Cerita Wartawan di Kelas Inspirasi (bagian 1)



Poster Kelompok 67 Kelas Inspirasi Jakarta 4. Poster ini dipasang di seluruh penjuru sekolah
 
Rabu, 9 September 2015 lalu, barangkali akan menjadi salah satu titik bersejarahku di tahun ini. Hari itu, aku ikut berpartisipasi di Kelas Inspirasi Jakarta 4 (KI). Apa itu Kelas Inspirasi? Komunitas ini digagas oleh Anies Baswedan, yang juga konseptor Indonesia Mengajar.  Saat ini, beliau juga menjabat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan.  Namun, kalau Indonesia Mengajar mewajibkan mereka mengajar selama satu tahun, KI hanya sehari. Mereka mengajak professional muda untuk menginspirasi anak-anak SD tentang profesinya. Taglinenya, “Sehari mengajar, selamanya menginspirasi”. Ini link lengkapnya kalau kalian mau tahu lengkap: KI

Toples mimpi anak2. Jadi endingnya, kami mewajibkan mereka membuat pesawat2an yang sudah ditulis cita-cita

Setelah mengikuti briefing di akhir bulan Agustus lalu, aku masuk kelompok67. KIJKT4, diikuti oleh sekitar 800 orang dari berbagai profesi. Dalam briefing yang dilakukan di Auditorium Pertamina selama sekitar tiga jam itu, rasanya udah terharu. Saat itu aku berpikir, niat baik kadang memang perlu dipaksakan dan dilakukan bersama. Tidak cukup dilakukan sendiri karena hasilnya lebih massif!

Bergabung di kelompok 67, aku mencoba secepat mungkin membaur (dan sungguh ini tidak mudah). Satu keloompok itu, ada 17 inspirator dan lima dokumentator. Insiratornya, ada yang dari Kementerian Keuangan, pengajar yoga anak, pegawai bank, researcher, kontraktor, film maker dsb. Suprisenya, kami juga mendapatkan satu dokumentator yang masih berstatus sebagai pelajar SMA! Dulu gw mana kepikiran  kan ikutan kayak beginian? Haha…

Formasi Lengkap Kelompok 67, setelah berlelah-lelah mengajar 4 kelas
 Ada rapat yang dilakukan beberapa kali untuk persiapan, juga tinjauan ke SDN02 Cikini, tempat nanti kita ngajar. Namun, dari semua itu, aku hanya datang rapat sekali waktu di Cikini. Diskusinya di Whatsapp juga rame banget. Namun, semuanya itu kontribusiku hampir tidak ada. Aku hanya menerima saja, keputusan grup. Ah…sebenarnya aku benci dengan diriku yang masih saja suka gagap bersosialisasi.

Beberapa rekan inspirator, bercerita tentang pengalamannya ikut KI di kota-kota lain. Mereka well prepared banget. Misalnya nih, mereka membuat pembatas buku atau gimmick2 dari kertas hias untuk membuat penghargaan kepada anak yang aktif di kelas. Benar-benar terpesona sama dedikasi mereka. Soal metode ngajar di kelas, mereka juga banyak cerita. Iffah, salah satu dari mereka, juga cerita kalau rekannya di KI Bogor yang jadi pengacara itu membuat satu scene drama tentang persidangan. Si Inspirator itu bahkan menyiapkan kostum hitam-hitamnya.

“Di akhir kelas, ketika mereka diharuskan menuliskan cita-citanya, semuanya menulis ingin jadi pengacara atau penegak hukum,” kata dia.
 Iffah, yang seorang bidan. Kostumnya lengkap di Hari Inspirasi kemarin
Subhallah…hebat banget. Cerita-cerita itu, membuat aku semi desperate tentang metode ngajar apa yang akan aku pakai nanti. Nyiapin bahannya juga. Setelah  males. Selama ini, aku termasuk yang jarang dan rikuh meminta foto bersama narsum. Ditambah lagi netbuk pribadiku masih rusah. Ahahaha…loyalitasku belum sebesar itu ternyata teman2 (maaf). Sampai pada akhirnya di hari H, aku hanya bermodal nekat dan dengkul aja untuk bertemu dengan mereka. 

Dan...Pengalaman mengajar di KI ini akan segera kita mulai





(BERSAMBUNG)

Komentar

  1. Halo mba .. Mirip yaa ceritanya dengan sayaa .. Saya juga jurnalis, dan belum punya persiapan matang tentang apa yang mau dishare di Kelas Inspirasi. Saya ikut KI Bandung 24 Februari nanti hahaa

    BalasHapus
  2. Hey...sorry baru buka blog lagi. Iya parah KI pertama tanpa persiapan. Tapi, untungnya banyak yang bilang jurnalis lebih enak diceritain.

    Eh gmna btw cerita KI Bandung kmrn? Seru?

    BalasHapus

Posting Komentar