Umroh Bersama NRA Travel, Perjalanan dan Langkah Panjang ke RumahMu (1)
Tahun ini, Allah SWT mengamini keinginan saya untuk pergi Umroh bersama dengan orang tua, keluarga dan teman saya. Setelah menimbang seribu alasan, saya akhirnya memutuskan pergi umroh bersama NRA Travel. Saya tidak kecewa dan menuliskan pengalaman Umroh dalam lima tulisan berikut.
Dua tahun lalu, setelah satu-satunya adik kandung saya meninggal, saya tahu harus cepat berputar arah. Paling dekat adalah pulang ke Kebumen dan mencari penghasilan di kampung halaman. Saya juga ingin menghabiskan semua tabungan dengan mengajak orang tua pergi umroh. Keputusan ini sudah bulat. Cobaan yang melanda keluarga saya ini cukup berat. Maret 2016 saya berencana resign dari Infobank.
Saya mungkin jumawa. Sang Maha Perencana menolak proposal saya tersebut. Mama menentang rencana saya resign dan pulang tanpa rencana pasti. Umroh pun beliau tidak berkenan. Beberapa bulan setelah itu, Mama terbaring sakit. Lebih karena tekanan psikis dan mental. Ramadan 2016, dia harus menjalaninya dengan keluar-masuk rumah sakit.
⏭⏭⏭
Tahun 2017, rencana umroh kembali saya susun. Saya bahkan memberi ultimatum kepada diri sendiri, HARUS TERLAKSANA. Dalam suatu perbincangan di rumah, saya sempat 'mengancam' orangtua.
Alhamdulillah, Allah SWT mendengar dan mengamini rencana ini. Saya merasa tahun ini, jalan dan rezeki saya dipermudah. 22 November 2017 lalu, saya dan keluarga pergi menuju rumah-Nya.
Saya sudah mempersiapkan rencana ini semenjak awal tahun. Ini hal besar bagi saya dan keluarga. Saya mulai browsing mengenai serba-serbi umroh. Saya juga menyisir laman-laman travel umroh terkait biaya, penginapan dan penerbangan.
Seorang rekan dari Kebumen merekomendasikan untuk pergi dengan sistem backpacker. Saya banyak mencari tahu tentang sistem ini, terutama karena biayanya yang jauh lebih murah. Menarik. Saya juga membeli buku Umroh Backpacker karya Elly Lubis (Mbak Butet Ubepe) di Gramedia. Saya juga mengikuti grub FB: Ayo ke Mekkah.
Bila kamu juga berencana pergi Umroh, saya sangat sarankan bergabung dalam grup ini. Informasi-informasinya begitu banyak dan bermanfaat. Salah satu review penting yang sudah saya coba adalah trik masuk Raudah bagi perempuan.
Kalau belum, grup itu juga dapat menjadi salah satu 'kompor' yang efektif. Join aja. Menjadi tamu Allah, katanya, tidak hanya mengenai uang. Ada banyak kisah mengharukan yang dapat membuatmu tidak berhenti mengayuh doa. Bukankah kewajiban kita hanya terus mengayuh sampai DIA memutuskan kamu telah sampai di tujuan?
Mengapa Backpacker menjadi salah satu pertimbangan?
Saya menganggarkan biaya Rp25 juta per orang. Beberapa paket umroh dari travel Jakarta masuk radar. Namun, semenjak membaca Inferno-nya Dan Brown dan sejarah Amr bin Ash, saya jatuh cinta dengan Istanbul dan Turki. Saya ngiler pengen pergi ke sana dan mengunjungi Masjid Biru serta Hagia Sophia. Umroh dan Turki ternyata sejalan. Pantas saja, di Mekkah, saya mendapati banyak sekali jamaah dari Turki.
Dengan anggaran tersebut, travel umroh hanya memberikan paket citytour Istanbul. Citytour Istanbul, kata beberapa teman, sebenarnya hanya memanfaatkan waktu transit penerbangan. Mereka juga menggunakan Turkish Airlines yang memang trannsit di Istanbul. Peringkatnya di Skytrax masih di bawah Garuda Indonesia. Citytour setelah Umroh juga tidak terlalu memungkinkan karena kondisi fisik yang juga pasti akan lelah, begitu kata mereka.
Saya sempat berkomunikasi intens dengan Mas Fauzan, salah seorang tourleader Ubepe. Dia memiliki beberapa program umroh di akhir tahun 2017 dan April 2018. Paket Umroh dan Turki selama 14 hari (umroh 10 hari plus 3hari di Turki), hanya sekitar Rp26 juta. Siapa yang tidak tertarik?
Namun, beberapa orang mengutarakan pendapatanya. Ini perjalanan Umroh pertama saya dan keluarga. Meski masih sehat, saya membawa orangtua yang fisiknya jelas tidak sekuat anak muda seperti saya #Ehm.
Umroh backpacker yang saya taksir, rombongan akan bertemu di bandara KLIA II Malaysia. Ini lumayan melelahkan. Keuntungannya, backpacker menawarkan waktu lebih, sampai 12 hari. Sebagian besar Umroh dengan biaya Rp20 juta hanya memprogram Umroh selama 9 hari saja,
Karena beberapa alasan ini, maka saya memutuskan untuk pergi bersama dengan travel umroh. Travel NRA (Nur-Rima-Alwali) yang berkantor pusat di Mampang, Jakarta Selatan menjadi pilihan. Kebetulan, adik sepupu saya, April lalu juga sudah Umroh menggunakan jasanya dan puas.
Di masjid Nabawi, Raudah dan depan Kabbah, Saya berjanji bahwa kunjungan kemarin bukanlah yang pertama dan terakhir. Kalau suatu saat nanti saya diberi kelonggaran waktu, usia dan rejeki, saya akan memilih Ubepe. Mengapa? Tentu saja selain lebih murah, mereka memberikan keleluasaan waktu dan rute perjalanan. Saya ingin mengunjungi Al-Aqso juga selain Turki. Aaamin.
⏫⏫⏫
Mengapa memilih NRA Travel?
Saya menulis review ini semata-mata karena sudah merasakan pelayanannya. Tidak ada kepentingan yang lain. Pertama, seperti yang sudah saya sebutkan, review dari adik sepupu saya. Testimoni langsung tanpa tendensi dari orang-orang terdekat tentu saja lebih objektif bukan?
Umroh November lalu, saya memilih paket hemat (yang tentu saja paling murah. Hehe...). Total jenderal, saya membayar Rp21,5 juta (termasuk handling dan perlengkapan) dengan fasilitas hotel bintang tiga (sekamar ber-4), katering sehari tiga kali masakan Indonesia dan Garuda Indonesia (direct Jakarta-Jeddah). Setelah membandingkan dengan beberapa travel lain, harganya termasuk murah. Beberapa travel lain memasang harga Rp25-30 juta.
Selain saya dan orangtua, saya juga pergi bersama bulik (setelah ini, saya memanggilnya Lik Nunung) dan adik sepupu saya Helmi. Saya juga pergi bersama dengan teman satu kosan saya, Mbak Yenni dan Adiknya (Mas Surya)
Mbak cS yang menerima saya di kantor NRA sangat responsif. Mereka sabar melayani semua pertanyaan saya, baik secara langsung maupun Whatsapp. Beberapa kali ke sana, saya bahkan dijamu dengan teh hangat, cemilan dan makan siang (penting). Saya juga sempat meminta beberapa dokumen dikirimkan melalui email dan Gojek untuk kepentingan cuti, mereka tidak keberatan.
Sehari sebelum keberangkatan, kami melakukan manasik. Kami juga mengumpulkan koper besar untuk masuk bagasi. Di sana, kami tahu bahwa hotel di Mekkah dipindah dari perjanjian awal. Seharusnya, kami menempati hotel Le-Meridien. Namun, kami dipindah ke Swissotel Al-Maqam Mekkah. Mbaknya menyebut kalau fasilitas kami upgrade.
Saya sempat khawatir karena di Google letaknya lebih jauh, tetapi itu hanya sebatas kekhawatiran. Saat tiba di Al-Haram, Swissotel berada di bangunan Royal Clock Tower, pas di depan Masjidil Haram. Letaknya agak nyamping sih ya kalau di Google. Namun, ini cukup representatif. Dari jendela, kami bisa melihat Al-Haram dan Kabbah. Sedangkan di Madinah, kami menginap di Al-Aqeeq Hotel. Letaknya sekitar 300 meter dari pintu-8, masjid Nabawi.
Makanannya? Catering khas Indonesia banget. Untuk makanan, beberapa travel Indonesia sepertinya bekerjasama dengan satu perusahaan. Paket yang lebih mahal seperti yang kakak saya ikuti (sekitar Rp30 juta ke atas), makanannya sistem buffet di hotel. Tersedia makanan ala Barat dan Timur Tengah. Namun, bagi saya dan orangtua ini sudah lebih dari cukup. Saya malah akan lebih sering jajan di luar.
Di Madinah, tempat makan berada di restoran hotel. Sementara di Mekkah, ada di semacam food-court mall. Kalau bosan atau kehabisan waktu makan, kamu bisa memilih menu-menu lain. Di sana, bahkan ada konter Grapari, Bakmi GM dan tentu saja Nasi Kebuli.
Orangtua saya merasa cocok dengan menu makanannya. Minumnya, seperti teh, susu, kopi dan buah-buahan juga selalu tersedia. Pendapat saya? Kurang pedas meski mereka menyediakan sambal. Beruntung teman saya membawa sambal kemasan dari Tanah Air.
BERSAMBUNG ke bagian dua yang kengkawan,
Silahkan klik di sini
Sebelum Berangkat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang |
Dua tahun lalu, setelah satu-satunya adik kandung saya meninggal, saya tahu harus cepat berputar arah. Paling dekat adalah pulang ke Kebumen dan mencari penghasilan di kampung halaman. Saya juga ingin menghabiskan semua tabungan dengan mengajak orang tua pergi umroh. Keputusan ini sudah bulat. Cobaan yang melanda keluarga saya ini cukup berat. Maret 2016 saya berencana resign dari Infobank.
Saya mungkin jumawa. Sang Maha Perencana menolak proposal saya tersebut. Mama menentang rencana saya resign dan pulang tanpa rencana pasti. Umroh pun beliau tidak berkenan. Beberapa bulan setelah itu, Mama terbaring sakit. Lebih karena tekanan psikis dan mental. Ramadan 2016, dia harus menjalaninya dengan keluar-masuk rumah sakit.
⏭⏭⏭
Tahun 2017, rencana umroh kembali saya susun. Saya bahkan memberi ultimatum kepada diri sendiri, HARUS TERLAKSANA. Dalam suatu perbincangan di rumah, saya sempat 'mengancam' orangtua.
"Kalau tidak mau umroh tahun ini, saya akan pergi liburan sendiri ke Korea Selatan dan Jepang, nonton konser," kata saya.
Alhamdulillah, Allah SWT mendengar dan mengamini rencana ini. Saya merasa tahun ini, jalan dan rezeki saya dipermudah. 22 November 2017 lalu, saya dan keluarga pergi menuju rumah-Nya.
Saya sudah mempersiapkan rencana ini semenjak awal tahun. Ini hal besar bagi saya dan keluarga. Saya mulai browsing mengenai serba-serbi umroh. Saya juga menyisir laman-laman travel umroh terkait biaya, penginapan dan penerbangan.
Seorang rekan dari Kebumen merekomendasikan untuk pergi dengan sistem backpacker. Saya banyak mencari tahu tentang sistem ini, terutama karena biayanya yang jauh lebih murah. Menarik. Saya juga membeli buku Umroh Backpacker karya Elly Lubis (Mbak Butet Ubepe) di Gramedia. Saya juga mengikuti grub FB: Ayo ke Mekkah.
Bukunya seperti Ini (Cr Foto: Google) |
Bila kamu juga berencana pergi Umroh, saya sangat sarankan bergabung dalam grup ini. Informasi-informasinya begitu banyak dan bermanfaat. Salah satu review penting yang sudah saya coba adalah trik masuk Raudah bagi perempuan.
Kalau belum, grup itu juga dapat menjadi salah satu 'kompor' yang efektif. Join aja. Menjadi tamu Allah, katanya, tidak hanya mengenai uang. Ada banyak kisah mengharukan yang dapat membuatmu tidak berhenti mengayuh doa. Bukankah kewajiban kita hanya terus mengayuh sampai DIA memutuskan kamu telah sampai di tujuan?
Di depan Masjid Nabawi, lepas Shubuh |
Mengapa Backpacker menjadi salah satu pertimbangan?
Saya menganggarkan biaya Rp25 juta per orang. Beberapa paket umroh dari travel Jakarta masuk radar. Namun, semenjak membaca Inferno-nya Dan Brown dan sejarah Amr bin Ash, saya jatuh cinta dengan Istanbul dan Turki. Saya ngiler pengen pergi ke sana dan mengunjungi Masjid Biru serta Hagia Sophia. Umroh dan Turki ternyata sejalan. Pantas saja, di Mekkah, saya mendapati banyak sekali jamaah dari Turki.
Dengan anggaran tersebut, travel umroh hanya memberikan paket citytour Istanbul. Citytour Istanbul, kata beberapa teman, sebenarnya hanya memanfaatkan waktu transit penerbangan. Mereka juga menggunakan Turkish Airlines yang memang trannsit di Istanbul. Peringkatnya di Skytrax masih di bawah Garuda Indonesia. Citytour setelah Umroh juga tidak terlalu memungkinkan karena kondisi fisik yang juga pasti akan lelah, begitu kata mereka.
Saya sempat berkomunikasi intens dengan Mas Fauzan, salah seorang tourleader Ubepe. Dia memiliki beberapa program umroh di akhir tahun 2017 dan April 2018. Paket Umroh dan Turki selama 14 hari (umroh 10 hari plus 3hari di Turki), hanya sekitar Rp26 juta. Siapa yang tidak tertarik?
Namun, beberapa orang mengutarakan pendapatanya. Ini perjalanan Umroh pertama saya dan keluarga. Meski masih sehat, saya membawa orangtua yang fisiknya jelas tidak sekuat anak muda seperti saya #Ehm.
Antri Panjang Setelah Keluar Imigrasi Arab Saudi |
Umroh backpacker yang saya taksir, rombongan akan bertemu di bandara KLIA II Malaysia. Ini lumayan melelahkan. Keuntungannya, backpacker menawarkan waktu lebih, sampai 12 hari. Sebagian besar Umroh dengan biaya Rp20 juta hanya memprogram Umroh selama 9 hari saja,
Karena beberapa alasan ini, maka saya memutuskan untuk pergi bersama dengan travel umroh. Travel NRA (Nur-Rima-Alwali) yang berkantor pusat di Mampang, Jakarta Selatan menjadi pilihan. Kebetulan, adik sepupu saya, April lalu juga sudah Umroh menggunakan jasanya dan puas.
Di masjid Nabawi, Raudah dan depan Kabbah, Saya berjanji bahwa kunjungan kemarin bukanlah yang pertama dan terakhir. Kalau suatu saat nanti saya diberi kelonggaran waktu, usia dan rejeki, saya akan memilih Ubepe. Mengapa? Tentu saja selain lebih murah, mereka memberikan keleluasaan waktu dan rute perjalanan. Saya ingin mengunjungi Al-Aqso juga selain Turki. Aaamin.
Malam-Malam di Al-Haram yang Tidak Pernah Sepi |
⏫⏫⏫
Identitas Diri dari NRA yang harus selalu kami pakai selama di sana. Diletakkan di karpet Masjidil Haram (bukan Raudah) |
Mengapa memilih NRA Travel?
Saya menulis review ini semata-mata karena sudah merasakan pelayanannya. Tidak ada kepentingan yang lain. Pertama, seperti yang sudah saya sebutkan, review dari adik sepupu saya. Testimoni langsung tanpa tendensi dari orang-orang terdekat tentu saja lebih objektif bukan?
Umroh November lalu, saya memilih paket hemat (yang tentu saja paling murah. Hehe...). Total jenderal, saya membayar Rp21,5 juta (termasuk handling dan perlengkapan) dengan fasilitas hotel bintang tiga (sekamar ber-4), katering sehari tiga kali masakan Indonesia dan Garuda Indonesia (direct Jakarta-Jeddah). Setelah membandingkan dengan beberapa travel lain, harganya termasuk murah. Beberapa travel lain memasang harga Rp25-30 juta.
Selain saya dan orangtua, saya juga pergi bersama bulik (setelah ini, saya memanggilnya Lik Nunung) dan adik sepupu saya Helmi. Saya juga pergi bersama dengan teman satu kosan saya, Mbak Yenni dan Adiknya (Mas Surya)
Formasi Lengkap Rombongan kami di Madinah, sebelum bertolak ke Mekkah |
Mbak cS yang menerima saya di kantor NRA sangat responsif. Mereka sabar melayani semua pertanyaan saya, baik secara langsung maupun Whatsapp. Beberapa kali ke sana, saya bahkan dijamu dengan teh hangat, cemilan dan makan siang (penting). Saya juga sempat meminta beberapa dokumen dikirimkan melalui email dan Gojek untuk kepentingan cuti, mereka tidak keberatan.
Sehari sebelum keberangkatan, kami melakukan manasik. Kami juga mengumpulkan koper besar untuk masuk bagasi. Di sana, kami tahu bahwa hotel di Mekkah dipindah dari perjanjian awal. Seharusnya, kami menempati hotel Le-Meridien. Namun, kami dipindah ke Swissotel Al-Maqam Mekkah. Mbaknya menyebut kalau fasilitas kami upgrade.
Pemandangan dari Jendela Kamar di Lantai-22, Swissotel Al-Maqam Mekkah |
Saya sempat khawatir karena di Google letaknya lebih jauh, tetapi itu hanya sebatas kekhawatiran. Saat tiba di Al-Haram, Swissotel berada di bangunan Royal Clock Tower, pas di depan Masjidil Haram. Letaknya agak nyamping sih ya kalau di Google. Namun, ini cukup representatif. Dari jendela, kami bisa melihat Al-Haram dan Kabbah. Sedangkan di Madinah, kami menginap di Al-Aqeeq Hotel. Letaknya sekitar 300 meter dari pintu-8, masjid Nabawi.
Suasana Masjid Nabawi yang Tidak Pernah Sepi, apalagi saat Jumat-Sabtu (hari libur mereka) |
Menu Makan di Mekkah |
Di Madinah, tempat makan berada di restoran hotel. Sementara di Mekkah, ada di semacam food-court mall. Kalau bosan atau kehabisan waktu makan, kamu bisa memilih menu-menu lain. Di sana, bahkan ada konter Grapari, Bakmi GM dan tentu saja Nasi Kebuli.
Grapari-Bakmi GM di Food Court lantai P3, Royal Clock Tower, Mekkah |
Orangtua saya merasa cocok dengan menu makanannya. Minumnya, seperti teh, susu, kopi dan buah-buahan juga selalu tersedia. Pendapat saya? Kurang pedas meski mereka menyediakan sambal. Beruntung teman saya membawa sambal kemasan dari Tanah Air.
BERSAMBUNG ke bagian dua yang kengkawan,
Silahkan klik di sini
Semoga kita semua diberikan kemudahan, kelancaran rezeki, dan umur yang panjang untuk bisa pergi ke Tanah Suci untuk melaksanakan ibadah Umroh/Haji
BalasHapuspaket umroh ramadhan
paket umroh akhir ramadhan
paket umroh syawal
paket haji plus
paket umroh oktober
Semoga artikel ini bisa menggugah umat muslim yang belum ada keinginan untuk pergi umroh atau haji
BalasHapusSemoga artikel ini bisa memberi hidayah umat islam yang belum ada keinginan untuk umroh atau haji
BalasHapus