Membuka Kedok Sang Bandar dalam Pergerakan Saham
Dalam perdagangan saham, sering ada pertanyaan, siapa sih bandarnya? Mungkinkah kita, pemain ritel, ini mengenalinya? Ternyata bisa dan katanya justru kita bisa nebeng mengalap cuan dari aksinya ini.
Awalnya hanya pekerjaan. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk nyemplung di pasar modal sebagai investor sejak beberapa tahun terakhir. Saya masuk di reksa dana melalui program autodebet di sebuah bank Australia. Merem. Belakangan, saya tahu metode ini namanya dollar cost averaging.
Lama-lama gatel. Saya buka rekening di Panin Sekuritas dan mencoba peruntungan di saham. Kenapa Panin? Kayaknya waktu itu promo sehingga menawarkan banyak kemudahan. Seingat saya, tenaga penjualnya hanya minta KTP, NPWP dan mengisi beberapa biodata. Sejurus kemudian, kartu SID (Nomor Tunggal Investor) datang ke kantor bersama nomor rekening efeknya. Saya tidak membandingkan biaya keluar-masuk ataupun fasilitas online trading dengan sekuritas lain.
Sudah dapat berapa dari investasi saham? Tidak perlu dibahas. Lagipula, saya tidak konsisten dan disiplin. Akhir-akhir ini, saya mencoba mengubah. Lebih aktif trading di reksa dana dan atau saham meski dananya mini. IHSG dan pasar kita merah, portofolio saya juga terkena. Biarlah, upah belajar (sok kalem padahal deg-degan).
Terdaftar di Panin Sekuritas, membuat saya datang ke workshop setengah hari; Bandarmology dan Market Update. Karena datang sebagai investor (ehm), tidak ada kewajiban saya untuk melaporkan dalam bentuk tulisan. Praktek saja langsung. Tapi, menulis ulang sesuatu yang baru biasanya meningkatkan pemahaman. Ini pemahaman saya tentang bagaimana bandar bekerja dari workshop kemarin, silahkan dikoreksi bila ada salah dan keliru.
Topik Bandarmology dibawakan oleh William Hartanto. Dia sebenarnya analis teknikalnya Panin Sekuritas sehingga bisa lebih detail mengawasi pasar. William lebih muda dari saya tetapi sudah mengarang buku The Tao of Bandarmology. Haha...akuh malu.
Bandar, kata William, bisa siapa saja. Tidak harus fund manager atau underwriter, baik lokal maupun asing. Saya, kamu, siapapun bisa menjadi bandar. Tentu saja syaratnya harus punya uang karena ini dunia kapitalis sebenar-benarnya. Hehe...
Karena siapa saja bisa menjadi bandar, maka anggapan sekuritas tertentu selalu menjadi bandar itu salah. Sekuritas kecil yang banyak pemain ritel juga kerap menjadi bandar. Biasanya, mereka menggunakan setidaknya 10 akun berbeda. Bandar juga tidak harus ditandai dengan sejumlah transaksi tertentu (misalnya belakangnya 66 atau 77). Bandar juga tidak harus menjadi top buyer dalam suatu hari perdagangan. Paling penting adalah melihat frekuensi dan rutinitas.
"Bandar juga hampir tidak mungkin menggerakkan harga saham sendirian," katanya.
Tujuan bandar yang utama pasti mendapatkan gain (imbal hasil) yang besar. Seringkali, mereka juga mengejar frekuensi perdagangan atau mempercantik laporan keuangan. Lebih parah, ada bandar yang menggoreng saham dalam rangka merayakan ulang tahun perusahaan atau kepuasan batin sebagai decision-maker. Bebas lah, punya duit.
Sebagai investor (ritel sekalipun), mengapa saya, dan kamu, harus paham ilmu bandar? Pragmatis saja, mendapatkan gain yang lebih besar dalam waktu dekat. Tahu kapan saat bandar melakukan akumulasi beli dan menjualnya sebelum mereka keluar membuang barang.
Bagaimana melihatnya? Kapan mereka bergerak?
Untuk menggerakan satu saham, bandar biasanya membutuhkan waktu setidaknya tiga hari. Kalau akumulasi sahamnya besar, bandar membutuhkan waktu yang lebih panjang, sampai lima hari. Dalam trading jangka menengah, bandar juga bisa memperpanjang waktu akumulasi belinya.
William bilang, bandar paling tidak suka langkahnya diikuti. Kalau bandar tahu langkahnya diikuti (terutama ritel), dia melakukan sebaliknya. Membuang barang kendati target harga belum tercapai. Mereka juga melakukan ini untuk memancing ritel, meramaikan pasar atau membentuk likuiditas. Bandar juga bisa membuat semacam pernyataan bahwa harga suatu saham ini akan naik.
Jadi, kapan beli dan jual saham gorengan bandar?
(Ya ampun, sebenarnya pengen ngakak sambil nulis ini).
Di sini, sebenarnya kemampuan saya membentur tembok. Untuk mengetahui saham gorengan, William menggunakan metode MA5. Metode teknikal ini membaca pergerakan saham dalam lima hari terakhir (satu pekan perdagangan). Sumber ini lumayan membantu dalam mempelajari apa itu MA5 atau MA20, yang ternyata juga sering menjadi teknik standar membaca grafik pergerakan saham. Nanti saya belajar lagi yhua terus cerita metode teknikal yang lain.
Sederhananya, MA5 adalah penjumlahan lima hari harga saham penutupan dibagi lima. Grafik MA5 dan MA20 juga biasanya yang paling nempel dengan candle grafik harga saham.
Terus kapan waktu yang tepat untuk membuang saham gorengan? Agar bisa keluar sebelum bandar keluar?
Pastinya bila kamu melihat harga sudah mulai jatuh dengan volume penjualan yang tinggi. William juga mengingatkan untuk tidak terkena bearish trap. Jebakan yang dibuat oleh bandar sendiri untuk mengecoh ritel. Seolah-olah harga saham sudah turun. Dalam kamus, bandar juga tidak mengenal support- resistence. Dia memiliki permainan dan kuasanya sendiri untuk mengatur harga bawah dan atas. Kalaupun sama dengan teknikal, itu semata-mata membuat ritel percaya diri.
Ngerti enggak sih? Saya kok malah tambah pusing. Haha...
Saham-saham apa yang pernah menjadi mainan bandar? PT Indofarma Tbk (INAF) di akhir 2017 lalu menjadi salah satunya. Bandar menggunakan lima sekuritas seperti Evergreen Capital, Kresna Securities, Lautandhana Securindo dan Reliance Securities. Sayangnya, gorengan bandar ini gagal karena terlalu banyak ritel yang masuk. Saham INAF malah kena autoreject bursa.
Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) juga pernah digoreng bandar sebelum dia kena kena rumor beras oplosan di bulan Juli 2017. Sebelum pengumuman resmi dari Kepolisian, asing keluar. Kata William, sehari sebelum penggerebekan, dia mendapat bisikan untuk melepas semua kepemilikan AISA dalam kantongnya.
Sudah ngerti omong kosong ini? Saya tidak. Semakin jeri dan ngeri. Saya sedang kembali menimbang untuk terus basah dan mengikuti arus ini atau mundur teratur saja dari arena "perjudian" ini?
Investasi yang riil dan syariah aja tapi yang gampang kayak saham ini adakah? Kalau ada kontak saya. Saya mau alihkan semua aset. Hihihi..
Ceritanya Mendengarkan Serius sampe Lupa Foto yang Bagus. Hehe... |
Awalnya hanya pekerjaan. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk nyemplung di pasar modal sebagai investor sejak beberapa tahun terakhir. Saya masuk di reksa dana melalui program autodebet di sebuah bank Australia. Merem. Belakangan, saya tahu metode ini namanya dollar cost averaging.
Lama-lama gatel. Saya buka rekening di Panin Sekuritas dan mencoba peruntungan di saham. Kenapa Panin? Kayaknya waktu itu promo sehingga menawarkan banyak kemudahan. Seingat saya, tenaga penjualnya hanya minta KTP, NPWP dan mengisi beberapa biodata. Sejurus kemudian, kartu SID (Nomor Tunggal Investor) datang ke kantor bersama nomor rekening efeknya. Saya tidak membandingkan biaya keluar-masuk ataupun fasilitas online trading dengan sekuritas lain.
Sudah dapat berapa dari investasi saham? Tidak perlu dibahas. Lagipula, saya tidak konsisten dan disiplin. Akhir-akhir ini, saya mencoba mengubah. Lebih aktif trading di reksa dana dan atau saham meski dananya mini. IHSG dan pasar kita merah, portofolio saya juga terkena. Biarlah, upah belajar (sok kalem padahal deg-degan).
Terdaftar di Panin Sekuritas, membuat saya datang ke workshop setengah hari; Bandarmology dan Market Update. Karena datang sebagai investor (ehm), tidak ada kewajiban saya untuk melaporkan dalam bentuk tulisan. Praktek saja langsung. Tapi, menulis ulang sesuatu yang baru biasanya meningkatkan pemahaman. Ini pemahaman saya tentang bagaimana bandar bekerja dari workshop kemarin, silahkan dikoreksi bila ada salah dan keliru.
Topik Bandarmology dibawakan oleh William Hartanto. Dia sebenarnya analis teknikalnya Panin Sekuritas sehingga bisa lebih detail mengawasi pasar. William lebih muda dari saya tetapi sudah mengarang buku The Tao of Bandarmology. Haha...akuh malu.
Bandar, kata William, bisa siapa saja. Tidak harus fund manager atau underwriter, baik lokal maupun asing. Saya, kamu, siapapun bisa menjadi bandar. Tentu saja syaratnya harus punya uang karena ini dunia kapitalis sebenar-benarnya. Hehe...
Karena siapa saja bisa menjadi bandar, maka anggapan sekuritas tertentu selalu menjadi bandar itu salah. Sekuritas kecil yang banyak pemain ritel juga kerap menjadi bandar. Biasanya, mereka menggunakan setidaknya 10 akun berbeda. Bandar juga tidak harus ditandai dengan sejumlah transaksi tertentu (misalnya belakangnya 66 atau 77). Bandar juga tidak harus menjadi top buyer dalam suatu hari perdagangan. Paling penting adalah melihat frekuensi dan rutinitas.
"Bandar juga hampir tidak mungkin menggerakkan harga saham sendirian," katanya.
Tujuan bandar yang utama pasti mendapatkan gain (imbal hasil) yang besar. Seringkali, mereka juga mengejar frekuensi perdagangan atau mempercantik laporan keuangan. Lebih parah, ada bandar yang menggoreng saham dalam rangka merayakan ulang tahun perusahaan atau kepuasan batin sebagai decision-maker. Bebas lah, punya duit.
Sebagai investor (ritel sekalipun), mengapa saya, dan kamu, harus paham ilmu bandar? Pragmatis saja, mendapatkan gain yang lebih besar dalam waktu dekat. Tahu kapan saat bandar melakukan akumulasi beli dan menjualnya sebelum mereka keluar membuang barang.
"Mereka tidak akan puas dengan gain satu digit. Mereka pasti mengejar puluhan atau ratusan persen. Jadi, setidaknya kita bisa nebeng bandar," lanjutnya.
Foto: Shutterstock |
Bagaimana melihatnya? Kapan mereka bergerak?
Untuk menggerakan satu saham, bandar biasanya membutuhkan waktu setidaknya tiga hari. Kalau akumulasi sahamnya besar, bandar membutuhkan waktu yang lebih panjang, sampai lima hari. Dalam trading jangka menengah, bandar juga bisa memperpanjang waktu akumulasi belinya.
William bilang, bandar paling tidak suka langkahnya diikuti. Kalau bandar tahu langkahnya diikuti (terutama ritel), dia melakukan sebaliknya. Membuang barang kendati target harga belum tercapai. Mereka juga melakukan ini untuk memancing ritel, meramaikan pasar atau membentuk likuiditas. Bandar juga bisa membuat semacam pernyataan bahwa harga suatu saham ini akan naik.
Jadi, kapan beli dan jual saham gorengan bandar?
(Ya ampun, sebenarnya pengen ngakak sambil nulis ini).
Di sini, sebenarnya kemampuan saya membentur tembok. Untuk mengetahui saham gorengan, William menggunakan metode MA5. Metode teknikal ini membaca pergerakan saham dalam lima hari terakhir (satu pekan perdagangan). Sumber ini lumayan membantu dalam mempelajari apa itu MA5 atau MA20, yang ternyata juga sering menjadi teknik standar membaca grafik pergerakan saham. Nanti saya belajar lagi yhua terus cerita metode teknikal yang lain.
Sederhananya, MA5 adalah penjumlahan lima hari harga saham penutupan dibagi lima. Grafik MA5 dan MA20 juga biasanya yang paling nempel dengan candle grafik harga saham.
"Akumulasi yang dilakukan bandar, biasanya selalu bergerak di atas MA5. Selalu begitu sepanjang penelitian saya," jelas William.
Terus kapan waktu yang tepat untuk membuang saham gorengan? Agar bisa keluar sebelum bandar keluar?
Pastinya bila kamu melihat harga sudah mulai jatuh dengan volume penjualan yang tinggi. William juga mengingatkan untuk tidak terkena bearish trap. Jebakan yang dibuat oleh bandar sendiri untuk mengecoh ritel. Seolah-olah harga saham sudah turun. Dalam kamus, bandar juga tidak mengenal support- resistence. Dia memiliki permainan dan kuasanya sendiri untuk mengatur harga bawah dan atas. Kalaupun sama dengan teknikal, itu semata-mata membuat ritel percaya diri.
Ngerti enggak sih? Saya kok malah tambah pusing. Haha...
Saham-saham apa yang pernah menjadi mainan bandar? PT Indofarma Tbk (INAF) di akhir 2017 lalu menjadi salah satunya. Bandar menggunakan lima sekuritas seperti Evergreen Capital, Kresna Securities, Lautandhana Securindo dan Reliance Securities. Sayangnya, gorengan bandar ini gagal karena terlalu banyak ritel yang masuk. Saham INAF malah kena autoreject bursa.
Saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) juga pernah digoreng bandar sebelum dia kena kena rumor beras oplosan di bulan Juli 2017. Sebelum pengumuman resmi dari Kepolisian, asing keluar. Kata William, sehari sebelum penggerebekan, dia mendapat bisikan untuk melepas semua kepemilikan AISA dalam kantongnya.
Penggorengan saham PT Sentul City Tbk (BKSL) sangat mencolok karena hanya dilakukan dengan dua broker, Yuanta Securites Indonesia dan Danpac Sekuritas. Ketahuan juga daya beli mereka. "Setiap naik di atas MA5 dalam proses akumulasi, broker yang lain terus beli. Kalaupun kenaikannya sudah kebablasan, saham dibiarkan koreksi dulu sambil akumulasi beli broker yang lain," puanjang William.
PT Express Trakindo
Utama Tbk (TAXI) juga korban. Biasanya saham TAXI tidur di kisaran Rp50 per
lembar. Ketika rumor backdoor listik GOJEK melalui TAXI, sahamnya
naik signifikan sampai Rp220. Bursa otomatis melakukan suspend.
"Backdoor listingnya tidak ada meski tidak diumumkan resmi sehingga kini sahamnya tidur
lagi," pungkasnya.
Sudah ngerti omong kosong ini? Saya tidak. Semakin jeri dan ngeri. Saya sedang kembali menimbang untuk terus basah dan mengikuti arus ini atau mundur teratur saja dari arena "perjudian" ini?
Investasi yang riil dan syariah aja tapi yang gampang kayak saham ini adakah? Kalau ada kontak saya. Saya mau alihkan semua aset. Hihihi..
terima kasih atas infonya
BalasHapussaya pemula dan masih banyak bimbingan