Memanipulasi Hal Sederhana, Katanya, Mendatangkan Kebahagiaan
Awal tahun baru, yang biasanya penuh optimisme, sedikit tercederai di Ibukota. Banjir melanda sebagian Jakarta. Juga beberapa titik penyangganya seperti Bogor, Bekasi dan Tangerang.
BMKG menyebut curah hujan pada sore 31 Desember sampai 1 Januari 2020 lalu adalah yang tertinggi semenjak beberapa tahun terakhir. Rata-ratanya mencapai 351 meter kubik per detik. Alasan tersebut membuat beberapa wilayah yang biasanya bebas banjir juga tak luput darinya.
Wajah Ibukota bahagia dan semarak, sisa kerlip kembang api mendadak redup. Lalu, pertengkaran panas sisa Pemilu dan Pilrpes kembali memanas. Para elite kembali bersiteru dan bersitegang tentang siapa yang paling bisa disalahkan. Banjir dengan aroma politik yang kental, kata Dahlan Iskan, di laman pribadinya disway.
Apapun yang terjadi di luar sana, semoga tidak mematahkan semangatmu ya, kengkawan. Tidak membuat senyummu memudar.
***
Tempat tinggal saya di Tanah Abang, alhamdulillah aman. Meski begitu, awal tahun ini, saya melakukan sebuah ritual.
Saya membongkar dan membersihkkan hampir semua sudut kamar kos. Tinggal hampir tujuh tahun di tempat yang sama, membuat saya menumpuk banyak sekali barang, di samping kenangan. #eh
Kemarin, saya menyortir ulang semuanya. Mana yang penting dan kurang ataupun pantas dibuang. Saya juga menata ulang susunannya. Di samping itu, saya juga menyapu dan mengepel semua sudut yang biasanya tidak tersentuh.
Meski hanya sekamar, saya membutuhkan satu hari penuh untuk melakukannya. Sambil sesekali mengobrol dan istirahat tentu saja. Lelah, tapi ajaibnya, saya merasa bahagia. Bahagia sekali.
Bahagia itu karena melihat kamar tempat tinggal itu menjadi lebih bersih, lapang dan rapi. Lebih pantas untuk ditinggali dan disebut sebagai kamar perempuan. Wkwk.. Kamar yang tidak semata hanya tempat tidur dan tempat tinggal sementara.
Bahagia, karena ternyata menemukan cara atau konsep menata ulang barang-barang saya. Sebuah cara yang sebelumnya tidak terpikir bagi saya untuk mengubah dan mengganti susunan dan letak tatanannya.
Saya jadi ingat pernah membaca tulisan seseorang, di Facebook. Penting bagi kita untuk bisa mengkamuflase kebahagiaan kecil. Bahkan kalau bisa, itu harus jadi salah satu tujuan hidup. Harus diperbarui setiap tahun baru datang.
Dia mencontohkan persis seperti apa yang saya lakukan kemarin. Menggeser sedikit penataan meja atau lemari untuk menemukan 20 cm ruang lebih. Ruangannya tetap sama tetapi rasanya lebih longgar, lebih lega. Itu membahagiakan. Dan itu nyata adanya.
Dari proses beberes seharian itu, saya paham.
Saya masih suka menimbun barang. Saya menemukan berbagai pernak-pernik yang ternyata tidak pernak saya pakai bertahun lamanya. Gelang, kalung dan aksesoris lain yang sepertinya tidak pernah saya pakai sejak pertama membeli.
Saya juga membuang banyak kosmetik yang sudah expired. Padahal, isinya masih banyak. Saya juga menemukan banyak kaos, tumbler, atau notes yang didapat dari liputan dulu. Ditumpuk saja tanpa tahu untuk apa.
Koleksi-koleksi buku saya juga ternyata sudah banyak yang menguning dan berdebu. Tidak terurus. Di samping juga banyak yang hilang, entah dipinjam atau lari sendiri keluar kamar karena tidak diurus. Wkwk...
Maria Kondo benar.
Hidup minimalis memang layak untuk dicoba.
Memanipulasi kebahagiaan juga kadang perlu. Caranya hanya mencoba hal sederhana. Atau mengubah rutinitas, sedikit saja. Tidak usah terlalu besar dan rumit. Sederhana saja. Bahagianya yang banyak.
***
Tahun ini, saya tidak membuat resolusi yang muluk. Biasa saja. Menjadi pribadi yang lebih baik dan tanggap tentu menjadi prioritas. Selanjutnya, biarkanlah saja mengalir apa adanya.
Hanya saja, dari apa yang terjadi di tahun 2019. Saya sepertinya harus mengubah beberapa hal mendasar tahun ini:
Membaca buku. Tahun lalu, saya malas sekali membaca buku. Terlalu asyik scroll media sosial yang ternyata hanya menghabiskan waktu. Apalagi kalau ngepoin akun online shop. Kemarin, waktu ke Gramedia, saya menyadari telah ketinggalan banyak sekali buku dan novel bagus. Sepertinya tahun ini harus memulai kembali.
Mengatur waktu dengan lebih baik lagi. Kurangi haha-hihi enggak jelas. Soalnya ada beberapa deadline yang harus dikejar di tahun ini.
Berhenti trading saham dan kembali menjadi investor. Saya ternyata lelah dengan model jual-beli saham di jangka pendek. Dengan perasaan (mood), kemampuan bermain saham serta manajemen waktu yang kurang baik, saya sepertinya tidak cocok menjadi trader saham.
Tahun ini, saya akan kembali menabung saham saja, seperti arahan OJK. Aman, menenangkan dan memberikan return jangka panjang yang lebih stabil. Saya juga menargetkan untuk mengubah beberapa portofolio investasi di tahun ini. Lebih banyak investasi akhirat. #subhanallah, riya sekali
Itu saja?
Ada beberapa target yang sifatnya lebih pribadi, tentu saja. Tahun ini, saya berharap dapat menyelesaikan studi. Ini menantang sekali karena sepertinya, saya selalu memiliki sejuta alasan untuk menundanya. Hampir dua tahun ini, semenjak memutuskan kuliah lagi, saya justru merasa mengerjakannya dengan sisa-sisa tenaga dan pikiran. Sisa perhatian sehingga hanya dilakukan dengan seadanya dan sejadinya.
Karenanya, khusus yang ini, tolong doakan saya. Semoga tahun ini, apa yang telah saya mulai bisa diselesaikan dengan baik. Aaminkan donk #kenceng.
Sisanya, biar menjadi rahasia saya dan Tuhan dalam doa sujud. Pastinya, saya meminta agar tidak meminta terlalu banyak dan memberi lebih sedikit. Apalagi kalau semuanya hanyalah sementara saja. Saya juga berharap bukan menjadi salah satu makhluk yang, seperti kata meme, meminta pada Tuhan sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan ketua RT.
Sudah itu saja...
Mengawali dan membuka awal tahun,
Semoga langkah kita semakin ringan,
Semoga semua yang terbaik dan terberkahi semua yang kita inginkan
Lets Rock the World
Resolusi Cantik di Tahun Cantik? 2020 |
BMKG menyebut curah hujan pada sore 31 Desember sampai 1 Januari 2020 lalu adalah yang tertinggi semenjak beberapa tahun terakhir. Rata-ratanya mencapai 351 meter kubik per detik. Alasan tersebut membuat beberapa wilayah yang biasanya bebas banjir juga tak luput darinya.
Wajah Ibukota bahagia dan semarak, sisa kerlip kembang api mendadak redup. Lalu, pertengkaran panas sisa Pemilu dan Pilrpes kembali memanas. Para elite kembali bersiteru dan bersitegang tentang siapa yang paling bisa disalahkan. Banjir dengan aroma politik yang kental, kata Dahlan Iskan, di laman pribadinya disway.
Apapun yang terjadi di luar sana, semoga tidak mematahkan semangatmu ya, kengkawan. Tidak membuat senyummu memudar.
***
Tempat tinggal saya di Tanah Abang, alhamdulillah aman. Meski begitu, awal tahun ini, saya melakukan sebuah ritual.
Saya membongkar dan membersihkkan hampir semua sudut kamar kos. Tinggal hampir tujuh tahun di tempat yang sama, membuat saya menumpuk banyak sekali barang, di samping kenangan. #eh
Kemarin, saya menyortir ulang semuanya. Mana yang penting dan kurang ataupun pantas dibuang. Saya juga menata ulang susunannya. Di samping itu, saya juga menyapu dan mengepel semua sudut yang biasanya tidak tersentuh.
Meski hanya sekamar, saya membutuhkan satu hari penuh untuk melakukannya. Sambil sesekali mengobrol dan istirahat tentu saja. Lelah, tapi ajaibnya, saya merasa bahagia. Bahagia sekali.
Bahagia itu karena melihat kamar tempat tinggal itu menjadi lebih bersih, lapang dan rapi. Lebih pantas untuk ditinggali dan disebut sebagai kamar perempuan. Wkwk.. Kamar yang tidak semata hanya tempat tidur dan tempat tinggal sementara.
Bahagia, karena ternyata menemukan cara atau konsep menata ulang barang-barang saya. Sebuah cara yang sebelumnya tidak terpikir bagi saya untuk mengubah dan mengganti susunan dan letak tatanannya.
Saya jadi ingat pernah membaca tulisan seseorang, di Facebook. Penting bagi kita untuk bisa mengkamuflase kebahagiaan kecil. Bahkan kalau bisa, itu harus jadi salah satu tujuan hidup. Harus diperbarui setiap tahun baru datang.
Dia mencontohkan persis seperti apa yang saya lakukan kemarin. Menggeser sedikit penataan meja atau lemari untuk menemukan 20 cm ruang lebih. Ruangannya tetap sama tetapi rasanya lebih longgar, lebih lega. Itu membahagiakan. Dan itu nyata adanya.
Dari proses beberes seharian itu, saya paham.
Saya masih suka menimbun barang. Saya menemukan berbagai pernak-pernik yang ternyata tidak pernak saya pakai bertahun lamanya. Gelang, kalung dan aksesoris lain yang sepertinya tidak pernah saya pakai sejak pertama membeli.
Saya juga membuang banyak kosmetik yang sudah expired. Padahal, isinya masih banyak. Saya juga menemukan banyak kaos, tumbler, atau notes yang didapat dari liputan dulu. Ditumpuk saja tanpa tahu untuk apa.
Koleksi-koleksi buku saya juga ternyata sudah banyak yang menguning dan berdebu. Tidak terurus. Di samping juga banyak yang hilang, entah dipinjam atau lari sendiri keluar kamar karena tidak diurus. Wkwk...
Maria Kondo benar.
Hidup minimalis memang layak untuk dicoba.
Memanipulasi kebahagiaan juga kadang perlu. Caranya hanya mencoba hal sederhana. Atau mengubah rutinitas, sedikit saja. Tidak usah terlalu besar dan rumit. Sederhana saja. Bahagianya yang banyak.
***
Tahun ini, saya tidak membuat resolusi yang muluk. Biasa saja. Menjadi pribadi yang lebih baik dan tanggap tentu menjadi prioritas. Selanjutnya, biarkanlah saja mengalir apa adanya.
Hanya saja, dari apa yang terjadi di tahun 2019. Saya sepertinya harus mengubah beberapa hal mendasar tahun ini:
Membaca buku. Tahun lalu, saya malas sekali membaca buku. Terlalu asyik scroll media sosial yang ternyata hanya menghabiskan waktu. Apalagi kalau ngepoin akun online shop. Kemarin, waktu ke Gramedia, saya menyadari telah ketinggalan banyak sekali buku dan novel bagus. Sepertinya tahun ini harus memulai kembali.
Mengatur waktu dengan lebih baik lagi. Kurangi haha-hihi enggak jelas. Soalnya ada beberapa deadline yang harus dikejar di tahun ini.
Berhenti trading saham dan kembali menjadi investor. Saya ternyata lelah dengan model jual-beli saham di jangka pendek. Dengan perasaan (mood), kemampuan bermain saham serta manajemen waktu yang kurang baik, saya sepertinya tidak cocok menjadi trader saham.
Tahun ini, saya akan kembali menabung saham saja, seperti arahan OJK. Aman, menenangkan dan memberikan return jangka panjang yang lebih stabil. Saya juga menargetkan untuk mengubah beberapa portofolio investasi di tahun ini. Lebih banyak investasi akhirat. #subhanallah, riya sekali
Itu saja?
Ada beberapa target yang sifatnya lebih pribadi, tentu saja. Tahun ini, saya berharap dapat menyelesaikan studi. Ini menantang sekali karena sepertinya, saya selalu memiliki sejuta alasan untuk menundanya. Hampir dua tahun ini, semenjak memutuskan kuliah lagi, saya justru merasa mengerjakannya dengan sisa-sisa tenaga dan pikiran. Sisa perhatian sehingga hanya dilakukan dengan seadanya dan sejadinya.
Karenanya, khusus yang ini, tolong doakan saya. Semoga tahun ini, apa yang telah saya mulai bisa diselesaikan dengan baik. Aaminkan donk #kenceng.
Sisanya, biar menjadi rahasia saya dan Tuhan dalam doa sujud. Pastinya, saya meminta agar tidak meminta terlalu banyak dan memberi lebih sedikit. Apalagi kalau semuanya hanyalah sementara saja. Saya juga berharap bukan menjadi salah satu makhluk yang, seperti kata meme, meminta pada Tuhan sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan ketua RT.
Sudah itu saja...
Mengawali dan membuka awal tahun,
Semoga langkah kita semakin ringan,
Semoga semua yang terbaik dan terberkahi semua yang kita inginkan
Lets Rock the World
Komentar
Posting Komentar