Perempuan; Kunci Sukses Marketing Indonesia

Guys, hari ini saya liputan di acara BUMN Marketeers, di Permata Kuningan. Pembicaranya hari ini, Pak Frans Y Sahusilawane (nama bekangnya susah banget, mesti liat kartu nama muluk), yang adalah Dirut PT Indonesia Reasuransi. 

Pernah denger guys, soal perusahaan reasuransi? Yak, hari ini saya juga baru tau detailnya, hasil nanya dari kakak senior yang duduk sebelah saya sepanjang acara. Jadi, reasuransi ini nih, misalnya, kita bayar asuransi motor ke asuransi A per bulan Rp1ribu. Itu nanti, resikonya (kalau ada klaim) enggak ditanggung semua sama perusahaan A, tapi seperberapanya gitu ada yang ditanggungkan ke perusahaan reasuransi. Gitu...

Nah, si IndonesiaRe ini adalah gabungan dua perusahaan Reasuransi BUMN, Asei Re dan Reindo. Nah...asetnya pasti triliunan. Apalagi, dia bakalan dapet PNM atau suntikan modal lagi selama 5 tahun ke depan sebesar Rp5 T atau Rp1T per tahun.

Nah, kebayang donk lah ya, liputan saya nanti ini tentang apa?

Tapi, bukan soal itu yang akan saya ceritakan di sini. Soal omomgan Pak Hermawan Kartajayanya, yang di forum ini tadi jadi moderatornya. Kalau isi omongan Pak Frans sih, liat aja ntar di berita ya, banyak.

Jadi guys, Pak Hermawan ini CEO BUMN Marketeers Club, sebuah komunitas untuk marketing profesional. Dulunya dia MarkPlus namanya. Kliennya BUMN Marketeers ini banyak, Telkom, Garuda Indonesia, WIKA, Perumnas, termasuk beberapa perusahaan asuransi, yang akhir akhir ini lagi saya dalemi banget ilmunya.

Pak Hermawan ini ternyata pakar manajemen kelas yahud banget guys...liat aja di link ini. Bukunya banyak. Aktif ngajar di mana-mana. Pantes deh. Dia juga bilang tadi dia juga staf khusus Presiden buat pengembangan UMKM, kalau enggak salah. Hahay....dengerin disambi ngopi.

Beberapa hal yang menurut saya penting, adalah omongannya begini;

"Petronas itu, betapa dia besar di Malaysia sana. Ekspansi terus-terusan, sudah menjadi perusahaan kelas dunia. Namun di sini? Coba lihat? Laku enggak produknya? Enggak."

Dia bilang, pasar kita dengan Malaysia, walaupun katanya paling banyak samanya, itu beda banget guys, dilihat dari segi kulturnya.


"Di sini, di Indonesia, 87% keputusan pembelian itu diputuskan oleh perempuan. Dia yang memutuskan semuanya. Bahkan, riset saya menyebut, ada sekitar 30% pendapatan perempuan yang sudah menjadi Ibu, itu dirahasiakan pada suaminya," sebut dia.

Itu guys, beda banget sama di Malaysia sana. Perempuan kita di sini itu punya power di keluarganya. Berhak menentukan banyak hal. Berkuasa atas banyak hal, khususnya tentang keuangan rumah tangga. Bahkan, dia sering lebih berkuasa dari kepala rumah tangga itu sendiri, sang Ayah. "Perempuan itu juga sering nganggap kalau anaknya itu anak dia sendiri. Bukan anak mereka berdua. Makanya dia akan lakukan apa saja buat anaknya," kata dia.

Sementara di Malaysia, itu enggak. Istri-istri datuk di sana itu, dia nurut aja apa kata suami. Bahkan katanya, kalau suaminya mau menikah lagi pun dia akan pasrah dan membolehkan. Hahahay... begitu guys?

Itulah kenapa, dia pesan, dalam merancang dan membuat produk di pasar Indonesia, menurut dia, tidak mungkin tidak memihak pada perempuan, anak-anak, dan kaum muda. Kalau produk kita tidak memihak pada mereka, jangan pernah berharap, kalau produk kita akan laris di pasaran.

Soalnya jelas kan, si perempuan ini nanti yang akan memutuskan untuk beli atau lihat2 dan tanya2 aja tentang suatu produk. Apapun itu! Ambil hati dan perhatian perempuan, dan pasti mereka tidak akan mikir dua kali buat beli.


Menghadapi Pasar Bebas Asean (MEA) Januari mendatang, kita memang benar-benar ditantang untuk membuat inovasi produk yang canggih. Ditantang untuk berperan sebagai inovator, bukan hanya sebagai imitator. Tak ada tempat bagi seorang peniru,.. kata dia.

Namun,. bukan berarti juga kita harus jiper dan malu dengan besarnya kapasitas asing di sini.

Kalau kata Pak Frans, jangan pernah bangga mengikuti training dan pelatihan di seluruh berbagai belahan dunia sekalipun. Apa yang dibagi mereka dalam pelatihan, itu adalah semua hal yang mereka sudah punya dan praktekkan. Sementara untuk membuat produk baru, mereka punya divisi riset sendiri yang sama sekali beda.

Meskipun kita adalah pemain lokal yang kadang memiliki banyak keterbatasan, khususnya dari segi knowledge dan permodalan. Belum tentu kita kalah saing.

"Kitalah orang yang paling tahu akan kondisi, situasi, harapan, keinginan dan hasrat dan motif masyarakat kita sendiri. Bukan asing itu," pesan Pak Hermawan.

Pak Frans menambahkan,dalam sebuah pemetaan tentang banjir di Jakarta yang dilakukan mahasiswa ITB dan sebuah lembaga riset dari Singapura misalnya, kesimpulan tentang banjir itu ternyata lebih akurat anak-anak Bandung itu. Bukan dari Singapura, meskipun secara finansial, dana mereka tidak terbatas jumlahnya.

"Apa rahasia sukses Korea Selatan dalam mengejar ketertinggalannya dan menjadi negara maju seperti sekarang? Hanya tiga, mengenali musuhnya, mengejar ketertinggalan dari musuhnya itu, dan cepat. Kalau salah, jangan ragu dan malu untuk balik lagi dan mulai kejar lagi. Cepat mengejar,"  pesannya lagi.

Jadi...MEA memang sudah di depan mata. Mau tidak mau, siap tidak siap kita harus menghadapinya. Bukan berarti ada tempat kita untuk kita berhenti dan mengeluh. Namun bagaimana kita memaksimalkan kemampuan diri.

Terus berusaha, terus mencoba, terus berinovasi. Semangat Guys,

Oh iya, nanti malam rencananya juga mau datang ke acaranya Pak Firmansyah, mantan dekan FEUI, mantan staf ahli ekonomi SBY, yang sekarang rektor Paramadina. Dia juga akan ngomong tentang menyiapkan SDM untuk MEA. Semoga nanti bisa dibagi juga catatannya

Komentar