Penting Banget ya Menentukan Program Studi Sebelum Kuliah?


Beberapa waktu lalu, saya menemui salah satu diantara sekian banyak mentor. Saya cerita banyak hal padanya, termasuk kemungkinan saya menjadi korban pencurian data pribadi di Facebook (#toyor..apasih). Mengapa saya harus memiliki sekian banyak mentor? Soalnya saya orangnya labil, akut. Jadi, para mentor ini harus siap menjadi benteng, dari berbagai arah. Kalau satu enggak bisa, cadangannya masih banyak. Hihihi...





Foto: Shutterstock



Salah satu topik yang saya keluhkan semalam adalah persoalan yang sangat absurd dan retceh. Saya minta masukan mengenai program studi untuk rencana pendidikan ke depan. Malu kan?



Masa memilih program studi masih galau? Gimana menyelesaikan permasalahan rumah tangga yang (konon) lebih kompleks? Hehe...(lagi2 ituh Gin)

Apa kamu pernah merasakan hal yang sama? Tidak? Selamat, kamu hebat. Kalau pernah, kamu juga tidak perlu terlalu risau. Itu normal saja, jutaan bahkan miliaran orang di dunia juga pernah merasakannya.

Mengapa? Iya, tidak semua orang dilahirkan secerdas dan beruntung seperti Bill Gates. Di Indonesia, mungkin Sandiaga Uno dan Gita Wirjawan bisa jadi contoh. Kamu perlu tahu, bahwa dua nama ini memang sudah lahir dari keluarga kaya. Pernah dengar istilah silver spoon? Istilah itu merujuk pada seseorang yang sejak lahir sudah disuapi dengan sendok perak nan mewah.

Bill Gates, yang status terakhirnya turun menjadi orang terkaya kedua di dunia, adalah pribadi hiperaktif sejak kecil. Sejak liat komputer, pertama kali, dia seperti ketemu jodoh. "Pokoknya gue bakal jadi kaya dari barang ini," mungkin begitu tekadnya.

Dia luar biasa cerdas. Namun, beberapa artikel yang pernah saya baca menyebut karier Gates tak akan segemerlap itu tanpa peran Ibunya. Sang petinggi di IBM. Ibunya memiliki koneksi agar Microsoft dipakai di IBM.

Pernah dengar JackMa? Kalau belum, mungkin kamu harus memanfaatkan kuota internetmu untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat. Jangan hanya sekedar mengecek update terbaru para selebgram, online-shop atau membuat InstaStory. Hehe...ampun.


Bloomberg menobatkannya sebagai orang terkaya kedua di Tiongkok. Apa rahasia suksesnya? Kata beberapa ahli, adalah kemampuannya mereduksi kegagalan. Dia pernah menjadi satu-satunya orang yang tidak diterima kerja di KFC. Berkali-kali gagal masuk Kepolisian. Menapaki jalan sunyi dengan menjadi guru dan guide bahasa Inggris. Bagaimana sampai membuat Alibaba? Googling kata "China" dan menemukan sedikit  -bahkan tidak ada- informasi apapun tentang Tanah Airnya.

Pesan moralnya apa Gin? Ngomongin orang-orang hebat dan besar itu? Gak ada. Hehe...Enggak, sederhana saja. Sebagai orang biasa dengan keterampilan dan kecerdasan rata-rata, bingung dan galau itu biasa saja. Tentang apapun. Nikmati saja sebagai sebuah proses. Kamu sedang bingung memilih jurusan kuliah sekarang?



Foto : Shutterstock


Berikut tips dari saya. Tentunya sebagai sesama bingungers, saya mempunyai beban moral untuk membaginya bukan?

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, dari SMA ke kuliah, saya tidak merasakan kegalauan memilih jurusan. Saya sudah mantap ingin meminang (eh) maksudnya memilih jurusan Komunikasi. Pertimbangannya sederhana, saya mau jadi wartawan. Saya tidak pernah merasa salah dan menyesal dengan jurusan ini sampai sekarang.

Kendati begitu, memasuki dunia kerja profesional, saya melihat lebih banyak. Enam tahun bergelut menjadi wartawan ekonomi, saya melihat hanya sedikit diantara mereka yang bergelar Sarjana Ekonomi. Teman saya yang menyandang Sarjana Ekonomi, malah mengaku lebih paham Ilmu Ekonomi ketika sudah bekerja. Haha...Itu sih parah ya? Ngapain aja kuliah? #Eh,malah ngomongin orang.

Tidak semua wartawan juga lulusan Komunikasi dan Jurnalistik. Saya pernah punya teman wartawan ekonomi (ahli banget nulis data-data makro dan perbankan yang jlimet itu), dari jurusan Matematika dan Biologi. Redaktur saya juga lulusan Fisika. Hehe... So, wartawan adalah profesi yang sangat terbuka dengan segala latar belakang keilmuan.

Saya melihat, dunia perbankan juga tidak jauh beda. Tertarik dengan dandanan parlente dan bekerja di menara-menara tinggi itu? Sarjana Ekonomi mungkin memulai dari 0 sementara Sarjana dari jurusan lain memulai dari (-5). Dia, setidaknya tahu apa dan bagaimana bisnis perbankan. Namun setelah itu? Berkompetisi saja seluruh jurusan di dalamnya. Tumblek bleg. Salah satu direksi BRI yang pernah saya temui adalah Sarjana Pertanian. Dia berasal dari salah satu kampus negeri di Bogor, yang kerap diplesetkan menjadi Institut Perbankan Bogor. Nyinyir? Buat apa? Mereka pada sukses kok, mau terus apa?

Jadi jurusan gak penting, Gin?

Ya enggak juga sih. Penting. Kalau kamu jelas mau jadi dokter, ya jangan pernah masuk jurusan Kehutanan. Iya sih, Jokowi dari jurusan Kehutanan yang nyasar jadi pengusaha kayu dan kemudian jadi Presiden. Tapi kan diantara 250 juta penduduk Indonesia, cuma satu yang jadi Presiden, Beb. Peluangnya kecill. Hahaha...

Kalau kamu sudah punya passion mau jadi Dokter atau Arsitek misalnya, ya jangan nyasar-nyasar banget lah. Ngerti kan? Ada beberapa profesi yang memang sangat spesifik.

Apa yang paling penting dari proses belajar di bangku kuliah?
Tentu saja ini bukan dari saya. Pesan ini, wahai kawan-kawan semuanya, saya sarikan dari berbagai artikel yang pernah dibaca.

Pernah ada sebuah lelucon. "Kuliah ambil apa?" kata seseorang kepada mahasiswa. Si-Mahasiswa sableng hanya menjawab, "Ambil hikmahnya saja," katanya.

Jawaban itu mungkin seenaknya. Namun,sebenarnya, jawaban ini juga tidak sepenuhnya salah. Bagi saya, proses paling penting dari pendidikan, adalah perubahan pola pikir. Hal kedua adalah pengalaman dan pengembangan jaringan (networking). Mengapa?

Berapa jumlah sarjana Indonesia yang menganggur? Apa tidak ada lapangan pekerjaan tersedia? Mungkin penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur beberapa tahun terakhir melambat. Di samping itu, ada juga lubang besar antara permintaan tenaga kerja di pasar dengan penawaran yang ada. Kampus di Indonesia juga masih belum bisa menyediakan tenaga kerja yang mumpuni dan tepat guna bagi industri. Karena alasan itu, industri lebih banyak mengambil tenaga-tenaga terampil dari luar negeri.

Selain itu, banyaknya pengangguran di Indonesia konon disebabkan karena kurang kreatif. Paling tinggi, mimpi kita hanya menjadi PNS. Jadi wiraswasta atau pengusaha, adalah langkah terakhir bila sudah kepepet. Kita adalah pribadi-pribadi yang menunggu uluran tangan. Uluran tangan untuk menjadi karyawan. Memang begitu adanya (tunjuk ke diri sendiri). 

Kata Roem Topatimasang, Sekolah itu Candu. Membuat kita ketagihan. Padahal, sekolah hanya memisahkan menara gading yang sempurna antara realitas di masyarakat dengan teori yang mendakik-dakik. Jangan kuliah tinggi kalau kamu mimpi akan mendapatkan semua ilmu di bangku kuliah. Duduk di kelas berjam-jam tidak akan memberikanmu banyak hal. Menghafal teori dan rumus sampai pagi menjelang ujian juga hanya akan memberikanmu nilai A di atas kertas. Ketika keluar dari kampus, kamu akan merasakan kenyataan yang sering jauh berbeda dengan dunia mahasiswa-mahasiswi yang rapi dan teratur.

Apa yang harus dilakukan selama kuliah? Tentu saja banyak bergaul, mengembangkan jaringan dan teman. Kemudian, mencari pacar, nikah dan hidup bahagia selamanya. Bersama pujaan hatimu. THE END


Hahaha...


=============



NOTES : Maafkan, ini tulisan sungguh tidak jelas dan berfaedah. Dibuat hanya untuk keluar dari zona malas dan mager yang mengungkung.




Komentar