Zombie dalam Diri Saya

Kemarin, sambil berjalan pulang dari kantor ke kosan, saya berpikir.  Ketika jalanan hiruk pikuk dan padat karena merupakan waktu pulang kerja. Orang-orang berbondong bondong, berkejar-kejaran pengen cepet pulang. Ketemu istri, anak, keluarga, teman, dan sebagainya.


Dilema Wanita dalam Memilih Karier
Foto: Shutterstock

Beruntung sebenarnya, arus berangkat dan arus balik saya berseberangan dengan arah arus sebagian orang. Artinya, ketika mereka berbondong-bondong menuju pusat kota, saya sebaliknya- justru melipir. Namun, tetap saja kan, kita pulangnya bareng-bareng. Jadi, ya di jalanan ya sama tetap penuhnya.Beberapa orang di sini, mencoba mengatasi masalah ini dengan pulang lebih malam dan berharap mendapatkan jalanan dan kereta api yang lebih lengang. Namun....ah...buat apa.

Jadi, kembali dari pikiran kosong saya di jalan tadi malam. Bagi saya, kadang keramaian justru adalah tempat yang paling pas dan syahdu untuk merenung dan mengevaluasi kadar kewarasan dalam diri. Duduk diam saja di pojokan keramaian, sejam-dua jam, itu akan membuatmu merasakan kembali ketenangan dan semangat yang kadang dipaksa tercerabut dari hatimu.

Saya mikir sebenarnya, kenapa mereka bisa kuat, bisa fight, bisa survive...dan bisa tegar, setiap harinya. Berjibaku setiap hari, pergi pagi, pulang malam. Menempuh jalan puluhan kilometer, berdesak-desakan, terburu-buru, tidak sempat sarapan dan terlambat makan malam di rumah.  Bergerak dan berjalan bersama dalam satu ritme hidup di jalan sepeti sekumpulan zombie.

Saya, tidak pernah keberatan dengan semua itu. Saya selalu mengangkat dua jempol saya untuk mereka ini. Pejuang keluarga...pejuang dunia. Pahlawan

Saya sebenarnya justru sedang iri dengan mereka. Sedang cemburu pada mereka
Mereka punya semangat, tujuan dan harapan.

Saat ini, saya tidak.
Saat ini, saya sedang menjadi sebenar-benarnya zombie yang berjalan mengikuti arus kumpulannya. Pergi pagi dan pulang malam dalam keadaan letih dan lelah
Bukan secara fisik...tapi lebih pada perasaan

Saya butuh semangat itu hadir lagi
Butuh bening dan kerlip itu datang lagi di mata saya, di nafas saya, laksana bara dalam diri yang membuat gerak dan usaha tak lagi terasa melelahkan. Tak lagi terasa menjemukan.

Ah...saya ingin semua membiru lagi.

Sudahlah

Komentar