Mengapa Saya Datang Ke Kampanye Akbar Prabowo-Sandi 02 di GBK

Saya menyerah. Tadinya, saya berjanji pada diri sendiri untuk tidak memposting apapun terkait Pemilu 2019. Sudahlah. Ibarat perempuan, debat sengit cebong-kampret membuat kerut wajah bertambah tiga kali lipat. Namun, saya harus melanggar janji. Saya datang ke Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno (GBK) 7 April 2019. Dan saya pengen menjelaskan, mengapa?



Prabowo-Sandi Menang
Seruan Memutihkan Jakarta di GBK Minggu (5/4) Sukses. GBK penuh.
 Berapa jumlah yang datang? Aduh, tidak usah menguji kemampuan matematika saya.

Apakah ini semacam pengakuan bahwa saya mendukung pasangan Prabowo-Sandi 02? Hihi...coba tebak? 

Akhir-akhir ini, saya jengah. Perdebatan Prabowo-Sandi dan Jokowi-Maaruf sampai pada taraf yang menjengkelkan. Di semua lini, khususnya internet dan media sosial, cebong-kampret saling ejek tanpa data dan fakta. Nyerocos aja terus, entah dari akun beneran atau bot. Media massa membesarkan nyala api di pinggiran.

Selama ini, saya masih bisa menahan diri untuk tidak pernah berdebat panjang atau mengunggah status menghina Paslon di medsos.  Di akun para cebong, saya komentar dan bagikan. Begitu juga dengan akun kampret yang saya likes. Huffington Post bilang, hal itu membantu berpikir objektif. Algoritmanya akan menampilkan berbagai konten baik yang sejalan maupun berseberangan dengan cara pandang kita. Langkah ini juga menjadi cara termudah dalam menangkal hoax.

Di beberapa grup Whatsapp yang diikuti, saya beberapa kali melontarkan "cemoohan". Tapi niatnya bukan untuk menyerang, saya suka kalau grup itu ramai perdebatan. Haha...Alhamdulillah belum pernah kena kick admin.

Namun, akhir-akhir ini saya lebih jengah.
Saya merasa Jokowi-Maruf dan Prabowo-Sandi ini sama saja. Tidak ada yang istimewa. Pilpres ini tidak lagi menarik. Prabowo emosional sementara orang-orang di sekitar Jokowi mengerikan. Tapi, seperti kata Romo Mangun, golput adalah kaum benalu. "Bukan memilih yang terbaik tetapi mencegah yang buruk berkuasa," tulisnya di Kompas. Tidak usah dibahas ya, artikel tandingan yang lebih bergas dari tulisan Romo ini. Baca sajalah, artikel tandingannya di sini. Hihihi...

Kemudian, saya menemukan sebuah artikel resensi buku dari Wisnu Prasetya Utama. Dia baru pulang dari studinya mengenai media sosial dan politik di AS. Link lengkapnya ada di sini. Intinya, dia melihat bahwa media sosial dapat membuat kita sok tahu akan banyak sekali hal. Mempercayai seseorang yang terlihat mengagumkan dari apa yang ditampilkannya di media sosial. Padahal secara keilmuan, hariannya sangat jauh dari itu. The Death of Expertise, matinya para pakar. 

Prabowo Sandi 02 Menang
Bukan panji parpol ini yang saya mau tangkap.
Tapi gerakan mereka untuk memunguti sampah selesai acara


Membaca resensi Wisnu dan dengerin orang ngomong seliweran tentang efek media sosial membuat pusing. Belum lagi rumpi dan cemoohan khas kelas menengah. Jadi, saya memutuskan untuk datang ke kampanye akbar Prabowo-Sandi. Sekadar lebih ingin tahu, Sandi sekarang lebih ganteng apa gimana dibandingkan waktu masih di Recapital dulu? Wkwk...#boong

Oh iya jujur saja. Beberapa blunder yang dibuat Prabowo dan Sandi selama kampanye sebenarnya membuat saya ilfeel. Belum lagi ulah tim kampanye-nya. Lima tahun periode kepemimpinan Jokowi-JK tidak hanya menelorkan prestasi tetapi juga lubang. Namun, cara mereka membuka lubang itu untuk meyakinkan para calon pemilihnya, bagi saya pribadi, gagal total.

Militansi para pendukung pasangan Prabowo-Sandi mungkin yang membuat saya tertarik. Bagaimana sistem mereka bisa mematikan jangkauan pikir dan kritis, samikna wa atho'na. Bagaimana menjawab semua pertanyaan tentang kenapa dia? Padahal, politik selalu tentang kepentingan. #eh

Jadi, saya memutuskan untuk datang ke kampanye akbar Prabowo-Sandi 02. Tidak sekedar kampanye katanya, tetapi juga Reuni 212, dzikir akbar dan mendengarkan tausiah ulama. Karena itu, acara dimulai sejak sejak 04.00 WIB. Jadi, saya datang dari pagi buta juga? Terima kasih. Datang saja pas acara puncak, tepat ketika Prabowo menyampaikan (setengah) orasi. Duh, bangun pagi di hari Minggu bagi pemalas seperti saya adalah hal berat.

Isi orasinya? Sama saja. Baca sajalah di Detik, Kumparan, Liputan6 atau Okezone,  kantor pertama saya.  Hihi... . 

Apa yang paling menarik dari datang langsung ke kampanye akbar Prabowo-Sandi?

Menyerap antusiasme dan semangatnya. Melihat langsung atmosfer orasi. Merasakan langsung semangat pendukungnya. Menguping berbagai obrolan mengenai perjuangan mereka, baik bergerombol atau pribadi, untuk datang ke GBK. Apapun yang tidak bisa dirasakan langsung melalui media sosial. Sesuatu yang membuat saya lebih bisa menempatkan diri bila pada posisinya.

Prabowo Sandi Menang
Apakah ini akan menjadi kontemplasi untuk memilih Prabowo- Sandi 17 April mendatang?
Hahaha...RAHASIA
 

Dan saya tidak menyesal datang ke kampanye akbar Prabowo-Sandi itu. Berada diantara lautan manusia hanya untuk mendengar calon kandidat presiden itu bicara. Menyecap energi dan semangat yang berkobarkan untuk sang calon.

Menyaksikan bagaimana mereka mengenakan berbagai atribut sang calon. Menjadi saksi bagaimana tangan mereka terkepal tinggi sepanjang orasi, meneriakkan yel-yel, serta menyanyikan mars perjuangan dan kemenangan. Semua itu membuat air bening dari mata tidak berhasil dibendung.

Jatuh cinta pada Prabowo Sandi? Nanti dulu. Saya berniat mengosongkan jadwal di akhir pekan depan untuk datang di acara yang sama, kampanye Akbar Jokowi-Maruf. Setelah itu, saya baru memutuskan kepada siapa hak suara ini diberikan.

Eaaa, sudah cocok jadi calon pengamat politik belum sih gue? Kayak serius sih!!
Udah ah! 

Komentar