Umroh bersama NRA Travel, Perjalanan Menggapai Taman Surga (2)

Akhir November 2017 lalu, saya dan keluarga pergi Umroh bersama NRA Travel. Ini pengalaman pertama bagi saya dan keluarga. Ini catatan sayadi Madinah ketika Umroh bersama dengan NRA Travel

Review Umroh bersama Keluarga dengan NRA Travel
Saya dan Keluarga (minus Mbak Yenni dan Surya, di Depan Nabawi)
Setelah memutuskan pergi dengan NRA Travel, Rabu, 22 November 2017 adalah hari keberangkatan yang saya pilih. Jamaah Umroh NRA berangkat dengan pesawat carter, Garuda Indonesia tipe Boeing 777-300 ER. Pesawat Boeing berbadan besar ini mampu mengangkut sampai 370 jamaah. Dalam satu baris, ada sembilan kursi dengan dua koridor.

Penerbangan dijadwalkan pukul 16.30 WIB. Namun, sudah harus di terminal 3 Soekarno Hatta sejak pukul 12.30 WIB. Paspor dan makan siang dibagikan di bandara.  Penerbangan Jakarta-Jeddah menempuh waktu sekitar sembilan jam dengan dua kali makan besar. Mungkin karena terlalu excited, saya susah tidur.

Di samping itu, saya duduk di kursi nomor 30 (benar-benar di daerah sayap pesawat), suara mesinnya kenceng banget. Kenapa tidak pakai sumbat telinga yang diberikan pramugari? Malas. Hehe...

Tiba di bandara King Abdul Aziz di Jeddah sekitar tengah malam. Hawa dingin langsung menyapa. Sebelumnya, kami sudah diberitahu bahwa Saudi sudah masuk musim dingin dengan suhu sekitar 14 derajat. Sempat baca berita-berita kabel tentang Jeddah yang dilanda banjir. Tawakal saja, Bismillah. Allah SWT memberikan kemudahan.

Di sana, Ustadz memberitahu bahwa kami  datang saat cuaca terbaik. Puncak musim dingin di Saudi, biasa terjadi dari sekitar tanggal 10 Desember. Akhir November tergolong masih hangat.

Turun dari pesawat, kami sempat menunggu sebelum menunggu proses imigrasi. Lancar meski di tengah malam. Karena ini pengalaman saya dan keluarga, tengah malam tidak berasa ngantuk dan lelah. Penasaran saja.

Saya melihat muka-muka bosan dan lelah mereka memotret dan mengecap paspor kami. Saya juga pernah membaca, petugas imigrasi Saudi Arabia hobi mengunyah permen rasa buah dari Indonesia seperti Sugus dan Mentos. Saya berencana beli di Bandara Cengkareng. Harganya lebih mahal. Gagal ketika sedang memilih, panggilan terbang diumumkan. Saya urung membelinya. Tapi suatu saya kesana lagi, saya akan membawanya, Insyaallah. 

Setelah imigrasi selesai, kami masuk bus nomor-58 yang diisi sekitar 40 orang. NRA Travel memberikan satu mutowif (pembimbing) di setiap bus. Pembimbing kami adalah orang Madura yang sudah delapan tahun tinggal di Saudi.

Review Umroh bersama NRA TRavel
Sang Ustadz aka Mutowif dari Madura

Dari Jeddah sampai ke Madinah ditempuh perjalanan darat selama sekitar tujuh jam. Beberapa penerbangan internasional ada yang langsung mendarat di Madinah. Dengan begitu, kamu tidak perlu menempuh perjalanan darat. Tapi, di NRA Travel kemarin, paket yang langsung Madinah mahal banget. Hehe... Saya tidur di hampir 3/4 perjalanan Jeddah-Madinah. Lelah.

Bila kamu atau travel umrohmu memutuskan pergi ke Mekkah langsung, kamu bisa mengambil miqat (niat umroh) di pesawat atau bandara. Di pesawat, kru Garuda Indonesia memberikan pengumuman bahwa pesawat sudah memasuki kawasan tersebut. Bagi perempuan, hal ini tidak terlalu banyak berpengaruh. Namun, para Bapak harus berganti kain ihrom.

Seharusnya, kami sudah bisa sholat Shubuh di Masjid Nabawi. Namun, perjalanan sering tidak terduga. Kami baru sampai di hotel Madinah pukul 07.00 pagi. Sholat Shubuh harus kami lakukan di tengah perjalanan. Dinginnya menusuk tulang dan kantuknya masih tidak tertahankan. Badan juga lumayan berasa lelah tidur di perjalanan.

Tapi, membayangkan kami akan segera tiba di kota Nabi terasa sungguh menyenangkan. Tidak ada dahaga yang lebih kuat dari itu. Apalagi ini pengalaman pertama. Syukur tidak pernah berhenti kami panjatkan karena Allah SWT memberi kesempatan.

Setelah sarapan pagi dan mandi, kami tidak membuang waktu. Kami langsung ke masjid Nabawi untuk sholat Dhuha dan sholat sunnah lainnya. 10 tahun yang lalu, Lik Nunung sudah berhaji sehingga dia bisa memberikan beberapa masukan.


Review Umroh bersama NRA Travel


Review Umroh bersama NRA TRavel
Masjid Nabawi






Bagaimana rasanya sholat di Nabawi?

Tidak perlu panjang kata, tentu saja luar biasa. Sebelum pergi, saya sempat membaca buku Mekkah dan Madinah karya Zuhairi Misrawi (Penerbit Kompas). Bila memiliki kelonggaran waktu, saya merekomendasikanmu membaca buku ini juga. Zuhairi yang pernah kuliah di Mesir, menceritakan banyak hal tentang sejarah Mekkah dan Madinah.  Rasanya beda, mengunjungi suatu kota, dengan pengetahuan sejarah.

Rasa haru menyeruak membayangkan bagaimana Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya setelah hijrah dari Mekkah. Merasakan bagaimana keterbukaan kaum Muhajirin menerima Anshar semata-mata karena meyakini satu hal: Islam dan Muhammad SAW.

Setelah berabad-abad, saya juga menyaksikan keindahan arsitektur bercampur dengan kecanggihan teknologi. Tidak lupa juga bagaimana bisnis berdenyut lebih kencang karena datangnya miliaran orang dari berbagai sudut dunia.


Review Umroh dengan NRA TRavel
Kubah yang Bisa Dibuka dan Ditutup dengan Otomatis. Lambang Akulturasi Teknologi dan Tauhid


Hari pertama siang itu, kami langsung memutuskan untuk pergi ke Raudah, makam Rasululloh SAW.
Di antara rumahku dan mimbarku ada raudhah min riyadhil Jannah, kata beliau.  Kami bertanya pada salah satu Askar, penjaga masjid yang ternyata banyak berasal dari Indonesia.

Raudah bagi perempuan bisa dijangkau melalui pintu nomor-25 masjid Nabawi. Sepertinya, ini juga merupakan jalan utama masuk ke Nabawi karena di seberangnya banyak berjajar pusat belanja. Bagi laki-laki, kamu bisa menuju pintu nomor-1.


Review Umroh dengan NRA Travel
Raudah, jangan lupa, karpet hijau (Cr Foto: Google)

Raudah bagi perempuan hanya terbuka di tiga waktu: setelah Shubuh, Dhuhur dan Isya. Sementara bagi laki-laki, Raudah terbuka 24 jam. Karena ruanganya yang sempit dan terbatas, mencapai Raudah bagi perempuan adalah sebuah perjuangan. Bagi laki-laki, perjuangan ke makam Rasululloh SAW sepertinya lebih mudah. Bapak dan Helmi bercerita mereka sering cukup mengantri setengah sampai satu jam untuk kesana. Kami yang perempuan? Bisa berjam-jam dan berdesak-desakan parah.


Tips ke Raudah bagi Perempuan ala saya:

Masuk setelah Shalat Dhuhur

Sepertinya ini waktu terbaik terutama menjelang Ashar. Pertama kali ke sana, saya mengobrol dengan seorang jamaah dari Garut. Dia sudah dua kali mencoba mengantri Raudah. Dua kali, dia belum sampai pada karpet hijau. Raudah, tempat berdoa paling mustajab, ditandai dengan karpet warna hijau.

Di semua area masjid Nabawi, semua karpet berwarna merah. Karena itu, bila kamu sudah berada di area karpet hijau, segeralah bertasbih dan bershalawat. Sujud syukur dan sholat minimal dua rakaat.

Jamaah dari Garut itu bercerita, dia sudah berada di area Raudah. Namun, dia masih sholat di karpet merah. Benar saja, malam terakhir, kami kembali mencoba masuk Raudah. Gagal saking penuhnya. Apalagi, fisik orangtua kami yang sudah mulai kepayahan akibat bolak-balik hotel-masjid.


Review Umroh bersama NRA TRavel
Suasana Jamaah Perempuan yang Mengantri Raudah. (Askar- berpakaian hitam)
Hari itu, kami semua bisa masuk Raudah dan sholat sunnah beberapa kali di sana. Berdoa lumayan puas sebelum akhirnya benar-benar diusir Askar karena sudah dekat waktu Ashar. Lepas Dhuhur, antrian tidak terlalu banyak dibandingkan Isya.

Perjuangan Menuju Taman Surga

Perjalanan ke Raudah pertama benar-benar mengharukan dan melelahkan (dan itu terbayar lunas). Kami cukup kepayahan dengan antriannya. Meski sudah membaca review, kami belum bisa mendapatkan gambaran jelas.

Hari pertama, kami masih merasa lelah dan kurang tidur. Kami juga tidak membawa bekal makanan apapun selain air zam-zam. Lapar. Di samping itu, kami juga kebelet pipis. Jadi, kalau kalian berniat antri Raudah, membawa kurma dan zam-zam tidak boleh ketinggalan.

Menuju Raudah, kamu harus shalat di shaf depan pintu nomor-25 atau nunggu setelah dibuka saja. Usahakan untuk mengambil posisi agak ke kiri. Setelah jamaah sholat fardhu, Askar akan membagimu ke dalam beberapa kelompok. Ada kelompok berbahasa Melayu, Turki, India dan juga Arab.

Mengapa? Tentu saja karena ukuran badan kita yang kecil sehingga tidak tergencet yang lain. Di kumpulan berhasa Melayu, kita masuk antrian terakhir. Mereka yang berbahasa Arab dan India masuk dahulu. Raudah juga tidak terletak tepat di belakang pintu-25. Kamu akan diajak masuk dan berputar-putar area masjid. Ikuti saja arahan Askar.

Bila sudah melihat dinding ditutup putih dan juga kaligrafi hijau, itu sudah dekat Raudah. Antri masih harus dilakukan berjam-jam meski rasanya sudah berada di dekatnya.

Review UMroh bersama NRA Travel
Letak Raudah di dalam Masjid Nabawi (Cr Foto: Google)

Kosongkan hati dan tinggalkan semua urusan dunia. Jangan berteriak dan menjerit-jerit di Raudah sekalipun. Terus bershalawat dan berdoa meminta kesempatan dan kemudahan. Lantunkan sholawat Nabi dan doa untuk para sahabat. Di dekat makam Nabi, ada makam Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Merendah dirilah dan berdoa. Raudah adalah salah satu tempat paling dirindukan oleh seluruh umat Muslim sedunia dimana doa-doa paling mustahil sekalipun tidak tertolak. Kata Ustadz, usahakan untuk tidak hanya meminta urusan dunia saja, tetapi akherat. "Karena akherat adalah kail untuk mendapat semua ikan," katanya.

Menggunakan Pakaian warna Hitam dan Mendekati Tiang Masjid

Dua tips ini saya dapatkan dari membaca review di grup FB Ubepe, Mbak Vina. Saya coba dan alhamdulillah berhasil.  Mengapa hitam? Katanya karena lebih menyerupai orang Arab. Sebagian besar jamaah memang memakai pakaian warna ini. Sebenaranya, dengan kepadatan yang luar biasa, Askar akan berusaha menghalau pergi siapa saja yang dirasa sudah melakukan sholat dua rakaat dan berdoa. Giliran saya waktu itu adalah kloter terakhir sampai mendekati Ashar. Saya bisa puas berdoa dari keadaan sangat padat sampai agak lenggang.

Mengapa mendekat tiang masjid? Dorongan dari jamaah lain tidak terlalu besar karena mentok tiang. Alhamdulillah, depan saya adalah seorang perempuan yang bahkan dapat meletakkan kursi lipatnya. Saya dan Mama bisa tepat shalat di belakang kursi tersebut, samping kanannya tiang masjid. Otomatis, saya hanya tinggal menghalau jamaah dari kiri dan belakang.


Review Umroh bersama NRA Travel
Selfie bersama Mama di Nabawi (karena enggak mungkin foto di Raudah)
Di awal-awal, saya juga tidak merasakan diusir Askar. Suasana begitu padat sampai berdiri pun susah. Apalagi sholat? Saya juga tidak bisa melihat ke bawah untuk melihat warna karpet.

Saya memeluk Mama. Beberapa orang India dan Pakistan yang berteriak-teriak di telinga dan muka saya. Entah bicara apa, saya juga bicara balik dengan bahasa Inggris. Dia tidak paham.  Saya paksakan diri dan melihat karpet hijau di bawah kaki saya. Saya segera membentengi dan memberikan kesempatan Mama untuk sholat dulu. Lik Nunung dan Mbak Yenni, entah berada di bagian mana.

Bila rombonganmu lebih banyak, setidaknya 3-4 orang, buatlah semacam lingkaran. Satu orang shalat dan yang lain melindunginya. Gantian. Langkah ini juga bisa digunakan ketika sholat di Hijr Ismail, depan Kabbah.

Bagaimana rasanya sholat dan meminta di Raudah? Tempat berdoa paling dekat dan tidak tertolak? Tidak perlu dijelaskan. Saya belum pernah merasa menjadi diri yang rendah. Saya menangis sesenggukan, mungkin tangis terpilu saya selama hidup.

Betapa kuasaMu begitu besar? Begitu dekat, saya dengan junjungan ummat, Muhammad SAW. Doanya? RAHASIA. Hehe...

Jangan Ngeyel, Pergi ke Raudah di Atas Pukul 22.00


Malam terakhir di Madinah, kami berempat sholat Isya di pintu-25 untuk mengantri Raudah. Setelah diizinkan masuk dan mengantri, suasana di sana begitu padat. Kami bercampur baur dengan jamaah dari India dan Pakistan.

Suasanya benar-benar padat cenderung ngeri. Sudah di depan dinding putih tetapi masih antri berdiri. Tidak ada ruang untuk duduk atau sholat nyaman sekalipun. Dorongan berasal dari segala arah. Kamipun menyerah dan mundur ke belakang setelah sempat sholat sunnah dua rakaat.


Review Umroh bersama NRA Travel
Suasana pelataran Nabawi yang akan selalu dirindukan


Sebelum akhirnya memutuskan pulang, saya sempat bertanya pada Askar. Sepenuh apapun antrian Raudah untuk perempuan di malam hari, semua orang akan diberi kesempatan untuk shalat dan berdoa di sana. Raudah dibuka sampai tengah malam atau bahkan dini hari, pukul 01.00. Silahkan kalau fisikmu sanggup.

Teruslah mengaji dan berdoa. Namun, saya rasa, kamu bisa mencoba datang pukul 22.00 atau bahkan 23.00. Masuklah dari pintu 25 dan ikuti saja arus jamaah. Sebelum itu, kamu bisa meluangkan waktu untuk istirahat dan makan malam.

NRA sepertinya menyiapkan satu pembimbing perempuan untuk jamaah perempuan ke Raudah. Itu dilakukan pada malam pertama kami setibanya di Masjid Nabawi. Namun, mungkin kami terlambat atau kurang informasi. Saya tidak pergi ke Raudah dengan rombongan satu bus.


Review Umroh bersama NRA TRavel

Review Umroh bersama NRA Travel
Bus yang Mengantarkan Kami Selama di Arab Saudi

Malam terakhir, Setelah mengatarkan orang tua ke hotel, saya sebenarnya berencana kembali ke Raudah, sendirian. Ini akan jadi ruang kontemplasi bagi saya. (Apasih Gin,). Namun, Mama saya berkeras ikut kalau saya ke sana. Saya tidak tega dan akhirnya memilih istirahat di kamar. Jadi, kami ke Raudah dua kali. Namun, hanya satu kali sempat merasakan sholat di area karpet hijau.


Review Umroh bersama NRA TRavel
My Best Ever Seen, Membawa dan Mengantarkan Mereka menuju Rumah-Mu



Bersambung ke bagian tiga ya manteman,

Silahkan klik di sini.

Komentar