadi yang tersisa.

Maka sungguh, sebaik-baik berharap adalah kepadaNYA.

Karena DIA tidak pernah menolak.

===

Semalam, saya datang pada sebuah ceramah kepemimpinan. Pembicaranya Country Managing Director Accenture Indonesia Neneng Goenadi. Pernah dengar Accenture? Salah satu lembaga konsultan manajemen dan IT dari Dublin, Irlandia. Negara asal para personil Westlife, mantan pujaan saya waktu SMP. Hihi...Sekarang? GD saja yang lagi wamil itu. Haha....syudah Gin, tidak penting.
Di hadapan sekitar 200 peserta yang hadir, dia menyebut tantangan menjadi pemimpin di masa depan. Masa dimana bisnis harus mengadopsi digitalisasi. Be digital or be replaced, katanya. Dengan digitalisasi, biaya riset dan pengembangan menjadi lebih mudah dan murah. Operasional dan keuangan dapat selesai dengan lebih cepat. Secara biaya? Robot jelas lebih murah dan dapat bekerja 24jam sehari 7hari seminggu. Tanpa mengeluh. 

Di masa seperti itu, pemimpin masa depan harus punya visi dan strategi. Dia harus inovatif dan kreatif. Keluar dari kotakmu, keluar. Tiga tahun yang lalu, siapa sih yang bisa memprediksi Nokia, Blackberry dan Yahoo akan hancur? Mereka gagal keluar dari kotak. Para leaders juga harus berorientasi pada hasil (result driven), tanggap pada perubahan serta kolaboratif. Bekerja dengan mesin, karyawan dan juga tempat serta situasi kerja yang baru.


"Tapi apakah digitalisasi akan mengurangi peran manusia?" katanya.

Neneng ternyata tidak menambah teror pada bagian ini. Menurut dia, industry 4.0, atau bahasanya Airlangga Hartanto (Menteri Perindustrian) making Indonesia 4.0 itu, tidak akan. Manusia tidak akan bersaing dengan mesin dan robot. Dalam industri apapun, peran dan fungsi manusia tidak akan terganti. Di Jepang dan Jerman, penggunaan mesin semakin marak. Tapi, penyerapan tenaga kerja untuk industri justru semakin banyak. Saya lupa tidak mencatat ini sumbernya dari mana. Tapi masa kita meragukan data Accenture. Ya kan?

"Kalian tidak bersaing dengan mesin. Tidak. Kalian tetap berkompetisi dengan others (manusia)," lanjutnya.

Jadi bagaimana menghadapi zaman edan ini? Neneng memintamu untuk terus haus pengetahuan (knowledge). Membuka diri pada hal-hal baru. Ketrampilan baru. Cara kerja dan pandangan-pandangan baru dalam bekerja.

Ini berlaku pada siapa saja, dari fresh graduate maupun profesional. Baik pengusaha swasta, pemerintah maupun BUMN. Tidak ada yang tidak. PR-nya sama. Menambah pengetahuan dan keterampilan. Mempertajam analisis. Kenapa? Karena sampai sekarang, software sepintar apapun masih belum ada yang mampu melakukan kemampuan ini. Tapi, saya kemarin juga baca, robot yang trading saham, enggak pernah kalah tuh. Sementara saya kalah mulu di papan bursa. Wkwk...Gimana ini Ibuk.
----

Jadi? Tidak ada lagi waktu untuk mengeluh kesah. Tidak ada lagi waktu berpangku tangan.

Cobalah berpikir sebesar mungkin, Gin. Cobalah berbuat sebaik mungkin. Kombinasikan usaha dan pasrah. Sumbat segala suara-suara sumbang yang ada di sekelilingmu. Just do the best you can. Perhatikan sekelilingmu. Bersyukur pada setiap jeda dan langkah. Labuhkan hatimu kembali padaNya.

Mari kita lihat, keyakinan ataukah nasib baik, yang menyapa kita di depan sana.



















Komentar