Dewa-19 dan Padi, Sebuah Upaya Mengumpulkan Kenangan
Padi dan Dewa adalah dua nama besar yang mewarnai panggung musik Indonesia. Malam itu, saya berkesempatan menonton mereka sepanggung dalam konser bertitel: Larut dalam Harmoni.
Dahi saya mengkerut dalam selama mengikuti dan kemudian menulis Bandarmology yang digelar Panin Sekuritas. Apalagi ternyata mereka tidak terlalu optimis pada laju pergerakan indeks. Haha...sudah cukup. Menjelang acara selesai, Dewi Fortuna datang dalam sebuah pesan Whatsapp.
"Mau nonton konser Padi dan Dewa 19 gak? Malam ini? Temenin gue sih," begitu isi pesan itu. Pesan ini datang dari seorang rekan wartawan radio yang mengantongi dua ID media.
Saya tidak langsung mengiyakan. Akhir pekan dan saya di Bursa Efek Indonesia, kawasan SCBD Sudirman. Lokasi konser di The Hall, Kota Kasablanca. Biangnya macet. Melihat data dan grafik selama empat jam juga membuat mood sedikit berantakan. Tapi sudahlah ya, mungkin karena itu saya butuh hiburan. Saya menerima tawaran itu dan menembus kemacetan Kuningan-Tebet yang sungguh tidak terperi (lebay).
Dan, saya tidak menyesal.
Konser itu melemparkan saya pada masa 10-15 tahun lalu. Masa putih biru dan abu-abu yang penuh warna. Masa dimana permasalahan terbesar adalah ujian Matematika dan Ekonomi (karena Fisika dan Kimia tidak pernah masuk hitungan). Haha...
===
Konser Padi dan Dewa 19 malam itu bertajuk, Larut dalam Harmoni. Hajatan ini diselenggarakan Garam Production. Penonton sudah boleh masuk sejak pukul 19.00 WIB tetapi konsernya baru mulai sekitar pukul 20.30 WIB. Begitu mulai, Fadli cs membangkitkan mood dengan lagu-lagu hitsnya; Mahadewi, Begitu Indah, Ternyata Cinta, Seperti Kekasihku. Kami tidak bisa tidak ikut nyanyi bareng. Sambil nyanyi, penonton juga seperti dipaksa memutar memori otak. Dulu pas lagu ini hitz, lagi ngapain ya? Ehehe...
Tapi mereka memang tidak menua di atas panggung. Super. Staminanya oke banget, tarikan nada tingginya tidak goyang. Secara medley, Padi menyanyi deretan lagu hitznya yang lain: Semua Tak Sama, Menanti Sebuah Jawaban dan Demi Cinta.
Setelah menyanyi hampir sejam, mereka baru mengambil jeda untuk ganti baju dan minum. Setelah ganti baju, mengalir Bayangkanlah yang diakhiri dengan permainan solo drum-nya Yoyo dan bassist-nya Rendra. Superr...
Kemudian,
Tak pernah terpikirkan olehku
untuk tinggalkan engkau seperti ini
Tak terbayangkan jika kau beranjak pergi,
betapa hancur dan rapuhnya hidupku
Rapuh. Sukses mengoyak-oyak kenangan. Apalagi, dia meminta kami menyalakan flash dari smartphone. Arghh... Aku mau kembali ke masa lalu, sebentar saja. (Jangan nangis, jangan nangis. Haha...#tapiboong)
Malam itu, Padi sukses menghadirkan masa-masa SMP-SMA kembali di depan mata. Tidak melulu soal romansa tetapi juga masa pergi sekolah naik sepeda, berburu pernak-pernik Westlife, jajan wedang es-ronde, serta bepergian jauh tanpa orang tua di pulau Bali.
Saya juga mengenang masa berkejar-kejaran di lorong panjang SMP-SMA, resah menghadapi guru yang super galak dan tentu saja gejolak masa pubertas.
Dulu, saya datang ke konser Padi di Kebumen. Sponsornya, siapa lagi kalau bukan produsen rokok terbesar Tanah Air. Pulangnya hujan deras. Hormon gejolak masa-muda kami menggelegak dibakar rasa ingin tahu. Rasa hangat dan manis mengalir. Benar kata para filsuf, pahit-manis hidup lebih berarti setelah ditempa waktu. #sokbijak.
Padi menutup jatah manggungnya selama 1,5 jam itu dengan Sobat. Pilihan yang pas karena ritme dan nadanya yang menghentak. Gimana kami tidak larut dalam kenangan masa lalu donk.
Iya, malam itu, saya memang lebih banyak melihat generasi 90-an. Ketika intro atau lirik awal, beberapa dari kami kadang sibuk menerka. "Ini yang mana ya? Lupa-lupa inget." Tapi pas di reff, kami sudah menyanyi bersama sampai suara serak dan kaki pegel.
===
Panggung kemudian kosong selama dua sampai tiga menit. Setelah itu, Ari Lasso dan Ahmad Dhani masuk panggung. Pangeran Cinta dan Manusia Biasa mengalun. Semua penonton mendadak menjadi Baladewa ketika melajutkannya dengan Restoe Boemi dan Separuh Nafasku.
Tuhan, Terima Kasih telah menciptakan makhluk yang begitu pintar merangkai nada dan syair indah.
Teman saya nyeletuk, "Kenapa Dhani enggak konsen saja ya bikin musik dan nyanyi? Kenapa kelakuannya suka aneh-aneh gitu," katanya.
Saya enggan komentar. Bagi saya, Dhani malam itu adalah sang musikus besar. Dia yang pandai menggabungkan kemampuan, bakat dan kerja kerasnya dalam tuts keyboard. Dia juga menguasai setiap sudut panggung seperti sang Jenderal yang paham setiap jengkal wilayahnya.
Ari Lasso, yang terlihat masih dekat dengan Dhani secara personal, benar-benar memukau. Dia menunjukkan kelasnya sebagai artis papan atas. Dia melantunkan Aku Di Sini Untukmu dengan petikan bass Doel. Ketika menyanyikan Roman Picisan, Al juga menggebuk drum. (Terus beberapa perempuan agak salah fokus, tapi saya tidak. Haha...)
Saat menyanyikan Cukup Siti Nurbaya, mata saya menemukan pemandangan menarik. Bapak-bapak yang berdiri dekat saya menyanyi dengan semangat sekali.
Katakan.. pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia
(Dewa-Cukup Siti Nurbaya)
Saya langsung kepikiran, mungkin dia dulu pernah dijodohkan dan melawan. Hahaha...Kebanyakan nonton drama Korea.
Ari Lasso masih menyanyikan beberapa lagu seperti Satu Hati dan Pupus. Dia tidak menyanyikan lagu lamanya, Mahameru. Padahal, liriknya bagus banget.
Dewa bersama Kla-Project adalah dua nama yang besar menemani masa-masa saya tumbuh dewasa. Masa-masa awal dimana saya jatuh cinta pada kekuatan kata dan kalimat pada benak dan diri seseorang. Bagaimana bisa seseorang menciptakan sebuah karya yang begitu pas dengan pedalaman hati? Menghentakkan rasa? Bagaimana prosesnya? Bagaimana memulainya? Bagaimana alur pikirnya? Apa saja yang harus dilakukan?
Lagu-Lagu Dewa malam itu; Kirana, Kangen, Kamulah Satu-Satunya, saya kenal melalui radio. Sama ketika masa awal-awal saya mengandrungi kemampuan Kla-Project dalam mencipta Semoga, Gerimis, Romansa, Sekayuh Berdua atau Tak Bisa Pindah ke Lain Hati.
Kebesaran lagu itu telah lewat satu dekade saat saya mengenalnya. Tapi saya acuh ketika beberapa teman mengolok pilihan lagu-lagu itu. Tua kata mereka. Kenapa enggak? Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan karya-karya mereka. (Ah, tunggu. Cinta pada pandangan pertama ini ada gak sih? Kali lain saja ya dibahas. Hehe...)
Apapun, sampai sekarang, cinta ini bertahan. Lagu dari segala genre menambah dan memenuhi daftar panjang playlist saya. Namun, lagu-lagu mereka tidak pernah tergeser dan terbuang. Kalau didengarkan, sayapun seperti merasa ada keterikatan. Mereka ada untuk menjaga dan merawat ingatan. Keseimbangan hidup.
Seperti yang ini, yang tiba-tiba masuk dan merasuk dalam benak:
Tak usah kau tanya tanya lagi
Coba kau hayati peranmu
Lupakan sekilas esok hari
Semua telah terjadi
Aku dan dirimu
Tenggelam dalam asa
Dan tak ingin lari
Tanggalkan rasa ini
Cobalah entaskan
Pastikan lepas atau terus
Semoga perih terbang tinggi di awan
(Dewa- Aku Di Sini Untukmu)
Ari Lasso dan Ahmad Dhani: Larut dalam Harmoni |
Dahi saya mengkerut dalam selama mengikuti dan kemudian menulis Bandarmology yang digelar Panin Sekuritas. Apalagi ternyata mereka tidak terlalu optimis pada laju pergerakan indeks. Haha...sudah cukup. Menjelang acara selesai, Dewi Fortuna datang dalam sebuah pesan Whatsapp.
"Mau nonton konser Padi dan Dewa 19 gak? Malam ini? Temenin gue sih," begitu isi pesan itu. Pesan ini datang dari seorang rekan wartawan radio yang mengantongi dua ID media.
Saya tidak langsung mengiyakan. Akhir pekan dan saya di Bursa Efek Indonesia, kawasan SCBD Sudirman. Lokasi konser di The Hall, Kota Kasablanca. Biangnya macet. Melihat data dan grafik selama empat jam juga membuat mood sedikit berantakan. Tapi sudahlah ya, mungkin karena itu saya butuh hiburan. Saya menerima tawaran itu dan menembus kemacetan Kuningan-Tebet yang sungguh tidak terperi (lebay).
Here It Is, The Big Banner |
Dan, saya tidak menyesal.
Konser itu melemparkan saya pada masa 10-15 tahun lalu. Masa putih biru dan abu-abu yang penuh warna. Masa dimana permasalahan terbesar adalah ujian Matematika dan Ekonomi (karena Fisika dan Kimia tidak pernah masuk hitungan). Haha...
===
Fadli dengan Gayanya yang Cool tapi Mengoyak Hati |
Konser Padi dan Dewa 19 malam itu bertajuk, Larut dalam Harmoni. Hajatan ini diselenggarakan Garam Production. Penonton sudah boleh masuk sejak pukul 19.00 WIB tetapi konsernya baru mulai sekitar pukul 20.30 WIB. Begitu mulai, Fadli cs membangkitkan mood dengan lagu-lagu hitsnya; Mahadewi, Begitu Indah, Ternyata Cinta, Seperti Kekasihku. Kami tidak bisa tidak ikut nyanyi bareng. Sambil nyanyi, penonton juga seperti dipaksa memutar memori otak. Dulu pas lagu ini hitz, lagi ngapain ya? Ehehe...
"Selamat Malam. Malam ini bersejarah. Tidak ada Sobat Padi atau Baladewa ya di sini. Malam ini kita menyatu menjadi generasi 90-an" kata Fadli yang sepertinya tak menua dalam 10 tahun.
Tapi mereka memang tidak menua di atas panggung. Super. Staminanya oke banget, tarikan nada tingginya tidak goyang. Secara medley, Padi menyanyi deretan lagu hitznya yang lain: Semua Tak Sama, Menanti Sebuah Jawaban dan Demi Cinta.
Setelah menyanyi hampir sejam, mereka baru mengambil jeda untuk ganti baju dan minum. Setelah ganti baju, mengalir Bayangkanlah yang diakhiri dengan permainan solo drum-nya Yoyo dan bassist-nya Rendra. Superr...
Kemudian,
Tak pernah terpikirkan olehku
untuk tinggalkan engkau seperti ini
Tak terbayangkan jika kau beranjak pergi,
betapa hancur dan rapuhnya hidupku
Rapuh. Sukses mengoyak-oyak kenangan. Apalagi, dia meminta kami menyalakan flash dari smartphone. Arghh... Aku mau kembali ke masa lalu, sebentar saja. (Jangan nangis, jangan nangis. Haha...#tapiboong)
What Should I Say More, Mas? #tiba2 baper |
Malam itu, Padi sukses menghadirkan masa-masa SMP-SMA kembali di depan mata. Tidak melulu soal romansa tetapi juga masa pergi sekolah naik sepeda, berburu pernak-pernik Westlife, jajan wedang es-ronde, serta bepergian jauh tanpa orang tua di pulau Bali.
Saya juga mengenang masa berkejar-kejaran di lorong panjang SMP-SMA, resah menghadapi guru yang super galak dan tentu saja gejolak masa pubertas.
Dulu, saya datang ke konser Padi di Kebumen. Sponsornya, siapa lagi kalau bukan produsen rokok terbesar Tanah Air. Pulangnya hujan deras. Hormon gejolak masa-muda kami menggelegak dibakar rasa ingin tahu. Rasa hangat dan manis mengalir. Benar kata para filsuf, pahit-manis hidup lebih berarti setelah ditempa waktu. #sokbijak.
Mas, Tangannya ini Bukan Modus Kan? Hehe...Ampun |
Padi menutup jatah manggungnya selama 1,5 jam itu dengan Sobat. Pilihan yang pas karena ritme dan nadanya yang menghentak. Gimana kami tidak larut dalam kenangan masa lalu donk.
Iya, malam itu, saya memang lebih banyak melihat generasi 90-an. Ketika intro atau lirik awal, beberapa dari kami kadang sibuk menerka. "Ini yang mana ya? Lupa-lupa inget." Tapi pas di reff, kami sudah menyanyi bersama sampai suara serak dan kaki pegel.
Kucoba menahan himpitan rasa itu
Merajam keruhnya jiwaku
Mengapa hidupku dan dirinya terikat rasa tulus
Tak 'kan menyusutkan pelukku dan rindunya
Dambakannya, rindukannya
(Padi- Sobat)
===
Ari Lasso dan Yuke, Sang Bassist |
Panggung kemudian kosong selama dua sampai tiga menit. Setelah itu, Ari Lasso dan Ahmad Dhani masuk panggung. Pangeran Cinta dan Manusia Biasa mengalun. Semua penonton mendadak menjadi Baladewa ketika melajutkannya dengan Restoe Boemi dan Separuh Nafasku.
Tuhan, Terima Kasih telah menciptakan makhluk yang begitu pintar merangkai nada dan syair indah.
Teman saya nyeletuk, "Kenapa Dhani enggak konsen saja ya bikin musik dan nyanyi? Kenapa kelakuannya suka aneh-aneh gitu," katanya.
Saya enggan komentar. Bagi saya, Dhani malam itu adalah sang musikus besar. Dia yang pandai menggabungkan kemampuan, bakat dan kerja kerasnya dalam tuts keyboard. Dia juga menguasai setiap sudut panggung seperti sang Jenderal yang paham setiap jengkal wilayahnya.
Ari Lasso, yang terlihat masih dekat dengan Dhani secara personal, benar-benar memukau. Dia menunjukkan kelasnya sebagai artis papan atas. Dia melantunkan Aku Di Sini Untukmu dengan petikan bass Doel. Ketika menyanyikan Roman Picisan, Al juga menggebuk drum. (Terus beberapa perempuan agak salah fokus, tapi saya tidak. Haha...)
Begini Membuat Salah Fokus? Maaf, Bukan Saya. Wkwk... |
Saat menyanyikan Cukup Siti Nurbaya, mata saya menemukan pemandangan menarik. Bapak-bapak yang berdiri dekat saya menyanyi dengan semangat sekali.
Katakan.. pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia
(Dewa-Cukup Siti Nurbaya)
Saya langsung kepikiran, mungkin dia dulu pernah dijodohkan dan melawan. Hahaha...Kebanyakan nonton drama Korea.
Ingat Masa Muda ya Om? Ehehe... |
Ari Lasso masih menyanyikan beberapa lagu seperti Satu Hati dan Pupus. Dia tidak menyanyikan lagu lamanya, Mahameru. Padahal, liriknya bagus banget.
Dewa bersama Kla-Project adalah dua nama yang besar menemani masa-masa saya tumbuh dewasa. Masa-masa awal dimana saya jatuh cinta pada kekuatan kata dan kalimat pada benak dan diri seseorang. Bagaimana bisa seseorang menciptakan sebuah karya yang begitu pas dengan pedalaman hati? Menghentakkan rasa? Bagaimana prosesnya? Bagaimana memulainya? Bagaimana alur pikirnya? Apa saja yang harus dilakukan?
Lagu-Lagu Dewa malam itu; Kirana, Kangen, Kamulah Satu-Satunya, saya kenal melalui radio. Sama ketika masa awal-awal saya mengandrungi kemampuan Kla-Project dalam mencipta Semoga, Gerimis, Romansa, Sekayuh Berdua atau Tak Bisa Pindah ke Lain Hati.
Kebesaran lagu itu telah lewat satu dekade saat saya mengenalnya. Tapi saya acuh ketika beberapa teman mengolok pilihan lagu-lagu itu. Tua kata mereka. Kenapa enggak? Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan karya-karya mereka. (Ah, tunggu. Cinta pada pandangan pertama ini ada gak sih? Kali lain saja ya dibahas. Hehe...)
Ari Lasso, Youre A Big Artist |
Apapun, sampai sekarang, cinta ini bertahan. Lagu dari segala genre menambah dan memenuhi daftar panjang playlist saya. Namun, lagu-lagu mereka tidak pernah tergeser dan terbuang. Kalau didengarkan, sayapun seperti merasa ada keterikatan. Mereka ada untuk menjaga dan merawat ingatan. Keseimbangan hidup.
Seperti yang ini, yang tiba-tiba masuk dan merasuk dalam benak:
Tak usah kau tanya tanya lagi
Coba kau hayati peranmu
Lupakan sekilas esok hari
Semua telah terjadi
Aku dan dirimu
Tenggelam dalam asa
Dan tak ingin lari
Tanggalkan rasa ini
Cobalah entaskan
Pastikan lepas atau terus
Semoga perih terbang tinggi di awan
(Dewa- Aku Di Sini Untukmu)
Komentar
Posting Komentar