Umroh Bersama NRA Travel, Hal Penting -Tidak Penting- yang Dilakukan Selama Umroh (5)
November 2017 lalu, saya dan keluarga beruntung. Kami mengunjungi baitulloh di Mekkah. Kami umroh bersama dengan NRA TRavel selama sembilan hari. Ini salah satu perjalanan penting bagi kami sekeluarga. Saya menuliskan pengalaman ini dalam lima artikel.
Sudah sampai tulisan kelima.
Tulisan-tulisan sebelumnya sudah dibaca kan? Sebelumnya, saya menulis mengapa saya akhirnya memutuskan pergi umroh bersama NRA Travel. Lalu, pengalaman saya menjejakkan kaki pertama kalinya di Arab Saudi.
Mekkah dan Madinah itu berbeda. Meskipun syahdunya tetap sama. Tempat paling khusyuk dan syahdu untuk memanjatkan doa-doa terbaik kepada langit.
Hari-hari di Madinah dan Mekkah terasa begitu cepat. Jadwal ibadah dan makan tiga kali sehari (bagi orang tua tidak memungkinkan untuk mengabaikannya) menyita sebagian besar waktu. Meski dekat dari pelataran dan Masjidil Haram, kami harus naik tiga kali menggunakan eskalator ke-P3.
Kami juga harus melewati mall. Tentu saja tersedia juga cukup banyak lift dengan daya tampung lebih dari 30 orang, tapi nunggunya lumayan lama. Sampai hari-hari terakhir, sistem lift masih membingungkan bagi beberapa orang, termasuk orang tua saya.
Itulah mengapa, saya benar-benar menyarankanmu untuk pergi umroh (minimal sekali) dalam waktu muda dan sehat. NRA Travel membuat mimpi itu menjadi nyata. Bila masih ada orang tua, lebih baik mengajak mereka. Orang tua saya juga belum Haji, sehingga nanti ketika saat itu tiba, mereka akan lebih siap (insyaAllah).
Orangtua saya juga jarang bepergian jauh. Mereka juga tidak tinggal di kota besar seperti Jakarta. Naik turun eskalator dan lift, berjalan setidaknya satu kilometer saat ke masjid, sungguh bukan perkara yang mudah bagi mereka. Saya dan Ibu bahkan tidak pernah terlepas sekalipun, termasuk di Raudah dan saat tawaf.
Saya, ingin mengakhiri catatan Umroh saya ini di bagian ini. Karena itu, saya akan memberikan tips barang atau kegiatan penting-tidak penting- yang harus dilakukan sebelum dan selama perjalanan Ibadah ini. Berikut isinya:
Makanan yang Harus Dicoba
Tentu saja seperti ditullis reviewer, Al Baik. Di Madinah (katanya) ada di seberang Makam Baqi di dekat pintu-31 Nabawi. Namun, saya membelinya di Mekkah. Letaknya ada di mall, satu tower dengan Hotel Hilton dan Hyatt Mekkah. Kalau lihat jam besar seberang Masjidil Haram, berarti sebelah kanan, agak belakang.
Saya dan adik sepupu saya Helmi ke sana sekitar jam 13.30. Tidak antri seperti kata banyak review. Rasanya kayak nugget tapi lebih pedes, gurih, ada rasa kejunya. Satu paket ayam isinya 12 potong plus kentang goreng dan setangkup roti, harganya SAR 12 (murah banget). Paket ikan harganya SAR 14 dan cumi SAR 16. Paling enak ayam dan ikan. Sambalnya kurang nampol. Jangan lupa bawa sambel sendiri saja dari Tanah Air. Masukkan ke tas yang dibawa kemana-mana. Hehe...
Soalnya makanan katering di sana meski ada sambelnya, tidak pedas sama sekali. Apalagi saus botolnya, asem banget. Padahal, tanpa sambal dan kopi, sistem pembuangan pencernaan saya susah keluar. Hehe...
Di dekat pintu 23 Nabawi, konon banyak pasar-pasar tradisional khas Arab. Saya melewatkannya. Nasi Kebuli di mall lantai dua, dekat pintu-21 Nabawi juga enak banget. Restoran Al-something gitu namanya (maafkan reviewer abal, lupa namanya, apalagi ambil fotonya)
Roti 7 Days juga menjadi salah satu makanan yang wajib dicoba. Roti croissant dengan isi selai sebenarnya. Menurut saya biasa saja, tapi banyak yang merasa ketagihan karenanya. WAJIB dicoba, toh harganya murah. Yang paling enak warna merah. Beli di Supermarket Bin Dawood yang ada di mall-mall dekat Masjidil Haram lebih murah, cuma SAR5 isi 6 bungkus. Beberapa toko menjualnya lebih mahal, sampai ada yang jual SAR10 di Sultan Murah.
Saya juga beli cuka apel, Vicks Vaporub (produksi Arab Saudi katanya lebih hangat), Vaseline Petroleum Jelly dan Cream 21. Hahaha....enggak penting tapi bikin bahagia.
Oh ya, beli oleh-oleh di lantai P (-1) di mall Royal Clock Tower juga lebih murah ketimbang di lantai dasar atau atasnya.
Membeli Mushaf Quran Madinah atau Mekkah
Mbak Yenni sempat bicara dengan salah satu petugas di Mekkah. Bagaimana kalau kita ingin wakaf Quran disana? Pastikan yang sampulnya bolak-balik Hijau tua. Di samping itu, warna tali pembatas kuning atau hijau. Harganya sekitar SAR100 . Selain itu, mushaf akan disebarkan ke masjid-masjid di luar Haram.
Belinya dimana? Enggak nemu. Di Madinah atau Mekkah, Saya mendapati mushaf tersebut di depan hotel. Penjualnya hanya ada menjelang shalat Shubuh. Di Madinah, saya tidak membelinya. Di Mekkah beli, harganya SAR20. Bukan versi asli Al-Haram karena sampul belakangnya kosong. Tulisan dalamnya juga berbeda dengan yang ada di masjid. Lebih jelas yang ada di dalam masjid.
Ada satu kisah menarik soal Mushaf. Bapak dan Helmi membeli tanpa tawar-menawar (semua barang yang dibeli harus ditawar), harganya SAR50. Bapak memberikan SAR100 dan ambil dua mushaf. Ternyata Helmi sudah ambil satu. Hari berikutnya, kami memberikan SAR50 sisanya.
Kami berusaha menjelaskan kekurangan tersebut dengan Bahasa Inggris. Mereka tidak paham dan berulang kali bilang, "No English". Kami bingung karena tidak ada satupun yang bisa bahasa Arab. Tujuh orang ribut berusaha menjelaskan dan gagal. Kami seperti manusia dan alien, bicara dalam bahasa Ibunya masing-masing. Beruntung, Saya akhirnya menemukan seorang Bapak yang bisa Inggris dan Arab.
Si Bapak, dalam pandangan saya, terdengar hanya bicara dua kata. Seketika, penjual mushaf langsung bilang, "Syukron...Syukron." Kemudian dia menyalami dan memeluk Bapak.
Sebelumnya?
Mukanya agak sangar. Wkwk...
Membawa Zam-Zam
Di bandara Soekarno Hatta, setelah pulang umroh, kami mendapat jatah zam-zam. Satu orang mendapat jatah 5 liter. Dengan begitu, kami mendapat 15 liter. Cukup sebenarnya. Seorang saudara yang sudah pernah Umroh menasehati. Di Tanah Abang, Zam-Zam dijual Rp500 ribu per 5liter. Jadi, kalau bisa, mending beli jerigen di sana dan menambah persediaan.
Saat manasik, Pak Ustadz sudah mewanti-wanti. "Boleh bawa Zam-Zam, tapi dibawa saja ke kabin. Jangan masuk koper. Arab Saudi berbeda dengan Indonesia. Di sana, cairan lebih dari 100 ml boleh masuk kabin," katanya.
Aku dengar maka aku taat, kata hadist nabi. Di dekat Le-Meridien, Mekkah, kami membeli tiga jerigen ukuran 5liter. Harganya SAR4. Dengan semangat 45, kami mengisinya. Kami juga melapisinya dengan tas kresek dan lakban untuk mencegah bocor. Rabu tengah malam, 29 November 2017, zam-zam kami kena cekal imigrasi. Para petugas koper dan tas zam-zam kami. "Zam-Zam Out, Zam-Zam Out," sebutnya. Saya BETE. Haha...
Jadi, gimana cara membawa zam-zam?
Benar harus dibawa ke kabin. Tapi sepertinya, ukuran jerigen kami kebesaran. Buktinya, beberapa zam-zam yang kami kemas di botol ukuran 500ml semua selamat. Tidak dibuang. Jadi, daripada dirampas, lebih baik siapkan botol atau jerigen kecil.
Barang yang Harus ada Selama Perjalanan
Kemarin, NRA Travel memberi kami dua koper. Satu ukuran besar (banget) untuk dimasukkan dalam bagasi. Satu lagi koper ukuran kabin.
Koper-koper besar biasanya diurus mereka untuk masuk dan keluar. Pokoknya kami selalu mendapatinya sudah tersedia di depan kamar. Kalau mau pindah, juga tinggal taruh di depan kamar. Koper kecil, biasa diisi satu set baju bersih dan handuk. Khawatirnya, koper besar belum sampai di kamar sementara kami sudah ingin mandi dan ganti baju.
Peralatan mandi wajib karena saya tidak suka memakai bawaan hotel. Meski sekamar sering diisi empat orang, handuk biasanya hanya ada dua di kamar. Segera telpon resepsionis untuk meminta ekstra (pakai Bahasa Inggris tentunya. Hihi...)
Di tas yang selalu dibawa, siapkan juga obat-obatan yang dipakai di perjalanan (bagi saya cukup minyak kayu putih), hand body lotion dan pembersih muka. Kalau perlu, kamu juga bisa memasukkan bagian atas mukena (bawahnya gamis).
Atasan mukena berguna karena dalam perjalanan ke Madinah dari Jeddah, kami sholat di jalan. Sholat lain dilakukan di pesawat. Jangan lupa bawa tas kresek yang banyak untuk bungkus sandal selama di masjid dan pakaian kotor. Beberapa travel juga memberikan tas sandal khusus, harus dibawa.
Tukar Uang SAR
Saya membaca banyak review, money changer banyak di Arab Saudi. Pedagang di Saudi juga banyak yang menerima di Rupiah. Namun, saya tukar SAR di Jakarta. Karena berdomisili dan kegiatan di sekitar Thamrin-Sudirman, saya menukarkan SAR di Money Changer Ayu Mas di Toko Gunung Agung Kwitang, Senen. Di sana, harganya paling murah, Rp3675. Namun, hanya menyediakan pecahan SAR100. Untuk pecahan yang lebih kecil, saya menukarkan di Sari Valas di Sarinah. Harganya lebih mahal, Rp3.800.
Dari hasil browsing dan saran-saran, kartu debit dan kredit berlogo Mastercard atau Visa juga bisa digunakan. Di mall yang ada di Royal Clock Tower, ada banyak ATM. Sekilas, saya juga melihat logo-logo tersebut.
Alhamdulillah tidak overbudget.
Enggak perlu narik lagi di sana sampai pulang. Hihi...
Langganan Internet dan Telepon
Saya Membayar Rp375 ribu untuk paket lengkap Indosat. Telepon Internasional dan menerima 50 menit dan paket data sepuasnya (Indosat tahu banget saya enggak sering buka Istagram di sana). Namun, saya rasa itu berlebihan. Saya lebih sering kontak rombongan yang lain (terutama Bapak dan Helmi) melalui Whatsapp Call. Jaringannya jernih.
Di setiap hotel ada jaringan WiFi. Kalau mau mencoba provider lokal juga mudah. Di sana, banyak yang menjualnya di dekat pintu masjid atau bahkan area hotel. Namun, kayaknya harganya tidak selisih jauh.
Obat Penunda Haid bagi Perempuan
Saya yakin jadwal tamu bulanan saya tidak datang selama Umroh kemarin. Namun, saya kaget setengah mati ketika sampai di Madinah, ada noda bercak coklat sedikit. Mungkin air yang saya pakai di perjalanan kotor atau sebagainya, kurang paham. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Saya kemudian meminum Primolute-N yang dibawa Mbak Yenni. Namun, saya sering lupa minum obat ini. Sempat khawatir juga. Alhamdulillah, aman sampai pulang di Tanah Air.
Ustadz saya menasehati, haid bagi perempuan itu fitrah, datangnya dari Allah SWT. Jadi, kalau dia datang harus disyukuri. "Tidak usah dicegah dengan minum obat-obatan," nasehatnya.
Saya membaca beberapa ulasan sebelum berangkat. Obat penunda haid harus diminum setidaknya seminggu sebelum jadwal haid. Fungsinya seperti obat KB. Harus diminum teratur (termasuk waktunya), dua-tiga kali sehari. Kalau tidak, efeknya justru bisa membuat haid lebih cepat keluar, sakit perut dahsyat dan pusing. Konsultasikan dengan dokter kandungan atau bidan bila ragu dan memiliki riwayat kesehatan khusus. Obat ini bisa bebas dibeli di apotik.
Hal-Hal Printilan Lainnya
Kami membawa deterjen dan juga hanger. Namun, kalau kamu bukan tipe yang begitu sering gonta-ganti baju, itu tidak perlu. Kalau cuma umroh 9 hari, perbekalan kami cukup. Kalau perlu bawa celana dalam sekali pakai.
Bawa tas besar yang bisa dilipat di koper juga perlu, mengantisipasi kalap belanja. Hehe...Namun, di pusat oleh-oleh juga banyak dijual.
Buat para Bapak, celana dalam tanpa jahitan juga tidak perlu dibeli. Pokoknya kain ihram saja cukup. Bagi perempuan, perlu juga membeli manset tangan karena selama umroh takut lengannya kelihatan. Kain yang digunakan untuk menutupi punggung tangan juga perlu sih, satu saja cukup. Hanya dipakai saat menjalani rukun umroh.
Warna hitam lebih baik (biar enggak kelihatan kotor). Kaos kaki wudhu dan bukan sama saja. Tetap nyaman dipakai dua-duanya. Banyak kamar mandi dan tempat wudhu yang nyaman dan representatif untuk bongkar pasang kaos kaki (letaknya di bawah). Semua perlengkapan bisa dibeli di Thamrin City (#endorse please. Wkwk...)
Baju warna putih bagi perempuan? Kalau mau, beli saja satu atau dua. Buat Ibadah Wajib Umroh. Tapi sebenarnya tidak wajib putih. Pakai baju apa saja boleh, polos atau motif sekalipun (hitam polos saja, lebih kece di foto. Wkwk...).
Karena jelas tidak dipakai lagi, Saya kemarin meminjam saja dari kakak. Saya membawa sekitar delapan potong baju bersih. Semua gamis agar lebih nyaman, ditambah dua baju untuk tidur.
Mukena dan sajadah satu saja cukup. Saya bahkan lebih sering tidak bawa sajadah ke masjid. Lantai marmernya enak banget buat sujud. Lebih nempel juga dahi dan hidung, lebih syahdu. Kalau jilbabnya sudah ekstra besar, atasan mukena juga tidak perlu dibawa ke Masjid (Alhamdulillah, koleksi Mama sudah banyak, bisa dipinjam).
Sandal jepit atau karet? Wajib dibawa untuk ke masjid. Sandal high heels, meski kece di Instagram, simpan dulu di lemari rumah. Hihi...
Makanan instan seperti PopMie? Enggak bawa kemarin. Di sana ada juga PopMie, kalau enggak salah harganya SAR7 (mahal yak). Tapi pas pulang dari Raudah siang, laper berat. Jatah makan siang hotel sudah tutup. Cari restoran di dekat pintu-8 Nabawi tidak ketemu. Kelaperan. Jadi, kami menikmati roti sisa dari katering Garuda selama perjalanan. Namun, secara umum, pelayanan katering dari travel sudah lebih dari cukup. Kami juga sering membawa buah ke kamar hotel.
Sudah itu saja, catatan panjang Umroh pertama saya ini.
Terima Kasih untuk yang meluangkan waktu untuk membaca.
Semoga mendapatkan manfaat.
Suasana Pelataran Masjidil Haram di Malam Hari |
Sudah sampai tulisan kelima.
Tulisan-tulisan sebelumnya sudah dibaca kan? Sebelumnya, saya menulis mengapa saya akhirnya memutuskan pergi umroh bersama NRA Travel. Lalu, pengalaman saya menjejakkan kaki pertama kalinya di Arab Saudi.
Mekkah dan Madinah itu berbeda. Meskipun syahdunya tetap sama. Tempat paling khusyuk dan syahdu untuk memanjatkan doa-doa terbaik kepada langit.
Hari-hari di Madinah dan Mekkah terasa begitu cepat. Jadwal ibadah dan makan tiga kali sehari (bagi orang tua tidak memungkinkan untuk mengabaikannya) menyita sebagian besar waktu. Meski dekat dari pelataran dan Masjidil Haram, kami harus naik tiga kali menggunakan eskalator ke-P3.
Kami juga harus melewati mall. Tentu saja tersedia juga cukup banyak lift dengan daya tampung lebih dari 30 orang, tapi nunggunya lumayan lama. Sampai hari-hari terakhir, sistem lift masih membingungkan bagi beberapa orang, termasuk orang tua saya.
Menuju Masjidil Haram, Harus Melewati Ini (godaan) |
Itulah mengapa, saya benar-benar menyarankanmu untuk pergi umroh (minimal sekali) dalam waktu muda dan sehat. NRA Travel membuat mimpi itu menjadi nyata. Bila masih ada orang tua, lebih baik mengajak mereka. Orang tua saya juga belum Haji, sehingga nanti ketika saat itu tiba, mereka akan lebih siap (insyaAllah).
Orangtua saya juga jarang bepergian jauh. Mereka juga tidak tinggal di kota besar seperti Jakarta. Naik turun eskalator dan lift, berjalan setidaknya satu kilometer saat ke masjid, sungguh bukan perkara yang mudah bagi mereka. Saya dan Ibu bahkan tidak pernah terlepas sekalipun, termasuk di Raudah dan saat tawaf.
Saya, ingin mengakhiri catatan Umroh saya ini di bagian ini. Karena itu, saya akan memberikan tips barang atau kegiatan penting-tidak penting- yang harus dilakukan sebelum dan selama perjalanan Ibadah ini. Berikut isinya:
Makanan yang Harus Dicoba
Tentu saja seperti ditullis reviewer, Al Baik. Di Madinah (katanya) ada di seberang Makam Baqi di dekat pintu-31 Nabawi. Namun, saya membelinya di Mekkah. Letaknya ada di mall, satu tower dengan Hotel Hilton dan Hyatt Mekkah. Kalau lihat jam besar seberang Masjidil Haram, berarti sebelah kanan, agak belakang.
Penampilan Sang Baik |
Saya dan adik sepupu saya Helmi ke sana sekitar jam 13.30. Tidak antri seperti kata banyak review. Rasanya kayak nugget tapi lebih pedes, gurih, ada rasa kejunya. Satu paket ayam isinya 12 potong plus kentang goreng dan setangkup roti, harganya SAR 12 (murah banget). Paket ikan harganya SAR 14 dan cumi SAR 16. Paling enak ayam dan ikan. Sambalnya kurang nampol. Jangan lupa bawa sambel sendiri saja dari Tanah Air. Masukkan ke tas yang dibawa kemana-mana. Hehe...
Soalnya makanan katering di sana meski ada sambelnya, tidak pedas sama sekali. Apalagi saus botolnya, asem banget. Padahal, tanpa sambal dan kopi, sistem pembuangan pencernaan saya susah keluar. Hehe...
Jangan Lupa, Sistem Antrinya Dipisah Laki-Laki dan Perempuan |
Roti 7 Days juga menjadi salah satu makanan yang wajib dicoba. Roti croissant dengan isi selai sebenarnya. Menurut saya biasa saja, tapi banyak yang merasa ketagihan karenanya. WAJIB dicoba, toh harganya murah. Yang paling enak warna merah. Beli di Supermarket Bin Dawood yang ada di mall-mall dekat Masjidil Haram lebih murah, cuma SAR5 isi 6 bungkus. Beberapa toko menjualnya lebih mahal, sampai ada yang jual SAR10 di Sultan Murah.
Kalau Tidak Mau Repot, Cari Supermarket Ini. Di sini, ada semua keperluan dan Oleh2 khas Arab Saudi (Cr: Google) |
Penampilan 7Days |
Saya juga beli cuka apel, Vicks Vaporub (produksi Arab Saudi katanya lebih hangat), Vaseline Petroleum Jelly dan Cream 21. Hahaha....enggak penting tapi bikin bahagia.
Oh ya, beli oleh-oleh di lantai P (-1) di mall Royal Clock Tower juga lebih murah ketimbang di lantai dasar atau atasnya.
Membeli Mushaf Quran Madinah atau Mekkah
Mbak Yenni sempat bicara dengan salah satu petugas di Mekkah. Bagaimana kalau kita ingin wakaf Quran disana? Pastikan yang sampulnya bolak-balik Hijau tua. Di samping itu, warna tali pembatas kuning atau hijau. Harganya sekitar SAR100 . Selain itu, mushaf akan disebarkan ke masjid-masjid di luar Haram.
Belinya dimana? Enggak nemu. Di Madinah atau Mekkah, Saya mendapati mushaf tersebut di depan hotel. Penjualnya hanya ada menjelang shalat Shubuh. Di Madinah, saya tidak membelinya. Di Mekkah beli, harganya SAR20. Bukan versi asli Al-Haram karena sampul belakangnya kosong. Tulisan dalamnya juga berbeda dengan yang ada di masjid. Lebih jelas yang ada di dalam masjid.
Tampak Dalam Mushaf Asli Mekkah. Tulisannya Lebih Jelas dibandingkan yang Saya Beli |
Mushaf Mekkah yang ada di dalam Masjidil Haram |
Ada satu kisah menarik soal Mushaf. Bapak dan Helmi membeli tanpa tawar-menawar (semua barang yang dibeli harus ditawar), harganya SAR50. Bapak memberikan SAR100 dan ambil dua mushaf. Ternyata Helmi sudah ambil satu. Hari berikutnya, kami memberikan SAR50 sisanya.
Kami berusaha menjelaskan kekurangan tersebut dengan Bahasa Inggris. Mereka tidak paham dan berulang kali bilang, "No English". Kami bingung karena tidak ada satupun yang bisa bahasa Arab. Tujuh orang ribut berusaha menjelaskan dan gagal. Kami seperti manusia dan alien, bicara dalam bahasa Ibunya masing-masing. Beruntung, Saya akhirnya menemukan seorang Bapak yang bisa Inggris dan Arab.
Si Bapak, dalam pandangan saya, terdengar hanya bicara dua kata. Seketika, penjual mushaf langsung bilang, "Syukron...Syukron." Kemudian dia menyalami dan memeluk Bapak.
Sebelumnya?
Mukanya agak sangar. Wkwk...
Membawa Zam-Zam
Di bandara Soekarno Hatta, setelah pulang umroh, kami mendapat jatah zam-zam. Satu orang mendapat jatah 5 liter. Dengan begitu, kami mendapat 15 liter. Cukup sebenarnya. Seorang saudara yang sudah pernah Umroh menasehati. Di Tanah Abang, Zam-Zam dijual Rp500 ribu per 5liter. Jadi, kalau bisa, mending beli jerigen di sana dan menambah persediaan.
Saat manasik, Pak Ustadz sudah mewanti-wanti. "Boleh bawa Zam-Zam, tapi dibawa saja ke kabin. Jangan masuk koper. Arab Saudi berbeda dengan Indonesia. Di sana, cairan lebih dari 100 ml boleh masuk kabin," katanya.
Aku dengar maka aku taat, kata hadist nabi. Di dekat Le-Meridien, Mekkah, kami membeli tiga jerigen ukuran 5liter. Harganya SAR4. Dengan semangat 45, kami mengisinya. Kami juga melapisinya dengan tas kresek dan lakban untuk mencegah bocor. Rabu tengah malam, 29 November 2017, zam-zam kami kena cekal imigrasi. Para petugas koper dan tas zam-zam kami. "Zam-Zam Out, Zam-Zam Out," sebutnya. Saya BETE. Haha...
Jadi, gimana cara membawa zam-zam?
Benar harus dibawa ke kabin. Tapi sepertinya, ukuran jerigen kami kebesaran. Buktinya, beberapa zam-zam yang kami kemas di botol ukuran 500ml semua selamat. Tidak dibuang. Jadi, daripada dirampas, lebih baik siapkan botol atau jerigen kecil.
Barang yang Harus ada Selama Perjalanan
Kemarin, NRA Travel memberi kami dua koper. Satu ukuran besar (banget) untuk dimasukkan dalam bagasi. Satu lagi koper ukuran kabin.
Koper-koper besar biasanya diurus mereka untuk masuk dan keluar. Pokoknya kami selalu mendapatinya sudah tersedia di depan kamar. Kalau mau pindah, juga tinggal taruh di depan kamar. Koper kecil, biasa diisi satu set baju bersih dan handuk. Khawatirnya, koper besar belum sampai di kamar sementara kami sudah ingin mandi dan ganti baju.
Peralatan mandi wajib karena saya tidak suka memakai bawaan hotel. Meski sekamar sering diisi empat orang, handuk biasanya hanya ada dua di kamar. Segera telpon resepsionis untuk meminta ekstra (pakai Bahasa Inggris tentunya. Hihi...)
Kami, di depan Pintu Hotel (agak norak) |
Di tas yang selalu dibawa, siapkan juga obat-obatan yang dipakai di perjalanan (bagi saya cukup minyak kayu putih), hand body lotion dan pembersih muka. Kalau perlu, kamu juga bisa memasukkan bagian atas mukena (bawahnya gamis).
Atasan mukena berguna karena dalam perjalanan ke Madinah dari Jeddah, kami sholat di jalan. Sholat lain dilakukan di pesawat. Jangan lupa bawa tas kresek yang banyak untuk bungkus sandal selama di masjid dan pakaian kotor. Beberapa travel juga memberikan tas sandal khusus, harus dibawa.
Tukar Uang SAR
Saya membaca banyak review, money changer banyak di Arab Saudi. Pedagang di Saudi juga banyak yang menerima di Rupiah. Namun, saya tukar SAR di Jakarta. Karena berdomisili dan kegiatan di sekitar Thamrin-Sudirman, saya menukarkan SAR di Money Changer Ayu Mas di Toko Gunung Agung Kwitang, Senen. Di sana, harganya paling murah, Rp3675. Namun, hanya menyediakan pecahan SAR100. Untuk pecahan yang lebih kecil, saya menukarkan di Sari Valas di Sarinah. Harganya lebih mahal, Rp3.800.
Dari hasil browsing dan saran-saran, kartu debit dan kredit berlogo Mastercard atau Visa juga bisa digunakan. Di mall yang ada di Royal Clock Tower, ada banyak ATM. Sekilas, saya juga melihat logo-logo tersebut.
Alhamdulillah tidak overbudget.
Enggak perlu narik lagi di sana sampai pulang. Hihi...
Langganan Internet dan Telepon
Saya Membayar Rp375 ribu untuk paket lengkap Indosat. Telepon Internasional dan menerima 50 menit dan paket data sepuasnya (Indosat tahu banget saya enggak sering buka Istagram di sana). Namun, saya rasa itu berlebihan. Saya lebih sering kontak rombongan yang lain (terutama Bapak dan Helmi) melalui Whatsapp Call. Jaringannya jernih.
Suasana yang Akan Selalu Dirindukan |
Di setiap hotel ada jaringan WiFi. Kalau mau mencoba provider lokal juga mudah. Di sana, banyak yang menjualnya di dekat pintu masjid atau bahkan area hotel. Namun, kayaknya harganya tidak selisih jauh.
Obat Penunda Haid bagi Perempuan
Saya yakin jadwal tamu bulanan saya tidak datang selama Umroh kemarin. Namun, saya kaget setengah mati ketika sampai di Madinah, ada noda bercak coklat sedikit. Mungkin air yang saya pakai di perjalanan kotor atau sebagainya, kurang paham. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Saya kemudian meminum Primolute-N yang dibawa Mbak Yenni. Namun, saya sering lupa minum obat ini. Sempat khawatir juga. Alhamdulillah, aman sampai pulang di Tanah Air.
Ustadz saya menasehati, haid bagi perempuan itu fitrah, datangnya dari Allah SWT. Jadi, kalau dia datang harus disyukuri. "Tidak usah dicegah dengan minum obat-obatan," nasehatnya.
Saya membaca beberapa ulasan sebelum berangkat. Obat penunda haid harus diminum setidaknya seminggu sebelum jadwal haid. Fungsinya seperti obat KB. Harus diminum teratur (termasuk waktunya), dua-tiga kali sehari. Kalau tidak, efeknya justru bisa membuat haid lebih cepat keluar, sakit perut dahsyat dan pusing. Konsultasikan dengan dokter kandungan atau bidan bila ragu dan memiliki riwayat kesehatan khusus. Obat ini bisa bebas dibeli di apotik.
Hal-Hal Printilan Lainnya
Kami membawa deterjen dan juga hanger. Namun, kalau kamu bukan tipe yang begitu sering gonta-ganti baju, itu tidak perlu. Kalau cuma umroh 9 hari, perbekalan kami cukup. Kalau perlu bawa celana dalam sekali pakai.
Bawa tas besar yang bisa dilipat di koper juga perlu, mengantisipasi kalap belanja. Hehe...Namun, di pusat oleh-oleh juga banyak dijual.
Buat para Bapak, celana dalam tanpa jahitan juga tidak perlu dibeli. Pokoknya kain ihram saja cukup. Bagi perempuan, perlu juga membeli manset tangan karena selama umroh takut lengannya kelihatan. Kain yang digunakan untuk menutupi punggung tangan juga perlu sih, satu saja cukup. Hanya dipakai saat menjalani rukun umroh.
Warna hitam lebih baik (biar enggak kelihatan kotor). Kaos kaki wudhu dan bukan sama saja. Tetap nyaman dipakai dua-duanya. Banyak kamar mandi dan tempat wudhu yang nyaman dan representatif untuk bongkar pasang kaos kaki (letaknya di bawah). Semua perlengkapan bisa dibeli di Thamrin City (#endorse please. Wkwk...)
Toilet untuk Perempuan di Masjidil Haram. Ada di sekitar Pelataran Masjid Nabawi atau Masjidil Haram |
Baju warna putih bagi perempuan? Kalau mau, beli saja satu atau dua. Buat Ibadah Wajib Umroh. Tapi sebenarnya tidak wajib putih. Pakai baju apa saja boleh, polos atau motif sekalipun (hitam polos saja, lebih kece di foto. Wkwk...).
Karena jelas tidak dipakai lagi, Saya kemarin meminjam saja dari kakak. Saya membawa sekitar delapan potong baju bersih. Semua gamis agar lebih nyaman, ditambah dua baju untuk tidur.
Datanglah Ibadah untuk-KU, Walau dengan Merangkak (Terus Ingat Nasihat Ini Bila Melihatnya) |
Mukena dan sajadah satu saja cukup. Saya bahkan lebih sering tidak bawa sajadah ke masjid. Lantai marmernya enak banget buat sujud. Lebih nempel juga dahi dan hidung, lebih syahdu. Kalau jilbabnya sudah ekstra besar, atasan mukena juga tidak perlu dibawa ke Masjid (Alhamdulillah, koleksi Mama sudah banyak, bisa dipinjam).
Sandal jepit atau karet? Wajib dibawa untuk ke masjid. Sandal high heels, meski kece di Instagram, simpan dulu di lemari rumah. Hihi...
Makanan instan seperti PopMie? Enggak bawa kemarin. Di sana ada juga PopMie, kalau enggak salah harganya SAR7 (mahal yak). Tapi pas pulang dari Raudah siang, laper berat. Jatah makan siang hotel sudah tutup. Cari restoran di dekat pintu-8 Nabawi tidak ketemu. Kelaperan. Jadi, kami menikmati roti sisa dari katering Garuda selama perjalanan. Namun, secara umum, pelayanan katering dari travel sudah lebih dari cukup. Kami juga sering membawa buah ke kamar hotel.
Suasana Makan di Mekkah |
Sudah itu saja, catatan panjang Umroh pertama saya ini.
Terima Kasih untuk yang meluangkan waktu untuk membaca.
Semoga mendapatkan manfaat.
Assalamu'alaikum...
BalasHapusBoleh minta saran atau list apa aja yg hrus d bawa buat umroh?? 🙏🙏🙏
Alhmdulillah saya menang doorprize dri tmpt krj buat umroh.
Hai,
HapusWah, maaf baru terbaca. Selamat ya, dapat doorprize Umroh.
Barang yang harus dibawa tergantung pribadinya sih, tapi kalaupun kurang. Detailnya sebenarnya udah aku tulis di tulisan ini. Namun, sebenarnya itu sangat tergantung pada kebutuhan personal ya. Kayak aku misalnya, harus banget bawa lotion dan sambal selama Umroh kemarin. Hehe...
Semoga membantu.