Sepuluh Juta Alasan Mengapa Investasi Harus Dimulai Sejak Hari Ini

"You can buy everything with money except hapiness," kata seorang bijak.

Pernah dengar pesan bijak yang seperti itu bunyi dan nadanya? Kata teman saya, pesan bijak itu sudah out of dated. Ketinggalan zaman. Sudah tidak relevan lagi dengan zaman dimana layanan apapun bisa dipesan melalui Gojek. Kecuali layanan antarjemput jodoh. Wuakaka....




Mengapa Kita Harus Investasi


Setuju gak? Memang tidak harus. Teman saya itu memang pola pikirnya kadang kelewat skeptis. Banyak hal akan lebih mudah dan terbuka dengan uang, itu argumennya. Karenanya, posisi uang, bisa membeli setengah kebahagiaan. Setengahnya lagi? Bahagia itu kita yang rasa, ada di hati. #tsah.

Contohnya begini.

Dua tahun lalu, saya berkesempatan mengajak orang tua umroh. Kisah dan pengalamannya sudah saya tulis dalam lima artilkel lengkap di sini. Karena terbatas, saya hanya bisa membayar paket reguler. Alhamdulillah ibadah kami lancar dan nyaman tanpa kendala berarti.

Setahun kemudian, kakak sepupu saya membayarkan orang tuanya umroh dengan paket platinum. Harganya hampir dua kali lipat yang saya bayarkan. Fasilitas yang diberikan travel umroh itu tentu lebih baik dibandingkan reguler. Ibadah orangtuanya lebih khusyuk karena semua terjamin. Uang lebih yang kita punya menjadi alat untuk kebahagiaan mereka. Senang donk, membahagiakan orangtua?

Saya hobi backpacker, enggak perlu fasilitas lengkap atau hotel bintang lima kalau liburan. Mungkin itu pembelaaanmu. Tapi bukan itu intinya. 

Bayangkan, bila orang tuamu sakit dan harus mendapat penanganan medis. Uang lebih yang kamu miliki akan memberi kebahagiaan. Mereka dapat pulih lebih cepat. Tidak perlu ada kekalutan dan kekhawatiran mengenai keuangan.

Alasan itu yang membuat saya sepakat dengannya. Inventasi, kata teman saya itu, adalah salah satu cara membeli kebahagiaan. Karena tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi besok. Semua bisa terjadi besok atau besoknya lagi. Hari ini kita diliputi kecukupan, tapi besok mungkin kita dihadapkan pada pilihan sulit. Investasi, memberi kita kebahagiaan karena memiliki lebih banyak pilihan dalam mengatasi persoalan. 

Kemudian, ketertarikan saya memulai investasi bersambut dengan membaca artikel di #MoneySmartMenginsipirasi. MoneySmart banyak menulis mengenai tips dan trik memulai investasi seperti pada artikel ini. 

Untungnya, beberapa hari kemudian, pekerjaan membuat saya dapat bertemu langsung dengan Armand Hartono, Wakil Presiden Direktur BCA. Di forum itu, dia bicara mengenai pentingnya melakukan investasi sejak dini. 

Armand menyebut uang laksana energi. Layaknya energi, keberadaannya di dunia ini terbatas. Penggunaan, pengelolaan dan pemanfaaatan energi tersebut menjadi hal penting. Bagaimana mengelola energi agar tetap efektif dan efisien. Jadi tidak boros dan bocor.

Armand lalu cerita bahwa dirinya adalah keturunan ke-11 di Indonesia. Pelajaran investasi sudah diperolehnya dari kakek-nenek. Jauh sebelum alat dan instumen investasi berkembang seperti sekarang, kata dia, kakeknya sudah investasi emas.

"Jadi waktu ditangkap dan dipenjara sama Belanda, uangnya disita. Tapi simpanan emas yang disimpan di tempat lain tidak," katanya pada suatu forum investasi bersama anak-anak muda.
Pelajaran pertama terpenting darinya adalah mengenai pengelolaan keuangan dan upaya diversifikasi. Jangan menempatkan semua telur dalam satu keranjang, kata Warren Buffet. Kalau keranjang jatuh, kita masih punya telur lain yang bisa dimanfaatkan dan digoreng. 

Kemudian, Armand juga berpesan investasi harus membuat kita selalu merasa aman dan nyaman. Investasi yang membuat kita tidak bisa tidur karena was-was, khawatir atau cemas, berarti bukan untukmu. Atau bisa jadi, investasi itu malah bodong dan harus segera dilaporkan ke Satgas Investigasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Disiplin itu penting. Dalam investasi, jangan pernah menggunakan emosi sesaat, harus bisa membedakan mana perasaan (feeling) dan rasional," tambah dia.
Dalam investasi, ada prinsip high-risk-high-return. Investasi dengan imbal hasil tinggi akan selalu diikuti dengan risiko kehilangan yang juga tinggi. 

Prinsip investasi selanjutnya, masih menurut Armand adalah mengetahui karakter dan batas risiko (limit) diri sendiri. 

Sanggup dan ikhlas enggak kalau dalam satu minggu, nilai investasi kita turun 50% misalnya. Membayangkannya saja kamu sudah pusing, mual dan tidak doyan makan? Hampir bisa dipastikan investasi saham tidak cocok untukmu. Investasi di Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau sukuk mungkin lebih pas dengan karaktermu. Investasi aman, tidur nyaman.

"Saya sendiri pernah mengalaminya di tahun 1990-an. Saya investasi (saham) di teknologi sampai ada dot-com bubble. Awal tahun 2000-an, nilai investasinya sampai hampir habis," kisahnya.

Bayangkan di posisinya Armand. Investasi Rp100 juta yang sudah kita tabung dan sisihkan setiap bulan selama bertahun-tahun, kemudian hilang. Ngenes? Pasti. Tapi, itu jadi pengalaman dan pelajaran berharga baginya.

Armand juga mengingatkanmu untuk mengatur investasi sesuai dengan tujuan keuangan. Tujuan keuangan dibagi menjadi tiga jenis: pendek, menengah dan panjang. 

Pendek biasanya untuk tenor di bawah satu tahun, menengah 3-5 tahun dan panjang di atas lima tahun. Mengapa harus dibedakan? Tentu saja karena instrumen investasinya berbeda-beda di setiap tujuannya. Tujuan keuangan juga menjadi dasar pertimbangan risiko dan imbal hasil yang akan diharapkan.

Mulai pusing?

Jangan dulu. Sederhana saja. Perencana keuangan menyarankanmu untuk menempatkan investasi jangka pende pada instrumen yang liquid (gampang dicairkan). Salah satunya deposito yang hampir tidak memiliki risiko. Bunganya antara 5-7% per tahun belum termasuk pajak. Menarik untuk di jangka pendek. Namun tidak untuk tujuan keuangan jangka panjang seperti menyiapkan dana pendidikan anak.

Di jangka panjang, instrumen reksa dana saham tentu lebih menarik dibandingkan deposito. Dengan risiko lebih besar tentu tetapi menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi juga. Bisa mencapai 15% per tahun. Saham terlalu berisiko? Sistem dan skema reksa dana yang membagi portofolio kelolaannya dan pengelolaan profesional Manajer Investasi (MI) dapat mengurangi risiko kerugian (loss).

Sederhana kan? Siapa yang bilang investasi itu sulit dan ribet?
Jangan lebay ! Belum nyoba kali?

"Bukan tentang seberapa besar (nominal investasinya) tetapi seberapa cepat kamu memulainya," kata Prita Ghozie, salah satu perencana keuangan.

Saya, kita, tidak bisa tidak sepakat.  



Komentar