Mengapa Kita Harus Mendukung Rencana Rujuk Korsel-Korut

Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) ingin melupakan semua perseteruan dan cekcok yang selama ini mendera mereka. Saya pikir, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mendukung rencana ini sepenuh hati. 





Korsel dan Korea Bersatu
Mesranya Kim Jong Un dan Moon Jae In (Foto: Tempo.co)
 
Akhir-akhir ini, dahi saya makin berkerut kalau membaca dan (pura-pura) memikirkan kabar-kabur berita ekonomi dan bursa saham. Perang dagang yang disulut Donald Trump, kenaikan harga minyak dan batu bara dunia dan kenaikan suku bunga serta imbal hasil surat utang AS. Terus laporan keuangan emiten, proyek infrastruktur pemerintah yang mangkrak atau rencana digitalisasi industri yang menghilangkan peran manusia.

Apa sih hubungan semua itu dengan isi dompet saya? Kenapa AS yang bergejolak kita ketularan pusing? Bukannya naik pesawat ke AS saja butuh setidaknya 20 jam ya? (maklum orang udik belum pernah ke AS). Hihi...

Lebay. Tempe dan tahu goreng di warung sebelah kos saya masih Rp1000. Ukurannya tidak mengecil. Nasi padang masih Rp17 ribu, kuahnya boleh dibanyakin. Sambelnya masih pedas. Haha...Biarkan mereka saja yang pusing.

Tapi, hidup bagi saya harus seimbang. Silih berganti seperti siang dan malam. Saya tidak ikhlas membiarkan dahi ini berkerut terlalu sering. Kalau sudah bete baca berita ekonomi, saya pindah ke berita internasional biar bisa senyam-senyum sendiri.

Ada apakah? Ada kabar tentang rencana perdamaian Korut dan Korsel. Iya, saya sumringah dan ikut deg-degan pas lihat foto pertemuan Kim Jong Un dari Korut dan Moon Jae-in (Korsel). Duh, saya seneng banget baca berita mereka salaman selama 20 detik (15 detik lebih lama daripada ayah Jong Un dulu). Terus mereka pelukan. Terus delegasi Korsel minta makan mie dingin khas Pyongyang. Menurut survei, generasi mudanya juga mendukung banget rencana ini. Ih, nyes banget gitu bacanya. Haha...

Begini ya, soal balikan (apalagi kalau soal mantan), saya biasanya langsung malas dan defensif. Tidak perlu panjang dibahas. Mantan ya mantan, buang di tempat sampah Tutup biar gak bau. Kalau balikan? Itu ibarat, menjilat ludah sendiri. Sudah jatuh ke tanah lagi. Jijik kali lah. 

Sudah, stop sampai di sini saja ya, sebelum lebih panjang dan keluar sumpah serapah. Hehe...

Tapi Korut dan Korsel ini beda. Saya mendukung seribu limaratus persen agar mereka balikan. Apa perlu dibuat fanbase di media sosial atau voting di www.change.org untuk dukungannya? Balikan lagi ya, please dan bersatu dalam biduk rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. #eak#drama.

Saya tidak mengerti isu-isu internasional. Gak terlalu ngikutin juga. Saya juga tidak begitu sering bepergian ke forum-forum internasional di dalam apalagi luar negeri.  Tapi dalam pandangan saya yang awam, inilah alasan (suka-suka) dibalik dukungan itu.

Pertama, artis Korea idola saya akan lebih bahagia dan tenang hidupnya. Haha...Penting kan? Saya kasih tahu ya, mengidolakan Oppa-Oppa itu membuat hati dan pikiran panas dingin. Tidak tenang. Apalagi bila mereka punya jadwal tour internasional. Kalau mampir ke Jakarta, hasrat nonton menggelora. Tapi tiket sejuta (yang paling murah dan belakang) bikin perut mules. Namun, tahu Jakarta dilewatkan selama tour, saya bisa jadi begitu sedih. Dia lupa ya sama gue? Duh Gin, bahkan mereka gak tau lo ada. Wkwk...

Dalam artikel yang saya baca, mereka sepakat untuk mengakhiri perang dingin. Korut berjanji mengakhiri uji-coba nuklirnya. Di olimpiade musim dingin Pyeongchang, mereka sepakat bertanding di bawah bendera Korea alih-alih dua kontingen; Utara dan Selatan. Oh, indahnya dunia.

Kalau gak ada perang dingin, Korsel bisa menghapuskan program wajib militer donk ya?  Tanpa wamil, si-Oppa bisa fokus saja ke kariernya tanpa diganggu kewajiban bela negara. Kariernya tidak harus mandeg 18 bulan. Biarlah personil-personil Bigbang itu masuk kamp konsentrasi tahun ini. Tapi semoga Park Bo Gum dan adek-adeknya tidak harus menjalani nasib yang sama. Aaamiin. 


Korut dan Korsel Berdamai
Cantik ya Istrinya Kim-Jong-Un yang Mantan Artis Ini? (Foto: Tribunews.com)


Alasan kedua adalah semakin membanjir dan murahnya barang-barang Korea di Indonesia. Eh tunggu, bukan cuma barang tapi kemungkinan juga tenaga kerja Korea di Indonesia. Oppa ganteng juga, ya gak? Haha...#celamitan.

Pakar internasional menyebut Korut dan Korsel pasangan yang saling melengkapi. Korut itu kaya akan sumber daya alam. Tapi dia memilih menjadi anak nakal. Mainannya nuklir. Dia juga tidak merasa harus menerapkan demokrasi. Jong-Un menjalankan pemerintahan dengan tangan besi. Pejabatnya foya-foya tapi rakyatnya kelaparan. Dunia merasa harus menghukum dan mengucilkannya dari pergaulan internasional.

Korsel itu kebalikannya. Dia tidak memiliki SDA tapi pinter. Didukung AS, Korsel tumbuh menjadi gadis cantik, pandai bisnis dan jagoan teknologi. Mereka memanfaatkan ekonomi kreatif dan pariwisata sebagai tambang devisa. Negara mana lagi coba yang kepikiran membuat distrik khusus untuk bedah kecantikan aka operasi plastik? Hasil jajahan Jepang juga membuat etos kerja dan penghargaan mereka terhadap waktu sangat tinggi. Itu membuat dompet dan kepala mereka semakin tegak.

Kalau Korut dan Korsel rujuk, adikuasa baru tercipta. Tiongkok  -yang secara langsung maupun tidak- paling berkepentingan dengan Korut resah. Bila Jong-Un setuju balikan, hubungan mereka bisa renggang. Tidak menutup kemungkinan menjadi hambar dan tiada menarik seperti gorengan adem. Ahaha...

Industrinya juga pasti akan lebih digdaya. So? Indonesia tidak hanya akan dibanjiri dengan produk-produk Tiongkok -yang kesannya nomor dua. Produk-produk Korea, khususnya kosmetik, lebih banyak. Bukankah brand Korea terbukti lebih oke dan bermutu? Lihat juga gantungan HP,  tumbler, notes, masker mata dan perintilan lainnya. Enggak penting tapi bikin lapar mata. Ih, lucu banget-murah. Beli ah! 

Bila bisnis mereka semakin besar, saya juga yakin Oppa tidak akan ragu untuk kerja di sini. Regulasi yang baru disahkan Jokowi kemarin soal tenaga kerja asing juga mendukung. Cucok kan?

Poin ketiga, tentu paling penting. Saya dan beberapa teman sudah dua tahun ini merencanakan liburan ke Korea. Namun, ia seperti rencana pernikahan. Belum menemukan jodohnya sehingga harus kembali jauh dan mundur. Haha...

Jadi, saya melihat rencana unifikasi Korea sebagai berkah dari langit. Siapa tahu nanti, tiket ke Korea bisa murah seperti tiket kereta api Jakarta-Kebumen.

Dengan begitu, saya bisa ke Korea setiap satu atau dua bulan sekali. Bisa main-main ke sana kalau artis-artis kesayangan mengumumkan gelaran konser akbar. Bisa nonkrong di Gangnam seperti artis atau kalangan the-Have di sana. Terus ketemu Song Jong-ki dan istri cantiknya, Song Hye-kyo. Saya juga bisa melanjutkan bakat hedonisme. Belanja baju, kosmetik dan pernak-pernik lucu di Dongdaemun atau Myeongdong sana. Indah ya dunia? Hihi...

Sudah ya tapi mengarang indahnya. Soalnya kalau yang saya baca, kalaupun rencana ini terealisasi, prosesnya bisa sampai 50 tahun. Haha...lelah kayak nunggu Ibukota Indonesia pindah ke Kebumen. Eh,emang gak ada wacana ya? Wkwk...


↦↦↦

Gak jelas.

Sebenarnya, saya cuma resah karena gagal jalan-jalan hari ini. Jalanan macet dan bahkan ditutup. Teman-teman saya -sesama buruh- sedang berjuang menyuarakan aspirasinya turun ke jalan. Agar isi kantong lebih baik di hari depan. Mereka juga meminta pemilik modal tidak mandi duit padahal buruhnya sengsara. Lha kok saya malah asyik berandai dan berkhayal. Gak pengertian banget.

Selamat Hari Buruh bagi saya, kamu dan kita.

Buruh apa? Semua orang yang masih bekerja untuk para pemilik modal dan pemegang saham bagi saya adalah buruh. Semoga tahun ini menjadi lebih baik dari tahun lalu. Matahari siang ini begitu cerah dan terik, nasib dan jalan hidup kita pun semoga akan demikian.


Annyeong Gi Haseyo...

Komentar