Pilah-Pilih Investasi Reksa Dana Sesuai Karung Duitmu

Literasi keuangan menjadi topik yang sangat menarik dan menggiurkan . Apalagi setelah pandemi Covid-19 menyerang negeri dan membuat kita terkungkung di rumah. Generasi muda dan menengah, yang katanya menguasai piramida penduduk, kelebihan dana nganggur. Sebagai pekerja, mereka biasa mengalokasikan dananya nongkrong di tempat fancy atau liburan. Hampir dua tahun, dana-dana tersebut ngendog sedikit di rekening. 

pilah-pilih reksa dana
Pilah-pilih reksa dana dalam karung portofolio


Selama pandemi, jumlah uang nganggur jelas semakin banyak. Selain karena khawatir pada kondisi yang tidak menentu, pilihan-pilihan yang ada semakin sedikit. Mau dipake liburan ke Maldives atau Hawaii juga pada tutup pintu. Satu-satunya cara adalah menjadi investor pasar keuangan. Menarik dan kelihatan trendi, bisa posting di sosial media. *kenapanyinyir

Enggak percaya? Lihat saja datanya. Raihan dana sukuk SR015 yang digelar pemerintah September lalu menembus Rp27 triliun atau yang terbesar sepanjang sejarah. Pemesannya, alhamdulillah, investor muda dalam negeri. Klaimnya literasi keuangan berhasil. Berhasil secara jumlah pemesan, secara nominal mungkin masih asing dan aseng.

Kenyataan itulah yang membuat saya kembali ke khitah. Kemarin, saya sempat cosplay sebagai beauty blogger dan reviewer drama korea. Saya akhirnya akan kembali menjadi reviewer uang dan investasi. Soalnya, uang bukanlah segalanya. Tapi segalanya bisa berbeda dengan uang. Tepat kan? Hehehe...

Saya ingin mencatat beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila kamu baru memulai investasi. Investasi reksa dana yang sekarang lagi hits dan marak banget, kayak duetnya BTS dan Coldplay. Investasi yang mudah, murah dan lumayan praktis, menurut saya. Meski begitu, skill standar harus kamu kuasai. 

Saya pengen membagi tips memilih dan menentukan reksa dana yang belum dibahas dan ditulismedia mainstream. Ini sebenarnya lubang besar. Mereka kan dibayar mahal buat nulis dan cari konten? Hahaha.... 

Berikut tips paling yahud dari saya: 

Tulisan paling standar reksadana
Bagaimana memilih jenis reksa dana berdasarkan waktu dan tujuan investasi

Beberapa kali saya menulis investasi, dan kerap diulang teman-teman saya, mereka hanya menulis tentang jenis, waktu dan spektrum waktu dalam menentukan dan memilih reksa dana. Jangka pendek bisa memilih reksa dana pasar uang. Sementara jangka menengah dan panjang bisa memilih reksa dana campuran atau saham. Sesuaikan juga dengan profil investasi Anda, tulis mereka. Jangan menempatkan investasi pada apa yang Anda tidak tahu atau ragu, kata Warren Buffet. BETUL, tentu saja.

Kamu pasti sudah khatam kan? Tidak udah saya ulangi lagi. 
Kalau belum paham, ulangi lagi aja baca-baca di laman sebelah. Wkwk...

Mereka tidak pernah menulis tentang tips memilih produk reksa dana yang jumlahnya makin banyak kayak oppa ganteng di Korsel sana.  Bareksa sampai menyebut perusahaannya sebagai supermarket reksa dana. Bingung gak sih kalian? Gimana memilih ratusan jenis reksa dana beserta dengan tabel-tabel angka yang berjejer merah-ijo begitu?

Milihnya gimana? Bolehkah memilih reksa dana seperti memilih kucing dalam karung? Atau harus mempertimbangkan bibit-bobot-bebet kaya milih jodoh? #eh

Tabel kinerja mana yang harus dilihat dan diperhatikan? 

Melihat kinerja reksa dana tentu penting. Ya, masa sebagai kaum kapitalis hedon, kamu enggak pengen dapat imbal hasil tinggi? Enggak pengen hidup enak kayak Rafathar pow? Kalau jawabannya enggak, kamu enggak perlu investasi reksa dana. Hahaha...

Agar mudah dan enggak pusing, saya sarankan kamu untuk tidak usah melihat seluruh tabel kinerja. Kamu boleh google dengan kata kunci spesifik, "kinerja reksadana pendapatan pasar uang/tetap/saham di 2021" dari berbagai media bisnis-ekonomi. Mereka biasanya rutin menuliskan lima reksa dana dengan imbal hasil paling tinggi per jenis per periode. Biasanya bulan atau kuartalan. 

Dari daftar tersebut, pilih saja satu-dua atau semuanya. Praktis.  Namun, memilih cara tersebut tak ubahnya memilih kucing dalam karung. Asal tembak seperti beli nomor buntut. Padahal, investasi jelas bukan judi yang hanya mengandalkan keberuntungan. Saya benci banget kalau ada yang menyamakan pasar keuangan dengan judi. 

Agar kamu dianggap investor yang pinter, kamu harus mau sedikit saja repot. Perhatikan tabel kinerja reksa dana tersebut dari sisi kolom YTD (year-to-date) dan satu tahun atau dua tahun kinerjanya. Sudah cukup.  Enggak usah lihat tabel yang lain. Pilih produk yang menurutmu menawarkan imbal hasil paling menarik. 

Kenapa spektrum waktu 3-5 tahun tidak perlu dilihat? Perlu sebenarnya, tapi sudah tidak berpengaruh signifikan dengan kondisi pasar keuangan sekarang dan yang akan datang. 

Dua tahun yang lalu berarti dunia keuangan belum dihajar pandemi kan? Lalu, kamu dua tahun lalu bisa sangat berbeda dengan sekarang. Dalam hal berat badan, misalnya bisa naik signifikan. *malahcurhat. 

Pertimbangkan Biaya Masuk dan  Keluar

Penting juga untuk memperhatikan biaya beli (fee subsciption) dan biaya keluar (switching subscription) dalam memilih produk reksa dana. Besarannya memang hanya 1-2% dari nilai investasimu. Tapi tetap saja, biaya masuk dan keluar akan memakan sebagian hasil investasimu. 

Coba bayangkan, kalau memilih reksa dana pasar uang, biaya masuk sebesar 2% itu bisa sampai 1-2 bulan balik modal. Lumayan kan? Besaran biaya masuk dan keluar suatu produk reksa dana pasti disampaikan kok sebelum kamu mengklik tombol beli dan transfer. Kelihatan jelas produk mana yang mengharuskan biaya pembelian dan mana yang tidak. 

Jangan khawatir, ada banyak sekali reksa dana yang bebas biaya. Beberapa produk yang saya tahu mematok biaya masuk adalah: Panin AM, Schroders, dan Ashmore. 

Bagaimana kalau kamu udah percaya dan pengen banget beli reksadana dengan fee administrasi? Ya gak masalah. Itu pilihan. Cuma kenapa kita harus bayar sih, kalau yang gratis juga banyak dan memberikan return yang tidak kalah besar?  Ingat, orang kaya itu biasanya perhitungan banget. Gak percaya? Warren Buffet tidak pernah sarapan lebih dari USD3,5 atau sekitar Rp50 ribu. 

Ngirit banget,  ya? Banget, karena kita bicara Buffet. Kalau di Jogja sih, sarapan USD3,5 mahal banget. Wkwkwk.... 

Membaca harga per unit dan dana kelolaan reksa dana


Harga per unit akan mempengaruhi perolehan unit reksa danamu. Kalau kamu membeli reksadana A senilai Rp100 ribu dengan harga per unit sebesar Rp2000, maka kamu mendapatkan 50 unit. Harga per unit ini berubah setiap hari, tergantung pergerakan indeks saham ataupun yield obligasi di pasar keuangan.

Kalau memilih harga unit reksa dana yang murah, kamu mendapatkan unit yang lebih banyak. Konsekuensinya, kalau indeks sedang jatuh, dia akan jatuh lebih dalam. Ngerti kan? Tentu saja karena kamu memiliki unit yang lebih banyak dibandingkan dengan reksa dana B yang memiliki harga per unit Rp3.500.

Berarti mending beli unit yang lebih mahal? Ya bukan begitu juga, honey bunny tutti fruity. Kalau IHSG lagi naik seperti kuartal keempat ini, reksa dana dengan unit harga murah tidak terlalu perform. Lebih bagus reksa dana dengan harga yang lebih premium.

Besaran dana kelolaan per produk reksa dana menurut saya tidak terlalu berpengaruh. Dulu, seseorang pernah mengatakan, dana kelolaan yang besar akan membuat gerak reksa dana seperti gajah. Elephant cant dance. Kegemukan. Soalnya dananya terlalu besar, apalagi kalau ternyata ada pemegang dana besar yang ternyata memiliki kontrak investasi dengan AM. Begitu dia keluar, kinerjanya langsung melempem. 

Tapi saya rasa, kondisi ini sekarang tidak terlalu berpengaruh. Bisa saja AM dengan dana kelolaan besar bergerak lincah. Tergantung portofolio sahamnya atau obligasi yang dipegangnya. 

Tentu saja, kamu harus memperhatikan alokasi penempatan portofolio reksa dana. Kalau kamu memilih reksa dana pendapatan tetap, penempatan di obligasi pemerintah (SUN/SUKUK) tentu memiliki peluang imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi korporasi. Kembali lagi pada prinsip dasar investasi, high risk high return. Sucorinvest AM, memiliki dua produk pendapatan tetap: Sucorinvest Bond Fund (mayoritas di SUN) dan Sucorinvest Stable Fund (mayoritas di obligasi korporasi). Mana yang paling baik? Lihat aturan pertama.

Kalau memilih reksa dana saham/campuran, kamu bisa memilih penempatan mayoritas di bluechips, campuran blue-chips dan second liner atau saham lapis tiga (dan sebagian second liner). Pada periode window dressing seperti akhir tahun, blue chips mungkin bangkit paling awal. Second liner akan mengikuti, dan kerap kali mencetak return lebih tinggi dibandingkan blue chips.

"Emang kamu puas, kalau uangmu hanya menghasilkan remah-remah?" kata salah seorang tokoh rekaan dalam novel yang saya baca. Ungkapannya ditujukan saat dia membahas investasi di saham-saham pelat merah. Bener juga ya? Hihi..
Enaknya yang mana? Coba saja dulu. Mulai dulu saja.

Kalau kamu benar-benar pemula dan enggak tahu apa yang harus dipilih. Saya sarankan untuk membagi rata investasimu itu dalam beberapa produk. Enggak apa-apa kecil banget, bahkan Rp100 ribu per produk sekalipun. Sekarang banyak sekali reksa dana yang dimulai dengan Rp100 ribu kan? Saya bahkan punya reksa dana yang berisi dana kembalian grabfood, bisa top-up mulai Rp10 ribu saja.

Dengan membagi produk ke dalam beberapa keranjang, kamu akan tahu jelas kinerja produk reksa danamu. Apalagi kalau kamu memasukkannya dalam satu waktu. Jadi tahu, produk A,B,C, dan D dalam satu bulan, dalam jenis yang sama, memiliki kinerja yang seperti apa.

Karenanya,

Saya sarankan kamu memilih produk yang membebaskan biaya pembelian dan biaya keluar. Dengan begitu, kamu tidak akan mikir berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk ganti produk. Seminggu mau ganti setiap hari juga enggak apa-apa biar ngerti. Toh, danamu enggak kena sunat AM.

Beberapa produk, seperti Sinarmas AM, mematok tarif penalti. Kalau kamu redeem (menarik kembali) investasimu sebelum satu tahun, mereka akan memasang tarif. Hal tersebut juga perlu kamu pertimbangkan kembali. Tahunya dari mana? Nah, pertanyaan ini belum bisa saya jawab. Tapi seharunya, semakin banyak persaingan AM di Indonesia, semakin sedikit produk yang menetapkan biaya penalti. 

Reksa dana produk apa yang paling baik dan layak untuk dikoreksi? 

Waduh, saya enggak tahu. Saya suka biru, bukan berarti warna hijau jelek, kan?  Sangat tergantung banyak hal, terutama karena dalam pasar keuangan: tidak ada hal yang pasti. Matahari saja mungkin terbit di timur dalam pasar modal. Tinggal dibalik aja arah mata anginnya. Hahahaha... Semua bisa terjadi, semua boleh punya komentar.

Paling penting apa? Segera mencoba dengan masuk ke kawah candradimuka. Jangan pernah sok pintar bermodal katanya-kayaknya. Rugi? Ya namanya juga ongkos belajar. Jangan pelit-pelit gitu lah, investasi pada diri sendiri untuk pengembangan diri, gitu pesen Warren Buffet.

Semoga beruntung ya, di pasar modal!

Sampai jumpa di kelas investasi berikutnya!
Ciaobello

Komentar