Otak-Atik Rekening Bank, Pelit atau Perhitungan?

Saya tercekat ketika membaca satu artikel: bank digital jor-joran memberi bunga tabungan sampai 8% per tahun. Padahal, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya menjamin 3,5% saja. BPD dan BPR, juga hanya berani memberikan sekitar 6% saja. Bagaimana ini? Apa kita harus pindahan dari rekening bank manual ke bank digital? Seberapa penting?


rekening bank menguntungkan
Rekening bank mana paling menguntungkan? (kompasiana)


Kalau benar bank digital obral bunga, mereka lebih sakti dari negara. Soalnya, sukuk ritel dan ORI yang negara keluarkan selama 2021, hanya menawarkan bunga sebesar 5-6% per tahun. Duitnya bank-bank digital itu dari mana sih, kok bisa jor-joran gitu? Benarkah ketidakharusan investasi infrastruktur seperti pegawai, kantor cabang, dan ATM membuat biaya dana (cost of fund) kecil? Duitnya, bisa dialihkan untuk menjual madu manis pada calon nasabahnya? Madunya siapa? Kamu lah. 

Enggak tahu, enggak kepikiran mikir yang se-jlimet begitu. 
BERAT.
Hahaha...


Besarnya suku bunga di bank digital memang hanya sekedar kail. Sebenarnya, saya pengen curhat tentang pengalaman switching rekening bank lewat digital beberapa waktu lalu. Ini kesalahan yang lumayan besar dan fatal bagi saya. Bikin jengkel sekaligus juga belajar banyak.

Karenanya, saya pengen berbagi luka sekaligus juga pelajaran bersama. Kalau kamu berniat melakukan apa yang saya lakukan, kamu memang sudah tahu dan paham. 

Semenjak tahun lalu, saya membuat sejumlah langkah investasi yang baru. Salah satunya, langkah membuka rekening valas USD di bank swasta terbesar Tanah Air. Sebut saja BCA. Ekwkw... Alasannya sederhana, payroll gaji ada di BCA. Sampai saat ini, BCA juga masih menjadi raja transaksi (transactional banking). Kurs e-rate nya juga tidak berbeda jauh dengan kurs JISDOR BI. Bersaing.

Ketika akhirnya pandemi menyerang negara api dan pasar keuangan jebol, saya introspeksi. Setahun lalu pula, saya akhirnya membentuk dana darurat dalam valas USD. Rekening tabungan valas menjadi penting. Kenapa dana darurat dalam valas? Soalnya, nilai USD termasuk yang paling stabil dari inflasi dan daya beli. Berbeda dengan rekening rupiah yang bunganya kecil dan mudah tergerus inflasi. 

Gimana dengan bunga di tabungan valas? Sama sedikit sesuai dengan LPS rate. Tapi namanya juga dana darurat kan? Enggak terlalu butuh pertumbuhan. Tadinya, reksa dana pendapatan uang memang jadi pilihan. Tapi, valas USD juga bisa jadi alternatif penyimpanan. Di samping juga, manfaat tambahan rekening valas berupa penambahan dana yang bisa ditambah sedikit demi sedikit. Jumlah dana darurat, menurut pakar keuangan, minimal 3x pengeluaran bulanan untuk yang belum menikah atau 6x bagi mereka yang sudah menikah dan punya anak.

Jadi, tahun lalu, Tahapan Valas BCA dibuat. 

Proses buka rekening valas di BCA ternyata cukup repot. Saya harus datang dua kali ke kantor cabangnya (untung deket Grand Indonesia). Belum bisa daring. Sekali untuk daftar dan cek-cek kondisi, seminggu kemudian ambil ATM. Tahapan BCA valas juga tidak menyediakan buku tabungan. Hanya ATM. Its ok lah, kita anak milenial gak butuh2 banget buku.

Namun, dari awal, tabungan valas BCA ini banyak ganjalannya. Rekening valas mewajibkan kita untuk mengadakan transaksi masuk/keluar dalam enam bulan. Lebih dari enam bulan, rekening menjadi tidak aktif (ternyata bank lain sama saja). 

Biaya administrasinya sebesar USD1/bulan. Hampir sama dengan Tahapan BCA rupiah sebesar Rp15 ribu per bulan (rekening standar. Tapi, BCA strike banget soal aturan transfer. Tahapan valas tidak bisa mengirim dan menerima sesama rekening valas dari bank lokal. Kalau ada pekerjaan dengan bayaran USD, kita juga harus memastikan pengirimnya menggunakan bank rekanan. Biaya transaksinya pun mahal.

Intinya, Tahapan BCA valas hanya difungsikan untuk menabung. Simpen saja. Transaksi paling mudah ya dengan sesama rekening BCA. Tidak sesuai dengan semboyan sebagai bank transaksi ya? Hehe...

Tapi, baiknya, kita dapat menarik dana di seluruh ATM BCA di Indonesia. Jadi, nabungnya dollar tapi bisa keluar di mesin ATM rupiah. Atau bisa setor tunai rupiah di ATM untuk dikonversi.   
Ribet ya?

Memang ribet dan mengganjal. Tapi, waktu itu, saya terlanjur pengen punya. Risih rasanya punya beberapa USD dalam bentuk tunai. Ditambah, tahun lalu, saya juga punya beberapa tujuan keuangan yang lebih stabil disiapkan dalam valas. 

JADILAH.

Satu tahun memiliki tahapan valas BCA, nyaman saja. Setiap bulan, meski sedikit, alhamdullillah rajin transfer. Saya cek juga mutasi rekeningnya di m-BCA setiap bulan. Dari situ, saya tahu, biaya administrasi sebesar USD1 per bulan terasa menggerogoti tabungan. Soalnya bunganya hanya USD 0,2 per bulan. Belum kena pajak. 

Jiwa kapitalisme saya langsung berontak.
RUGI banyak banget. Hahaha....

Kemudian, seorang teman yang PINTER banget praktik perencanaan keuangan, berbagi pengalaman. Dia dan suaminya, canggih banget mengatur keuangan. Budget beli smartphone saja dia masukkan dalam RDPU khusus berlabel "smartphone baru". 

Setiap hari, dia juga punya reksa dana yang bisa top-up mulai Rp10 ribu di dompet digital. Dari wartawan, suaminya pindah profesi menjadi analis saham di salah satu sekuritas Korea Selatan. Korean Invesment itu, hanya terima nasabah korporasi, enggak doyan duit cimit.  Makanya, kadang saya minta dibisikin rekomendasi saham siap terbang. Kamu pengen tahu juga? Wkwk...

Intinya, dia cerita soal mudahnya aplikasi keuangan di bank sebelah. Bank merah BUKU IV dari negeri Jiran. Nabung dan investasi di bank merah mudah banget. Sesuai dengan era yang mendukung kita untuk semakin mager. Klik-klik-klik beres. Semangatnya bank penuh aset tapi enggak gaptek.

Pengen tahu dan penasaran, saya tergoda.  

Saya akhirnya mendaftar menjadi nasabahnya. Beberapa bulan menjadi nasabah, saya merasakan kemudahan. Saya bahkan sudah merasa di beberapa layanan, BCA saja kalah langkah. Soalnya buka deposito di BCA dulu harus datang ke kantor. Sekarang sudah berbeda memang. Tapi aplikasi keuangannya lebih komprehensif di aplikasi cumi merah. Tahu bank apa kan? Sudah paham? Hehe...

Yang paling menarik bagi saya adalah karena mereka menawarkan semua rekening tanpa biaya administrasi. Aih...cocok. Kamu mesti tahu ya, meski Rp10-15 ribu per bulan, biaya admin itu mahal dan menyiksa. Apalagi, bank yang digunakan untuk operasional bulanan kita seharusnya tidak diisi terlalu banyak uang. Boros. Jumlah uang yang di sana tidak mungkin dapat imbalan bunga lebih besar dari biaya adminnya. Terutama kalau gajimu masih kelas pekerja cere kayak saya. Karenanya,, rekening tanpa admin adalah keharusan.

Dengan fitur bebas administrasi, saya merasa layanan ini adalah solusi atas rekening valas tersebut. Cemerlang nih solusi #kata jalan pikiran pikiran saya

Otak-atik informasi di websitenya, saya juga menilai kurs e-rate nya lebih murah dibanding BCA. Selisihnya memang tidak banyak. Meski begitu, selisih tetap selisih. Duit tetap duit. Belum lagi bebas administrasi kan? Bunga, saya pikir memang akan 11-12. 

Lalu, dengan yakin, saya melakukannya.
Saya memindahkan semua rekening saya dengan sedikit langkah panjang. 

Pertama, saya mentransfer semua isi rekening valas  ke rekening rupiah BCA. Setelah itu, dari BCA dipindahkan ke rekening rupiah bank merah sebagai rekening utama. Langkah terakhir, saya harus me mindahkan lagi ke rekening valas di bank merah.

Kali ini, saya bahkan khusus memilih rekening valas syariah. Biar lebih berkah. 
Aamin.

Ribet ya? Kenapa harus dipindah lagi dari rekening rupiah di bank merah ke rekening valasnya? Gak apa, emang otakku kadang setidak efisien itu. Wkwkwk...

Karena sudah melakukan perhitungan dan pertimbangan, saya jelas tahu berapa nominal yang akan dipindahkan. Berapa rupiah yang setara dengan berapa USD. Saya pastikan sudah menggunakan kurs e-rate terkini. Sampai pada nominal ratusannya, saya tahu jumlah nominal di masing-masing rekening.  YAKIN BANGET

Saya transfer semua dalam satu kali klik. Ketika semuanya sudah selesai, saya menyadari sesuatu.

Kenapa nominal di rekening utama saya di bank merah, berkurang banyak? Padahal, jumlah USD yang saya transfer sudah betul. Saya pastikan dua sampai tiga kali.

Kemudian saya terhenyak? KOK?

Saya langsung menanyakan kejanggalan ini kepada teman saya. juga mengirim pesan pribadi ke CS bank merah di Twitter. Tahu apa jawaban teman saya?

"Kan gw bilang, rate bank merah emang jahat banget. Mahal. Lo udah pastikan belum? Segini nih, Rp14.500 tadi gue juga transfer," katanya.

HAH?

"Lah bukan e-rate yang ada di website patokannya," balas saya, panik-panik syedap.

Pas dilihat lagi, di website tersebut ternyata ada informasi penting. 

      *transaksi equivalen USD3000 melalui channel digital.

WHAT??

Saya terdiam sejenak. Sejenak yang rasanya seperti diguyur air dingin yang menusuk kulit.
Ada yang luka dalam diri saya tapi tidak berdarah. 

Jadi saya keliru? Melakukan kesalahan besar? 

Ini bank maksudnya apa ya?
SAYA KESEL dan sakit hati meskipun saya tahu perbuatan sia-sia.  
Sama diri saya sendiri, terutama karena gegabah.




alternatif perbankan
Informasinya jelas sejelas mentari. Kenapa meleng? 



Jadi maksudnya, 

Bank merah dari Malaysia membagi dua jenis kurs e-rate. Dua rate untuk transaksi rakyat jelata dan sultan. Transaksi rakyat jelata berlaku kurs yang sangat mencekik leher. Sementara bagi sultan, kursnya spesial. Murah banget.

Bagi saya, dana yang saya pindahkan cukup besar. Cukup untuk pengeluaran beberapa bulan seandainya terjadi hal di luar rencana. Persis seperti pesan perencana keuangan. Tapi tetap saja, jumlahnya belum setara dengan USD3000. Rakyat jelata banget bagi bank merah.    

Ya ampun, begitulah kapitalisme bekerja, sahabatku. Kejam sekali, ya? 

Sistem yang membuat lingkaran setan kemiskinan terus terjadi. Ada kesempatan untuk naik kelas dan memperbaiki ekonomi diri dan keluarga. Tapi, mereka yang sudah terlanjur di atas, ditambah dengan akses dan relasinya pada pelaku utama ekonomi, memiliki kesempatan yang lebih besar. Memiliki risiko yang lebih keci untuk gagal.

Ahahahaha...ha jelas. kejauhan. 

Bukan begitu, maksudnya, saya rugi cukup besar dari selisih kurs di BCA dan bank merah. Kalau selisihnya dikonversi ke saham, bisa dapat satu lot saham ASII. Masih ada kembalian. Bisa beli satu pasang sepatu idaman atau tas kulit dari sebuah perajin lokal. Beberapa baju dan celana dari online shop kesayangan. Hahaha....

Ya ampun!!

Pokoknya saya rugi sampai ratusan dollar US. Sedih tapi malu sama rekening saham. Wkwkwk...iya, hari itu, saya lumayan untung banyak dari saham yang melesat 2% sehari. Tapi kan, itu jenis dompet yang berbeda kan? Tujuan keuangan yang berbeda.

Sampai sekarang, bank negeri jiran tersebut masih memproses laporan saya. Namun saya sendiri sudah mulai tenang dan menata hati. Hahaha....ya sudah, ini murni kesalahan saya. Sebenarnya, sebelum melakukan transfer, dalam kotak dialog, sudah ada berapa kurs yang berlaku. Tapi diakui, saya kayaknya meleng. Saya enggak lihat berapa dia jual dollarnya ke nasabah kere kayak saya. Kalau tahu, saya mungkin akan berubah pikiran. 

Karena nasi sudah menjadi bubur,
 
Saya berniat memakan bubur dengan rencana baru. Tanpa biaya administrasi, saya harus memposisikan diri sebagai nasabah loyal. Saya harus menyimpan dana tersebut untuk setidaknya tiga-empat tahun ke depan. Hitungan waktu tersebut baru dinilai sama dengan selisih kurs yang saya lakukan kemarin.

Saya masih menunggu akhir bulan untuk menunggu perhitungan bagi hasil yang diberikan bank merah. Setelahnya, saya melakukan perbandingan. Kalau dirasa menguntungkan, mungkin saya juga akan switching dari tabungan ke deposito syariah. Juga menambah jumlah tabungan tersebut secara bertahap, bulan demi bulan.

Semoga rencana ini berhasil tanpa kendala berarti ya!
Saya lelah menulis sebanyak ini. Dan yang penting, menulisnya seperti menggarami luka, tapi sekaligus juga membuatnya cepat kering. Hahaha...

Pesannya, baca-baca-baca lagi aturan main setiap lembaga keuangan. Pahami lagi semua aturan permainan lembaga keuangan tersebut. Jangan mikir untung-untung saja. Pahami juga risikonya.

Risiko bank digital apa?

Hemat pemikiran saya cuma satu. Nama banknya kurang keren. Bayangkan kalau lagi nongkrong bareng teman-teman se-gank terjadi percakapan:

"Tabungan lo di bank apa?" kata teman. 

"Ada nih, Bank Bebek sama Kucing," jawabmu.


Ah, kok ga keren ya kayaknya?
Wkwkwkwk...becanda ah.

 Jangan peduli, yang penting isinya banyak. 

Selamat berinvestasi!!

Komentar